CONTOH LAPORAN AKHIR PRAKTEK KERJA PT Air Muring
3.3.
Pengendalian Mutu
Pengendalian kualitas merupakan suatu
sistem penjagaan/perawatan dari suatu
tingkat kualitas produksi atau proses yang dikehendaki
sesuai dengan perencanaan, tidak hanya kegiatan pemeriksaan apakah produk itu
baik (accept) atau buruk (reject). Untuk menentukan apakah barang
tersebut rusak atau lebih baik mutunya, perusahaan biasanya menentukan produk
standar. Dengan demikian pengendaliaan kualitas itu dilakukan sejak awal
proses. Barang dalam proses sampai barang jadi sehingga sejak awal perusahaan
dapat menelusuri pada tahap proses yang mana yang menyebabkan terjadinya
kerusakan barang. Jika pengendalian proses baik maka perusahaan akan beruntung
karena kegiatan mempunyai andil dalam meminimumkan biaya proses produksi secara
keseluruhan.
Pengendalian kualitas baik untuk
proses produksi yang berlangsung secara
terus-menerus ataupun proses produksi yang terputus-putus relatif sama,
di mana di dalamnya mempunyai kegiatan sebagai berikut:
a.
Menentukan
standar kualitas baik dalam hal ukuran, daya tahan, warna, bentuk, harga dan
sebagainya dengan memakai peralatan yang standar.
b.
Mencari
pemeriksa atau controller yang mempunyai kecakapan yang dibutuhkan baik
mengenai pemakaian peralatannya maupun pemeliharaannya.
c.
Tujuan
pengendalian kualitas adalah untuk meminimumkan biaya proses produksi sehingga
dananya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan yang lebih produktif
3.3.1 Struktur Organisasi
Pengendalian Kualitas di Pabrik Pengolaha
Struktur
organisasi pengendalian kualitas di pabrik PT. Air Muring dapat di lihat pada
gambar :
Sumber : PT. Air Muring
Gambar
6.Struktur
Organisasi Pengendalian Kualitas di PT.Air Muring
Berdasarkan
struktur di atas kegiatan pengendalian kualitas secara keseluruhan menjadi
tanggung jawab General Manager. Dalam pelaksanaan pengendalian kualitas di
pabrik general manager dibantu oleh manager atau Verifikasi, Taping Inspector
dan Quality Control Officer guna memudahkan dalam pengendalian kualitas
sehingga produk yang dihasikan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. Tugas pengendalian kualitas yang utama adalah melakukan verifikasi,
pengkontrolan mutu produksi, pelaporan administrai dan team work.Berikut ini
wewenang dan tanggung jawab dari organisasi pengendalian kualitas di PT Air Muring
:
1.
Verifikasi,
Taping Inspector dan Quality Control Officer
a. Memastikan
mutu hasil pekerjaan sesuai dengan prosedur.
b. Memastikan
hasil pengujian terhadap material yang telah diterima sesuai dengan
spesifikasi.
c. Memastikan
mutu produksi tidak ada kllaim dari customer
d. Menjamin
sistem administrasi terdokumen dengan benar dan tepat waktu
e. Memastikan
kerja sama yang baik antara ordinat dan sub ordinat.
2.
Verifiksi
a. Melaksanakan
verifikasi sesuai dengan jadwal,
b. Melaksanakan
pengujian terhadap material yang diterima oleh gudang sesuai dengan spesifikasi
baik kualitas maupun kuantias,
c. Membuat
laporan hasil verifikasi.
3.
Quality
control
a. Membuat
laporan slip produksi harian,
b. Mempersiapkan
alat-alat kerja untuk pengambilan sampel latek dari kebun,
c. Mengecek
hasil proses penggilingan koagulum,
d. Pengecekan
kematangan dan kontaminasi RSS.
4.
Quality
control analis
a. Menganaliisa
TSC dan DRC mutu latek dari kebun,
b. Mencatat
buku hasil analisa DRC,
c. Pengecekan
kondisi kamar asap sebelum diisi,
d. Pengecekan
suhu kamar asap,
e. Mengecek
sampel penimbangan ball
3.3.2 Titik-Titik
Pengujian/Pengendalian Kualitas
Titik
pengendalian kualitas pada proses pengolahan ribbed smoke sheet di PT.
Air Muring dapat dilihat pada gambar 2 yaitu di mulai pada saat penerimaan
bahan baku lateks di bak penerimaan.Pengendalian yang di lakukan saat di bak
penerimaan bahan baku yakni dengan analisa kadar karet kering ( K3
) atau DRC.
Kerani divisi
Mabes workshop
QC analyst
QC analyst
QC analyst
QC analyst
Sumber : PT. Air Muring
Gambar 7. Titik-Titik
Pengujian Kualitas Ribbed Smoke Sheet
3.3.3
Pelaksananan Dan Hasil Pengendalian Kualitas
a. Analisa DRC ( Dry Rubber Content )
Pemeriksaan
DRC lateks ( Dry Rubber Content)
adalah pemeriksaan dan pengukuran yang
dilakukan untuk mengetahui kadar karet kering yang terkandung. Prosedur untuk
melakukan uji DRC dapat di lihat pada
gambar :
|
|
NO
Yes
|
Gambar 8. Diagram Alir Pemeriksaan
Selama Proses Pengolahan Ribbed Smoke Sheet
Prosedur dalam
pengujian DRC latek kebun adalah sebagai berikut:
1. Ambil
sample +/- 200 ml dari bagian atas, tengah dan bawah pada tiap bakreiciving,
dan lakukan analisa DRC lateks setiap bak reiciving.
2. Timbang
dengan teliti 5-10 gr lateks kebun dengan alumunium disk yang sudah diketahui
berat kosongnya. Alumunium disk yang sudah diisi sample ditimbang kembali.
Perbedaan berat adalah bobot contoh(catat sebagai berat sample basah).
3. Teteskan
asam semut 5% sambil alumunium disk digoyang-goyangkan sampai terjadi perubahan
lebih mengental.
4. Panaskan
sample di atas kompor listrik dengan suhu ±70ºC selama 12 menithingga diperoleh
bekukan yang sempurna ditandai dengan serum yang jernih.
5. Lakukan
penggilingan dengan hand mangle
hingga tipis (ketebalan 0,6-1,0 mm).
6. Masukkan
dalam oven dengan suhu 100 s/d 105ºC selama 1 jam.
7. Dinginkan
dalam desikator selama 15 menit, dan sample ditimbang (catat sebagai berat
sample kering).
8. Perhitungan:
DRC
= x 100
Hasil pengujian
analisa Dry Rubber Conten (DRC) lateks kebun periode agustus 2015 sampai juli
2016 di PT Air Muring dapat dilihat pada
gambar :
Sumber : PT. Air Muring
Gambar
9. Grafik Analisa DRC
Latek Kebun PT.Air Muring
Dari grafik
hasil analisa DRC lateks, dapat
terlihat bahwa DRC lateks dari kebun
PT Air Muring yang diterima cukup stabil.DRC
tertinggi terdapat pada bulan September 2015 sebesar 36,20 %, hal ini
karena pada bulan September merupakan memiiki potensi hujan yang cukup tinggi,
shingga suhu udara sedikit lebih dingin dan udara lebih teratur, sedangkan
bulan agustus 2015 DRC lateks kebun mengalami penurunan yaitu mencapai 33,62%
karena pada bulan agustus masih dalam pergantian dari musim kemarau ke musim
penghujan sehingga curah hujan tidak menentu. Namun Angka-angka ini masih
diatas batas kadar karet kering lateks
yang telah ditetapkan oleh perusahaan untuk di olah yaitu 12%.
b. AnalisaDRC
di Bak Pengenceran
Tujuan
Analisa DRC di bak pengenceran yaitu untuk mengetahui apakah hasil pengenceran
yang dilakukan telah sesuai atau belum dengan keinginan pabrik untuk diolah
menjadi produk RSS. Pengenceran Lateks adalah perlakuan penambahan air kedalam
lateks sebelum dilakukan proses koagulasi agar dapat dihasilkan lembaran sheet
yang berkualitas baik dan sesuai dengan permintaan pasar. Tujuan dari
pengenceran adalah menyeragamkan Kadar Karet Kering (K3) sehingga dapat
mempermudah proses selanjutnya dan mutunya tetap terjaga.Selain itu, Lembaran
Sheet akan matang pada waktu yang sama, warna lembaran sheet akan seragam
sehingga diperoleh hasil yang memenuhi standar mutu. Dengan adanya pengenceran
ini maka akan diperoleh koagulum yang mempunyai kekuatan yang sama , sehingga
penggilingan berjalan lancar.
Dalam pengenceran hal yang perlu
diperhatikan adalah jumlah air dan jumlah lateks dalam setiap bak coagulum.
Untuk mendapatkan hasil RSS yang bermutu maka hal yang harus dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Pastikan
saringan pada bak koagulasi dan talang latek dalam keadaan bersih, kemudian
pastikan juga air yang digunakan untuk pengencer harus bersih dan jernih
sehingga koagulum yang dihasilkan bebas
dari kontaminasi.
2. Pastikan
penggunaan air untuk pengencer sesuai dengan rumus:
Va =
Va = Volume air pengencer yang dibutuhkan
Vi = Volume lateks yang diencerkan
K3K = kadar karet kering lateks kebun
K3P = Kadar karet kering setelah pengenceran
yang berkisar 10-14 %
3. Alirkan
lateks kebun dari bak penerimaan ke bak koagulasi melalui talang kemudian
disaringan dengan menggunakan saringan 20 mesh. Tujuan menggunakan saringan 20
mesh yaitu agar lateks yang diolah dalam bak koagulum benar-benar murni dan
tanpa kontaminasi dari benda apapun.
4. Aduk
campuran air-lateks 18 kali, yaitu 9 kali maju dan 9 kali mudur.. Hal ini
dilakukan agar air dan lateks bercampur menjadi homogen tidak ada lagi
pemisahan antara air dan lateks. Lateks dan air harus homogen agar dapat
berkoagulasi dengan baik. Sehingga latek
tidak lengket pada skat dan tidak hancur saat digiling.
Selanjutnya,buang busa yang terbentuk dari proses pengadukan tersebut. Hal ini
dilakukan dengan tujuan agar tidak terbentuk pori-pori selama proses coagulasi
5. Sesudah
pengambilan busa, pengendalian kualitas selanjutnya adalah melakukan uji DRC kembali untuk memastikan proses
pengenceran ini sesuai dengan dry rubber
content yang diinginkan. Uji DRC ini dilakukan dengan mengambil
sampel dari beberapa bak yang dianggap mewakili dari setiap jenis bak. Apabila
proses pengenceran ini tidak sesuai
dengan DRC yang diinginkan, maka
koagulum yang digiling akan pecah.
c . Analisa hasil Produksi ( Sortasi )
Pada proses
sortasi, sheet yang dihasilkan dikelompokkan
melalui kegiatan final quality control (FQC) dimana pengujian ini
dicatat dan diakumulasikan berdasarkan asal kecacatannya yang di lakukan secara
visual menurut tipe–tipe kecacatan. Proses sortasi dilakukan diatas meja sortasi
untuk dapat diperiksa apakah sheet tersebut terkontaminasi yang di tandai
dengan berjamur atau tertdapat serat karung, dan terdapat gelembung udara, dan
kurang matang. Pelaksanaan pemisahan
lembar RSS berdasarkan tingkat kualitas grade
nya mengacu pada Standar Internasional untuk Mutu dan Kemasan Karet Alam ( The Grand Book ) tahun 1982. Tingkat kualitas produk RSS adalah sebagai
berikut :
1.
RSS 1
Sheet yang dihasilkan harus benar-benar kering,
bersih, kuat, tidak ada cacat,
tidak berkarat, tidak melepuh serta tidak ada benda-benda pengotor. Jenis RSS 1
tidak boleh ada garis-garis pengaruh dari oksidasi, tekstur sheet yang lembek, suhu pengeringan
terlalu tinggi, belum kering, waktu pengasapan yang berlebihan, warna terlalu
tua serta terbakar.Bila terdapat gelembung-gelembung berukuran kecil (seukuran jarum
pentul) masih diperkenankan, asalkan letaknya tersebar merata.Pembungkusan
harus baik agar tidak terkontaminasi jamur.Tetapi, bila sewaktu diterima
terdapat jamur pada pembungkusnya, masih dapat ditoleransi asalkan tidak masuk
ke dalam produk RSS.
Sumber : PT. Air Muring
Gambar 10. Hasil Sortasi untuk
RSS 1 pada bulan Agustus 2015 – Juli
2016
Hasil Sortasi
untuk RSS 1 selama bulan Agustus 2015 – Juli 2016 dapat dilihat pada gambar 4.
Berdasarkan gambar tersebut, produksi RSS 1 pada bulan Agustus 2015 – Juli 2016 cukup memuaskan hal ini
terlihat pada bulan Oktober – November 2015, Januari 2016 – Juni 2016 produk RSS 1 yang di hasilkan berada diatas
target perusahaan yaitu rata –rata 200.000 ton. Hal ini menunjukan kinerja
pengolahan yang cukup baik. Akan tetapi,
pada bulan Agustus 2015, September 2015, Desember 2015, dan Juli2016, banyaknya produk RSS yang mengalami
cacat d sehingga produk RSS 1 berada dibawah target. Banayaknya produk yang
cacat di sebabkan pada proses penggilingan dan pengasapan yang kurang sempurna,
selain itu dipengaruhi juga oleh produksi latek dalam perharinya.
Dimana, banyaknya lembar koagulum yang
gagal giling yang disebabkan oleh proses koagulasi yang terlalu lama. Sehingga
lembar koagulum menjadi keras dan pada saat di giling lembar koagulum tersebut
pecah, kemudian saat dilakukan pengasapan sheet banyak yang masih mentah dan
lubang pada sheet diatas 1 kepala jarum sehingga sheet masuk RSS 3 dan
Cutting.
2. RSS
2
Standar RSS 2 hasilnya harus
kering, bersih, kuat, bagus, tidak cacat, tidak melepuh dan tidak terdapat
kotoran.Sheet tidak diperkenankan
terdapat noda atau garis akibat oksidasi, sheet
lembek, suhu pengeringan terlalu tinggi, belum benar-benar kering, pengasapan
berlebihan, warna terlalu tua serta terbakar.Sheet RSS2 masih menerima gelembung udara serta noda yang ukurannya
agak besar (dua kali ukuran jarum pentul). Kualitas Produk RSS 2 hampir sama
dengan Produk RSS 1, oleh sebab itu Produk dengan kualitas RSS 2, tidak ada,
karena sudah dimasukkan dalam bentuk produk dengan kualitas RSS 1.
3.
RSS 3
Standar
karet RSS 3 harus kering, kuat, bagus, tidak cacat, tidak melepuh dan tidak
terdapat kotoran.Bila terdapat cacat warna, gelembung udara besar (tiga kali
ukuran jarum pentul), ataupun noda-noda dari kulit tanaman karet, masih dapat
ditolerir.Namun, tidak diterima jika terdapat noda atau garis akibat oksidasi,
tekstur sheet yang lembek, suhu
pengeringan terlalu tinggi, belum benar-benar kering, pengasapan berlebihan,
warna terlalu tua serta terbakar.
Sumber : PT. Air Muring
Gambar
11. Hasil Sortasi untuk
RSS 3 pada bulan juli 2014- juni 2015
Berdasarkan
gambar 5 tampak terlihat bahwa produksi . RSS 3 paling banyak terdapat pada
bulan Maret-April 2016 dan paling rendah pada bulan September 2015, Oktober
2015, dan Juli 2016 hal ini karena RSS 3 berbanding lurus dengan RSS 1 sehigga sehingga dapat kita simpulkan bahwa
banyak sheet tidak banyak mengalami kerusakan atau cacat selama proses
pengolahan, tetapi banyak sedikitny RSS 3
dipengaruhi oleh jumlah lateknya yang diproduksi banyak pada bulan maret
– april 2016 dan sedikit pada bulan September- Oktober 2015, dan jul 2016.
4. Cutting
Cutting
adalah potongan–potongan yang berasal dari RSS mutu 1, 2 dan 3.
Potongan-potongan tersebut berupa produk RSS yang mentah,kotor ,
bergelembung dan cacat giling. Hasil
sortasi untuk produk cutting pada tahun 2014 dapat dilihat di gambar :
Sumber : PT. Air Muring
Gambar
12. Hasil Sortasi untuk
Cutting pada Bulan Juli 2014- Juni 2015
Berdasarkan gambar 6, cutting yang
dihasilkan bervariasi, hasil tertinggi pada bulan Agustus 2015 sebesar 1.572
ton hal ini disebabkan karena penambahan Asam semut yang kurang sesuai dengan
yang ditetapkan perusahaan, sehingga pada saat pengasapan banyak yang mentah,
terdapat gelembung udara, atau pada ruang pengasapan kurang terkontrol dengan
baik. Hal ini harus diminimalkan sebaik mungkin agar cutting tidak terlalu
banyak.Dan produksi cutting terendah pada bulan maret 2016 sebesar 665 kg.
Hasil kinerja pengolahan cukup baik karena produk cutting yang dihasilkan
sangat rendah dari target yang di tetapkan perusahaan. Pengujian Mutu RSS
berdasarkan ISO 9001 : 2008.
3.3.4
Pengendalian Kualitas Pada Proses Pengolahan Produk High Grade
3.3.4.1
Pembersihan Alat Pengolahan
Tujuan dari
pembersihan ini adalah untuk menjaga kualitas lateks yang akan diolah sehingga
latek yang diolah tetap bebas dari kontaminasi. Selain itu, pembersihan ini
juga dilakukan agar alat-alat yang digunakan untuk mengolah latek tidak lengket
dengan latek tersebut. Pembersihan pada alat pengolahan meliputi bak reiciving,
talang lateks,talang koagulum, bak koagulum, sekat-sekat, mesin sheeter dan
alat pengaduk serta lantai dari sisa–sisa lateks yang melekat dan
kotoran-kotoran lain .
Waktu untuk
membersihkan dilakukan setiap pagi, dari pukul 07:00 wib dan istirahat pada
pukul 09:30 wib. Kemudian pukul 10:00 wib pembersihan alat pengolahan
dilaksanakan kembali sampai dengan selesai sehingga saat lateks datang dari
kebun proses pengolahan dapat langsung
dilaksanakan.
3.3.4.2 Pengumpulan lateks untuk pengolahan RSS di TPH
Lateks yang
sudah dipulung oleh penyadap kemudian ditimbang untuk mengetahui berat latek
yang dihasilkan .timbangan yang digunakan yaitu timbangan pegas. Lateks yang
sudah ditimbang lalu dituang ke bak penampungan sambil disaring dengan
menggunakan saringan yang berukuran 10 mesh untuk menjaga agar lateks bebas
dari kontaminasi(kotoran-kotoran yang bukan lateks seperti daun, lateks yang
sudah menggumpal dan lain-lain.) Setelah lateks sudah terkumpul maka truk akan
segera mengangkut latek tersebut ke pabrik
3.3.4.3
Penggumpalan
Untuk
membantu proses penggumpalan, maka ditambahkan larutan asam semut. Tujuan dari penambahan asam adalah untuk
menurunkan pH lateks pada titik isoelektriknya
sehingga lateks akan mengalami koagulasi, yaitu pada pH antara 4.5-4.7. Asam
dalam hal ini ion H+ akan bereaksi
dengan ion OH- pada protein dan senyawa
lainnya untuk menetralkan muatan listrik sehingga
terjadi koagulasi. Jumlah bahan tambahan yang diberikan adalah 4-6cc / kg
kering dengan perbandingan asam semut. Untuk menambahkan bahan penggumpal pada
bak koagulan yang mempunyai ukuran volume yang besar, maka perlu dilakukan
pembuatan larutan dengan cara sebagai berikut:
1. Menyiapkan jerigen plastik.
2. Lihat
dan catat kadar Formic Acid yang akan digunakan (misal : 90%).
3. Kerjakan
pembuatan larutan Formic Acid 5% dengan rumuspengenceran;
V1N1 = V2N2
V1 =
Misal = 1000 x 5% = 95 kg
90%
|
Keterangan :
V1 = Formic Acid pekat yang akan diencerkan
N1 = Kemurnian Formic Acid (90%)
V2 = Volume larutan yang akan kita buat (1.000
Kg).
N2 = 5% (kemurnian larutan yang akan dibuat).
Proses
penambahan bahan penggumpal ini dengan cara menuangkan secara perlahan dengan arah maju dan kembali maju. Setelah
ditambahkan bahan penggumpal, maka diaduk kembali sebanyak 18 kali atau 9 kali
maju dan 9 kali mundur agar campuran lateks, air dan bahan penggumpal tercampur
dengan rata (homogen).
Waktu yang
dibutuhkan untuk proses koagulasi ditentukan oleh konsentrasi pengenceran,
semakin kecil jumlah pengencerannya maka waktu yang dibutuhkan semakin lama dan
berdampak terhadap tekstur koagulum yang lembek atau terlalu kenyal.
Sebaliknya, jika jumlah pengenceran ini terlalu banyak maka waktu yang
dibutuhkan relative cepat dan koagulum yang dihasilkan mempunyai tekstur yang
keras..Biasanya perusahaan menggunakan konsentrasi pengenceran 10-14%. Setelah
lateks, air, dan asam semut telah homogen maka campuran tersebut siap untuk
dicetak dengan memasangkan sekat-sekat
yang terbuat dari plat aluminium di
dalam bak koagulum. Penyekatan ini berfungsi untuk membentuk koagulum dalam
lembaran yang seragam. Setelah 3 jam (pada pengenceran 12%) maka lateks
tersebut telah mengalami koagulasi. Sebelum dilakukan pencabutan sekat maka
latek tersebut harus direndam terlebih dahulu selama 5 menit. Perendaman ini
dilakukan untuk mencegah timbulnya reaksi oksidasi terhadap koagulum dan
mencegah melekatnya antar koagulum..Setelah perendaman, maka sekat-sekat
tersebut di cabut dari bak koagulum dan diangkat ke talang sheeter.
3.3.4.4
Penggilingan Sheet
Penggilingan
dilakukan setelah proses koagulasi selesai. Latek yang telah mengalami
koagulasi kemudian digiling untuk mengeluarkan kandungan air, mengeluarkan
sebagian serum, membentuk lembaran tipis dan memberi garis batikanpada
lembaran sheet.Mesin penggiling yang digunakan yaitu mesin sheeter.Mesin
sheeter yang di gunakan terdapat 2 jenis yaitu mesin sheeter pertama di gunakan
untuk pengenceran 10-12% dan mesin sheeter yang kedua untuk pengenceran
12-14%.Hal ini dilakukan karena pada pengenceran 10-12% tekstur koagulum lebih
lunak sedangkan pada pengenceran 12-14% tektur koagulum lebih keras dan tebal.
Mesin Sheeter ini memiiki 6 roll di mana tiap roll memiliki jarak yang
berbeda-beda pula antar celah roll. Untuk Pengenceran 12-14% Jarak celah roll
Yang Pertama 0,2mm, Jarak celah roll Yang Ke Dua 0,6mm, Jarak celah roll yang
ke tiga 0,8 mm, Jarak celah roll Yang Ke Empat 1mm, Jarak celah roll Yang Ke
Lima 5mm Dan Jarak celah roll Yang Ke Enam 12 mm. Dan untuk pengenceran 10-12%
jarak antar celah yaitu 0,3mm 0,6mm, 1,2 mm, 2,4mm, 4,8mm, 9,6mm. Jarak roll
yang berbeda-beda tentunya mempunyai tujuan yaitu agar sheet tidak pecah atau
hancur pada saat digiling. Kecepatan roll penggiling juga harus serentak dan
tidak boleh terlalu cepat, karena apabila terlalu cepat dapat mengakibatkan
sheet hancur. Standart kecepatan roll penggiling di PT Air Muring ialah 50
rad/menit. Tebal sheet yang di hasilkan dari mesin giling ini antara 3 mm.
Hasil
penggilingan selain dipengaruhi oleh proses pengenceran dan penggumpalan ,
keadaan mesin giling juga harus diperhatikan . Mesin giling harus rutin dikontrol,
karena apabila kerja mesin tidak normal lagi akan mengakibatkan sheet yang
digiling mudah pecah, ukurannya tidak sama tebal. Kecepatan penggilingan
berbeda-beda antara satu rol dengan rol lainya, semakin maju maka kecepatan rol
berikutnya akan lebih besar kecuali pada rol terakhir yang berpola, putaran
menjadi lebih kecil. Kecepatan giling serta jarak antar celah dapat memengaruhi
hasil gilingan sheet.Sheet yang mudah
sobek dapat disebabkan karena kecepatan maju yang tidak tepat atau perbedaan celah
antara dua celah yang berurutan terlalu besar. Selanjutnya, sheet dibilas di
bak pembilasan kemudian sheet tersebut digantungkan di bambu lalu
disusun di atas trolly.
3.3.4.5 Pengasapan
Sheet
Koagulum yang telah digiling kemudian
ditiriskan diruang terbuka dan terlindung dari sinar matahari selama 6 jam
pada batang bambu dan seterusnya dilakukan pengasapan dalam ruang pengasapan.
Tujuan penirisan selama 6 jam adalah untuk mengurangi kandungan air dan
kandungan asam di dalam lembaran sheet
sebelum proses pengasapan. Penirisan tidak boleh terlalu lama untuk menghindari
terjadinya cacat pada sheet yang
dihasilkan, misalnya timbul warna yang seperti karat
dan jamur redoks.
Tujuan pengasapan yaitu sebagai pengawet
pada lembar RSS. Karena asap mengandung tir, trosot, formalin, karbon monoksida
yang akan mencegah dan menghambat pertumbuhan jamur/cendawan. Selain sebagai
pengawet, asap juga berfungsi sebagai pengering. Proses pengasapan ini
dilakukan selama 72 jam. Adapun suhu yang
harus diatur di dalam ruang asap bervariasi seperti di bawah ini :
Ø
Hari ke 1 6
Jam =
35-400C
6 Jam = 40-45 0C
12 Jam = 45-50 0C
Ø
Hari ke II 12
jam =
50-55 0C
12 jam = 55-60 0C
Ø
Hari ke III 12 jam = 60-65 0C
12 jam = 65-70 0C
Ø
Hari ke IV 24 Jam = 65-70 0C
3.3.4.6
Sortasi
Di PT Air
Muring, sortasi dilakukan setelah proses pengolahan selesai dan sheet siap di
pisahkan berdasarkan grade nya. Lembaran sheet yang telah dibongkar dari
kamar asap kemudian di bawa ke ruangan sortasi selanjutnya diletakkan di meja
sortasi. Tujuan dilakukan sortasi adalah
untuk memperoleh RSS dengan mutu yang baik dengan memisahkan tiap produk RSS
berdasarkan greadnya dan memenuhi kriteria yang ditetapkan perusahaan. Adapun
persentase RSS yang diharapkan oleh pabrik adalah minimal 95 % RSS 1, maksimal
0,5 % RSS 2, 1,5 % RSS 3 dan 3,6 %
cutting.
Hasil pemilihan RSS disusun sedemikian
rupa kemudian dikelompokkan berdasarkan gradenya kemudian dicatat dalam buku
sortasi
3.3.4.7 Pengepakan
Lembaran sheet
yang sudah di sortasi, kemudian ditimbang
dengan berat masing-masing bale yaitu 113 kg termasuk pembungkus.
Kemudian disusun dalam kotak yang terbuat dari kayu dengan ukuran 50 x 50 x 60
cm/ kotak dan dilakukan penekanan dengan mesin penekan hidrolis selama 5 menit.
Hasil pressan disimpan selama 24 jam dan ditutup dengan kayu penutup dan besi
klem . Setelah 24 jam, besi klem dan kayu penutup dibuka dan bale tersebut
dikeluarkan. Pengepakan sangat penting dilakukan untuk mempermudah dalam proses
transportasi dan mengelompokkan hasil produksi sehingga ukuran berat atau
volumenya dapat seragam.
3.3.4.8 Pembungkusan
dan Pelaburan
Faktor
yang mempengaruhi kualitas sheet
dalam ruang sortasi adalah timbulnya jamur atau kapang pada permukaan sheet. Kapang dapat timbul apabila karet
sheet tidak segera disortasi dan
dikemas. Ruang sortasi harus bersih dan kering .Untuk menjaga kualitas sheet maka, Bale RSS yang sudah
dikeluarkan dari kotak lipatan, harus dibungkus kemudian dilabur dan
di beri merek sesuai dengan
ketentuan yang ada. Fungsi pelaburan adalah mencegah lengketnya antara bale yanng telah ditumpuk pada di gudangpenyimpanan dan mengurangi
kemungkinan tumbuhnya jamur.
3.3.4.9 Penyimpanan dan Penggudangan
Pastikan lantai gedung penyimpanan dialasi papan (
palet), dan jarak antara lantai dengan papan 15 cm. Bale RSS yang telah dilabur selanjutnya diangkut ke gudang
penyimpanan. Bale disusun dan ditumpuk maksimal tiga tingkat menurut jenis
mutunya, tidak dibenarkan dalam satu tumpukan terdiri dari beberapa jenis mutu.
Demikian juga tidak dibenarkan untuk satu partai eksport letak bale berjauhan. Atur tumpukan sedemikian
rupasehingga proses FIFO ( First in First Out)
dapat dilakukan dengan tepat.
3.3.5 Evaluasi Sistem
Pengendalian Mutu
Secara
keseluruhan sistem pengendalian mutu di PT Air Muring dapat dikatakan sudah
baik karena setiap prosedur dan instruksi kerja yang dilakukan oleh petugas
selalu berpedoman kepada panduan teknis pengambilan contoh dan pengujian mutu
yang mengacu pada IS0 9001- 2008 .Selain itu alat-alat yang digunakan untuk
pengujian adalah alat yang selalu dikalibrasi sebelum pemakaiannya.Sehingga
pada saat pengujian mutu, penyimpangan nilai yang disebabkan kesalahan alat
dapat diminimalkan.
Berdasarkan
data yang diperoleh secara umum kualitas mutu ribbed smoke sheet (RSS) yang
dihasilkan oleh PT. Air Muring sudah memenuhi standar spesifikasi menurut The Grand Book Tahun 1982. Akan tetapi
masih terdapat hasil produksi yang belum mencapai target perusahaan sehingga
perlu upaya peningkatan produksi RSS 1 lagi dengan perbaikan alat-alat
pengolahan agar sesuai dengan standard,
pengawasan kerja terhadap para pekerja agar melaksanakan pedoman kerja
yang telah ditetapkan.
Post a Comment