Header Ads

test
SIAPKAH  ANDA MENGHADAPI EMPAT
PERTANYAAN DI PADANG MAHSYAR ?

هل تستعد لتسأل يوم المحشر ؟

(يزيد عبد القادر جوّاس) باللغة الإندونيسية             
            Setiap muslim wajib mengimani Hari Akhir atau Hari Kiamat. Bahkan hal itu merupakan rukun iman yang kelima. Di dalam hadist-hadist  shahih diterangkan bahwa setelah dunia ini hancur, manusia yang di dalam kubur dibangkitkan dan semua akan  dikumpulkan oleh Allah di Padang Mahsyar. Siapkah kita menghadapi peristiwa tersebut ? Apa saja yang akan  terjadi pada saat itu?
Pada saat itu manusia akan  dimintai pertanggung jawaban oleh Allah Ta’ala tentang segala macam yang telah dilakukan selama hidup di dunia ini. Pada hari itu tidak berguna harta, anak, tidak bermanfaat apa yang dibanggakan selama di dunia ini. Pada hari itu hanya ada penguasa tunggal yaitu Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah memberikan berbagai macam nikmat kepada manusia, kemudian Dia menyuruh menggunakan nikmat tersebut sebaik-baiknya dalam rangka mengabdi kepadaNya.
Karena Allah yang telah mengaruniakan nikmat-nikmat itu kepada manusia, maka sangat wajar apabila Ia menanyakan kepada manusia untuk apa nikmat-nikmat itu digunakan.
Dalam sebuah haditsnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda : “Tidaklah bergeser kedua kaki seorang hamba (menuju batas shiratul mustaqim) sehingga ia ditanya tentang  umurnya, untuk apa ia habiskan, ilmunya untuk apa ia amalkan, hartanya dari mana ia peroleh dan kemana ia habiskan dan badannya untuk apa ia gunakan.” (Hadist Shahih Riwayat At Tirmidzi dan Ad Darimi)  
1.   1.Umur
Umur adalah sesuatu yang tidak pernah lepas dari manusia. Bila kita berbicara tentang  umur, maka berarti kita berbicara tentang  waktu. Allah dalam Al-Qur'an telah bersumpah dengan waktu : “Demi masa”, maksudnya agar manusia lebih memperhatikan waktu. Waktu yang diberikan Allah adalah 24 jam dalam sehari-semalam. Untuk apa kita gunakan waktu itu ? Apakah waktu itu untuk beribadah atau untuk yang lain, yang sia-sia ?
Di antara sebab-sebab kemunduran umat Islam ialah bahwa mereka  tidak pandai menggunakan waktu untuk hal-hal yang bermanfaat, sebagian besar waktunya untuk bergurau, bercanda, ngobrol tentang  hal-hal yang tidak bermanfaat bahkan terkadang membawa kepada perdebatan yang tidak berarti dan pertikaian. Sementara orang-orang kafir menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya, sehingga mereka  maju dalam berbagai bidang kehidupan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Keadaan umat Islam saat ini sangat memprihatinkan. Ada diantara mereka  yang tidak mengerti ajaran agamanya dan ada yang tidak mengerti pengetahuan umum. Bahkan ada diantara mereka yang buta huruf baca tulis Al-Qur'an. Bila kita mau meningkatkan iman dan amal, maka seharusnyalah kita bertanya kepada diri masing-masing. Sudah berapa umur kita hari ini dan apa yang sudah kita ketahui tentang  Islam, apa pula yang sudah kita amalkan dari ajaran Islam ini? Janganlah kita termasuk orang yang merugi.  
2.Ilmu
Yang membedakan antara muslim dan kafir adalah ilmu dan amal. Orang muslim berbeda amaliahnya dengan orang kafir dalam segala hal, dari mulai kebersihan, berpakaian, berumah tangga, bermuamalah dan lain-lain. Seorang muslim diperintahkan oleh Allah dan RasulNya agar menuntut ilmu. Allah berfirman : “Apakah sama orang yang tahu (berilmu) dengan yang tidak berilmu ?” (Q.S. Az Zumar: 9)
Ayat  ini kendatipun berbentuk pertanyaan tetapi mengandung perintah untuk  menuntut ilmu. Menuntut ilmu agama hukumnya wajib atas setiap individu muslim, misalkan tentang  membersihkan najis, berwudhu yang  benar cara shalat yang benar, cara shalat yang benar dan hal-hal yang dilaksanakan setiap hari. Karena bila ia tidak tahu, maka amalannya akan  tertolak, dan Allah akan  bertanya kepadanya kenapa ia menyikuti apa yang tidak ia ketahui, seperti dalam firmanNya : “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung-jawabannya.” (Q.S. Al Isra’ : 36)  
Ilmu yang sudah dipelajari oleh umat Islam harus digunakan untuk kepentingan Islam. Ilmu yang sudah dituntut dan dipelajari wajib diamalkan menurut syari’at Islam. Ilmu tidak akan  berarti apa-apa dalam hidup dan kehidupan manusia kecuali bila manusia mengamalkannya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda : “Beramallah kamu (dengan ilmu yang ada) karena tiap-tiap orang dimudahkan menurut apa-apa yang Allah ciptakan atasnya.” (H.R. Muslim)                                             
3. Harta
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda : “Bagi tiap-tiap umat itu fitnah dan sesungguhnya fitnah umatku adalah harta.” (H.R. At Tirmidzi dan Hakim) 
Harta pada hakikatnya adalah milik Allah. Harta adalah amanat Allah yang dilimpahkan kepada umat manusia agar dia mencari harta itu dengan halal, menggunakan  harta itu pada tempat yang telah ditetapkan oleh syari’at Islam. Bila kita amati keadaan umat Islam  saat ini, banyak kita dapati di antara mereka  yang tidak lagi perduli dengan cara mengumpulkan hartanya apakah dari jalan yang halal atau dari jalan yang haram. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam telah meramalkan hal ini dengan sabdanya : “Nanti akan  datang satu masa, dimasa itu manusia tidak perduli dari mana harta itu ia peroleh, apakah dari yang halal ataukah dari yang haram.” (H.R. Al Bukhari)
Setiap muslim  harus hati-hati dalam mencari mata pencaharian hidupnya karena banyak manusia yang terdesak masalah ekonomi lalu ia menjadi kalut hingga  tidak perduli lagi harta itu dari mana ia peroleh. Ada yang memperoleh harta dari usaha-usaha yang batil, misalnya hutang tidak dibayar, korupsi, riba, merampok, berjudi dan lain sebagainya. Orang yang mencari usaha dari yang haram akan  mendapat siksa dari Allah, seperti disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam : “Barangsiapa yang dagingnya tumbuh dari barang yang haram, maka Neraka itu lebih patut baginya (sebagai tempat).” (H.R. Al Hakim)           Harta yang kita dapat dengan cara yang halal harus pula kita infaqkan pada jalan yang benar pula. Bila tadi disebutkan bahwa harta itu milik Allah, maka wajib pula kita gunakan harta itu untuk dalam rangka menegakkan kalimat Allah di muka bumi ini.
Di dalam Al-Qur'an ada delapan golongan yang berhak mendapat zakat, yaitu para fuqara (orang fakir), masakin (orang miskin), amil (pengurus) zakat, mu’allaf (orang yang baru masuk Islam), untuk membebaskan budak, orang-orang  yang berhutang, untuk perjuangan jalan Allah dan orang yang sedang dalam perjalanan. Di masa-masa sekarang ini ada beberapa kelompok yang masuk prioritas utama yang berhak mendapat infaq dan shadaqah, yaitu golongan fuqara, masakin dan orang yang di jalan Allah.
Orang  fakir adalah  orang yang butuh, tetapi tidak mempunyai pekerjaan sedang hidupnya digunakan untuk membantu agama Islam . Jadi orang fakir yang dibantu adalah orang yang memang hidupnya untuk  berjuang di jalan Allah bukan pemalas yang tidak mau berusaha dan tidak melaksanakan syari’at Islam. Sedangkan orang miskin adalah orang yang berusaha tetapi usahanya hanya mencukupi kebutuhan minimalnya dalam keluarganya untuk makan sehari-hari.  
4.    4.Badan
 Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna yang diciptakan Allah di muka bumi ini. Dengan kesempurnaan susunan tubuh serta akal fikiran yang diberikan Allah, manusia dijadikan sebagai khalifah di bumi, manusia dibebani taklif agar dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Jasmani manusia ini dituntut bekerja untuk melaksanakan fungsi khilafah dalam rangka mengabdi kepada Allah. Letihnya manusia dalam melaksanakan ibadah kepada Allah akan  diganjar dengan pahala. Tetapi bila letihnya dalam rangka bermain-main, mengerjakan maksiat, perbuatan sia-sia, beribadah dengan yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, maka sia-sialah letihnya itu bahkan ada yang akan  diganjar dengan api Neraka, karena mereka termasuk orang-orang yang celaka, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam : “Tiap-tiap amal (pekerjaan) ada masa-masa semangat, dan tiap-tiap masa semangat ada masa lelahnya maka barangsiapa lelah letihnya karena melaksanakan sunnahku, maka ia telah mendapatkan petunjuk, dan barangsiapa letihnya bukan karena melaksanakan sunnahku, maka dia termasuk orang yang binasa.” (H.R. Al Hakim dan Al Baihaqi)
Demikianlah, pada hari mahsyar masing-masing manusia akan  diminta pertanggung jawaban atas segala perbuatan yang telah dikerjakannya selama hidupnya di dunia. Sudah siapkah kita menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan  ditanyakan kepada kita pada saat itu? Kalau belum, kapan lagi kita mempersiapkan diri kalau tidak sekarang?
Segala puji bagi Allah, Penguasa sekalian alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan atas Nabi kita Muhammad, keluarganya dan para Shahabatnya.
                                                  Ust. Yazid Abdul Qadir Jawas         


No comments