Header Ads

test

LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI TERNAK DASAR (ANALISIS PROKSIMAT)

LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI TERNAK DASAR

ANALISIS PROKSIMAT

Oleh :
Nama              : Rocky Meido Falah
NPM               : E1C017104
Kelompok       : 4(Empat)
Shift                : 2(Dua)
Nama Dosen   : Dr.Ir. irma badarina, MP
 Prof. Dr. Ir urip santoso., M.Sc
 Prof. Dr. Ir. Yosi Fenita, MP 
  Suroto, S.Pt
Co. Ass            : Alvionita
                           Mariati Komala Sari
                           Tita Dwiyana

LABORATORIUM NUTRISI TERNAK
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2017


Abstrak
Praktikum ini dilakukan melalui analisis proksimat. Analisis proksimat adalah suatu sistim analisis kuantitatif yang hasilnya mendekati nilai sebenarnya dan dapat dijabarkan secara rasional. Analisis yang dilakukan pada analisis proksimat ini adalah penetapan kadar air, penetapan kadar abu, penetapan kadar ekstrak eter ( Lemak Kasar ), penetapan protein kasar, penetapan serat kasar, penetapan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Berdasarkan analisis proksimat yang digunakan sebagai acuan untuk menyusun ransum, sampel yang digunakan adalah Senduduk. Senduduk dengan kode cawan 4 dan terdapat sampel 1 dan sampel 2. Sampel 1 mengandung kadar air pada pengamatan yaitu 5,051%, pengulangan pengamatan sampel 2 mengandung kadar air yaitu 3,729%. Untuk Kadar abu pada sampel 1 pada senduduk yaitu 10,2% dan pada sampel 2 pada kadar abu yaitu 10,2%. Pada kadar lemak kasar(kadar Ekstrak Eter) pada sampel 1 didapatkan hasil 1,667% dan pada sampel 2 didapakan hasil 0,36%. Pada penetapan protein kasar sampel 1 mengandung kadar protein sebesar 2,464% dan sampel 2 mengandung kadar protein yaitu 2,804%.
            Kata kunci : Analisis Proksimat, Senduduk, Penetapan Kadar Air, Penetapan Kadar Abu, Penetapan Kadar Ekstrak Eter ( Lemak Kasar ), Penetapan Protein Kasar, Penetapan Serat Kasar,  Penetapan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen ( BETN ).


BAB I

PENDAHULUAN

1.1              Penetapan Kadar air

1.1.1    Latar Belakang

Air merupakan at makanan yang paling sederhana, namun yang paling sukar penentuannya dalam analisis proksimat. Air adalah pelarut polar yang dapat melarutkan sebagian besar biomolekul, yang umumnya merupakan senyawa bermuatan atau polar. Air menyusun hingga 70% atau lebih berat dari kebanyakan organisme. Air adalah senyawa yang paling berlimpah pada sistem kehidupan. Air dalam analisis proksimat adalah semua cairan yang menguap pada pemanasan dalam beberapa waktu pada suhu 105oC-110oC dengan tekanan udara bebas hingga mempunyai bobot tetap. Penentuan kadar air dari suatu bahan bertujuan unuk menentukan kadar bahan kering dari bahan tersebut. Setelah pemanasan tersebut, sampel bahan baku disebut sebagai sampel bahan kering dan penggunaannya dengan sampel di sebut kadar air dan penentuan kadar air dilakukan dengan pemanasan 105oC secara terus menerus sampai sampel bahan beratnya tidak berubah lagi atau konstan.

1.1.2    Tujuan

            Untuk mengetahui kandungan kadar air pada sampel senduduk saat melakukan praktikum analisis proksimat.

1.2              Penetapan Kadar Abu

1.2.1        Latar Belakang

Abu adalah sisa pembakaran sempurna dari suatu bahan. Suatu bahan apabila dibakar sempurna pada suhu 500-600oC selama beberapa waktu maka semua senyawa organiknya akan terbakar menjadi CO2 dan H2O, dan gas lain yang menguap, sedang sisanya yang tidak menguap inilah yang disebut abu atau campuran dari berbagai oksida mineral sesuai dengan macam mineral yang terkandung di dalam bahannya. Mineral yang terdapat pada abu dapat juga berasal dari dari senyawa organik, misalnya fosfor yang berasal dari protein dan sebagainya. Disamping itu adapula mineral yang dapat menguap sewaktu pembakaran, misalnya Na (Natrium), Cl (Klor), F (Fosfor), dan S (Belerang), oleh karena itu abu tidak dapat untuk menunjukkan adanya zat anorganik didalam pakan secara tepat baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

1.2.2        Tujuan

Untuk menentukan presentasi kadar abu yang terkandung pada sampel senduduk yang di uji saat praktikum.

1.3              Penetapan Kadar Ekstrak Eter (Lemak Kasar)

1.3.1        Latar Belakang

Lemak adalah at yang tidak larut dalam air, akan tetapi larut dalam khloroform, eter dan benzena. Lemak berfungsi sebagai pemasok energi bagi tubuh. Untuk itu di dalam menyususn pakan ternak kandungan lemak didalamnya juga perlu diperhatikan karena kandungan lemak yang terlalu tinggi/rendah dalam pakan dapat mempengaruhi kondisi ternak, status faali, status fisiologis dan produksi. Kandungan lemak suatu bahan pakan dapat ditentukan dengan metode soklet, yaitu proses ekstraksi suatu bahan dalam tabung soklet. Kemudian untuk penetapan kandungan lemak dilakukan dengan larutan N-heksan sebagai pelarut. Fungsi dari N-heksan adalah untuk mengekstraksi lemak atau untuk melarutkan lemak, sehingga merubah warna dari kuning menjadi jernih. Sifat-sifat dari lemak dapat diidentifikasi dengan beberapa metode Terdapat dua metode untukmengekstraksi lemak yaitu metode ekstraksi kering dan metode ekstraksi basah. Metode kering pada ekstraksi lemak mempunyai prinsip bahwa mengeluarkan lemak dan zat yang terlarut dalamlemak tersebut dari sampel yang telah kering benar dengan menggunakan pelarut anhydrous.Keuntungan dari dari metode kering ini, praktikum menjadi amat sederhana, bersifat universaldan mempunyai ketepatan yang baik. Kelemahannya metode ini membutuhkan waktu yangcukup lama, pelarut yang digunakan mudah terbakar dan adanya zat lain yang ikut terekstraksebagai lemak. Pada praktikum penetapan kadar lemak ini digunakan metode ekstraksi keringyaitu metode Soxhlet.

1.3.2        Tujuan

Tujuan pada Praktikum Lemak kasar adalah sama saja dengan satu sama lain yaitu untuk mengetahui analisis proksimat pada pakan ternak pada sampel senduduk.

1.4              Penetapan Protein Kasar

1.4.1        Latar Belakang

Protein adalah senyawa organik kompleks yang mempunyai berat molekul tinggi. Seperti halnya karbihidrat dan lipida, protein mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen, tetapi sebagai tambahannya, semua protein mengandung nitrogen. Kebanyakan protein mengandung sulfur, beberapa protein mengandung phosphor. Protein merupakan zat gizi yang amat penting, karena paling erat hubungannya dengan proses-proses kehidupan. Protein adalah sumber asam amino yang memiliki unsur-unsur C, H, O dan N yang tidak memiliki lemak atau karbohidrat. Fungsi utama protein adalah membentuk jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang telah ada, karena protein merupakan materi penyusun dasar dari semua jaringan tubuh yang dibentuk. Semua protein dapat mengalami denaturasi dengan berbagai jalan dan sebagai contohnya adalah koagulasi protein oleh pemanasan. Banyak zat penyebab denaturasi selain panas, yaitu asam kuat, basa kuat, alkohol, aseton, urea, garam-garam logam berat.

1.4.2        Tujuan

Untuk mengetahui dan menetapkan presentase protein kasar yang terkandung pada sampel senduduk .

1.5              Penetapan Serat Kasar

1.5.1        Latar Belakang

Serat kasar sangat penting dalam penilaian kualitas bahan makanan karena angka inimerupakan indeks dan menentukan nilai gizi makanan tersebut. Selain itu, kandungan serat kasardapat digunakan untuk mengevaluasi suatu proses pengolahan, misalnya proses penggilinganatau proses pemisahan antara kulit dan kotiledon, dengan demikian persentase serat dapatdipakai untuk menentukan kemurniaan bahan atau efisiensi suatu proses.Sedangkan seratmakanan adalah bagian dari bahan yang tidak dapat dihidrolisis oleh enzim-enzim pencernaan.Serat makanan adalah serat yang tetap ada dalam kolon atau usus besar setelah proses pencernaan, baik yang berbentuk serat yang larut dalam air maupun yang tidak larut dalam air.

1.5.2        Tujuan

Serat kasar merupakan bagian dari karbohidrat dan didefinisikan sebagai fraksi yang tersisa setelah didigesti dengan larutan asam sulfat standar dan sodium hidroksida pada kondisi terkondisi. Jadi bila serat kasar tidakada maka tidak lengkap saat melakukan praktikum analisis proksimat yang terkandung dalam sampel senduduk.

1.6       Penetapan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen( BETN )

1.6.1    Latar Belakang

Kandungan BETN suatu bahan pakan sangat tergantung pada komponen lainnya, seperti abu, protein kasar, serat kasar dan lemak kasar. Jika jumlah abu, protein kasar, esktrak eter dan serat kasar dikurangi dari 100, perbedaan itu disebut bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). BETN merupakan karbohidrat yang dapat larut meliputi monosakarida, disakarida dan polisakarida yang mudah larut dalam larutan asam dan basa serta memiliki daya cerna yang tinggi.

1.6.2    Tujuan

            BETN merupakan praktikum yang dilakukan terakhir. Penetuan BETN bisa dilakukan dengan mengurangi bagian-bagian yang telah dikerjakan sebelumnya. Tujuan dari tahap BETN adalah mengetahui kandungan komponen kadar Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen dari sampel senduduk, dan BETN sangat tergantung dengan tahap-tahap lainnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Judul Praktikum

2.1.1 Penetapan Kadar Air

Kadar Air Kadar air sangat menentukan nilai nutrisi bahan pakan. Kadar air dalam bahan pakan perlu diketahui untuk membandingkan nilai nutrisinya berdasarkan bahan kering (Kamal, 1994). Air dalam bahan pakan terdapat dalam bentuk air bebas, air terikat lemah, dan air terikat kuat. Substansi sederhana dalam pakan yang dapat dihitung berdasarkan kehilangan bobot sampel setelah dikeringkan dalam oven sampai bobotnya tidak susut lagi (Anggorodi, 1994).
Analisis Proksimat Analisis proksimat merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui kadar nutrisi bahan pakan dengan prinsip mendekati nilai yang sebenarnya. Proses pengeringan bahan pakan dengan dijemur memiliki kelemahan, yaitu proses pengeringan akan berlangsung lambat sehingga kemungkinan terjadi proses oksidatif maupun pembusukan oleh mikroorganisme. Kelemahan analisis proksimat diantaranya yaitu terdapat VFA yang ikut menguap dalam pengovenan dengan suhu 105 - 1100 C sehingga terhitung dalam kadar air, pada proses tanur terdapat pula bahan organik yang turut terlarut dan menjadi abu, vitamin larut dalam analisis lemak kasar, nitrogen bukan protein ikut tertangkap dan terhitung dalam kadar protein kasar serta tidak semua serat kasar terlarut pada analisis serat kasar. Oleh karena kelemahan tersebut, maka analisis ini disebut sebagai analisis proksimat (Kartadisastra, 1997).
Analisis Proksimat Analisis proksimat merupakan suatu metode pengelompokan nutrein menurut sifat fisik kimianya. Kata proksimat berasal dari kata “ Proximus” yang berasal dari bahasa latin yang berarti terdekat Amrullah (2004). Analisis proksimat dilakukan untuk mengetahui komponen utama dari suatu pakan. Komponen utama pakan umumnya terdiri dari air, kadar abu, kadar serat kasar, kadar lemak kasar, dan BETN. Analisis ini menjadi perlu untuk dilakukan karena menyediakan data kandungan utama dari suatu bahan pakan. Faktor lain adalah analisis proksimat dalam pakan berkenaan dengan kadar gizi dari bahan pakan tersebut. Kadar gizi perlu diketahui karena berhubungan dengan kualitas pakan tersebut. Analisi proksimat umumnya tidak mahal dan relatif mudah untuk dilakukan Sofyan (1992).

2.1.2 Penetapan Kadar Abu

Kadar abu Kadar abu dalam bahan pakan merupakan sisa pembakaran dalam tanur pada suhu 400 - 600oC. Bahan pakan yang dipanaskan pada temperatur 600oC selama 4 - 6 jam akan menghasilkan abu dan sejumlah zat anorganik yang terkandung di dalam bahan pakan (Kartadisastra, 1997). Kombinasi unsur-unsur mineral dalam bahan makanan berasal dari tanaman sangat bervariasi sehingga nilai abu tidak dapat dipakai sebagai indeks untuk menentukan jumlah unsur mineral tertentu atau kombinasi unsur-unsur yang penting (Tillman et al., 1998).
Kadar abu Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan. Kadar abu suatu bahan erat kaitannya dengan kandungan mineral bahan tersebut. Berbagai kandungan mineral di dalam bahan pakan ada didalam abu pada saat bahan dibaakar (Tilman et.,al, 1998). Penetuan abu dilakukan dalam tanur pada suhu 400-600° C sesudah dikeringkan sehingga semua air hilang. Kadar abu dinyatakan dalam per 100 gram bahan. Standar kadar abu untuk tepung jerami adalah 21,73% (Laconi, 1992). Penentuan kadar abu dapat dalam bahan pakan adalah menimbang berat sisa mineral hasil pembakaran bahan organik pada suhu sekitar 600ºC.
Penentuan kadar abu dapat dilakukan secara langsung yaitu dengan cara menimbang sampel, membakar sampel pada suhu yang tinggi (400-600ºC ) selama beberapa jam (4-6 jam), lalu menimbang sisa pembakaran yang tertinggal sebagai abu. Penetuan kadar abu juga dapat dilakukan secara tidak langsung yaitu dengan cara melarutkan sampel kedalam cairan yang ditambah oksidator. Setelah itu dilakukan pembakaran sampel kedalam cairan ditambahkan oksidator. Setelah itu dilakuakn pembakaran sampel. Cara pengabuan ini disebut pengabuan cara basah dan keuntungannya adalah suhu pembakaran pada pengabuan ini tidak terlalu tinggi (Tilman et.,al, 1998). Mineral dalam makanan biasanya ditentukan dengan pengabuan atau insinerasi (pembakaran). Pembakaran ini merusak senyawa organikdan meninggalkan mineral (Deman, 1997).

2.1.3 Penetapan Kadar Ekstrak Eter(Lemak Kasar)

Lemak kasar Lemak yang didapatkan dari analisis lemak ini bukan lemak murni. Selain mengandung lemak sesungguhnya, ekstrak eter juga mengandung waks (lilin), asam organik, alkohol, dan pigmen, oleh karena itu fraksi eter untuk menentukan lemak tidak sepenuhnya benar (Anggorodi, 1997). Penetapan kandungan lemak dilakukan dengan N-hexan sebagai pelarut. Fungsi dari N-hexan adalah untuk mengekstraksi lemak atau untuk melarutkan lemak, sehingga merubah warna dari kuning menjadi jernih (Mahmudi, 1997). 
Lemak kasar merupakan semua senyawa yang larut dalam pelarut organik yang terdapat pada suatu sampel bahan pakan. Berdasarkan analisis proksimat, kadar lemak bahan pakan ditentukan dengan mengekstraksikan bahan pakan tersebut dalam pelarut organik. Sampel dibebaskan dahulu dari air dengan memanaskannya dalam oven pada suhu 110º C, kemudian diekstraksikan dengan pelarut organik, setelah ekstraksi selesai, sampel diuapkan hingga kering, lalu sampel ditimbang. Lemak adalah trigliserida, yaitu ester gliserol dan asam lemak. Hasil ekstraksi tersebut jelas bukan hanya lemak, melainkan segala sesuatu yang larut dalam pelarut organik seperti karetinoid,steroid, pigmen tanaman, dan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, K). Sehingga hasil yang diperoleh umumnya lebih tinggi daripada kandungan lemak bahan pakan yang sebenarnya (Amrullah,2004).

2..1.4 Penetapan Protein Kasar

Protein kasar Kadar protein bahan pakan dapat diketahui dengan menentukan kadar N secara kimiawi. Angka yang diperoleh tersebut dikalikan dengan faktor 6,25. Faktor tersebut digunakan karena zat N mewakili kira-kira 16% dari jumlah protein yang ada (Anggorodi, 1997). Kadar protein kasar dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti species, perbedaan umur tanaman, dan bagian tanaman yang dianalisis, selain itu semakin tua umur tanaman maka kadar protein kasarnya semakin berkurang (Kamal, 1999).

2.1.5 Penetapan Serat Kasar

Serat kasar Penetapan karbohidrat dalam proses analisis bahan makanan dibagi menjadi dua golongan yaitu serat kasar dan BETN (Tillman et al., 1991). Perbedaan kadar serat kasar dipengaruhi oleh komposisi kimia Gliricidia sepium bervariasi sesuai dengan umur, bagian tanaman, musim dan tipe jenis. Semakin dewasa tanaman maka tingkat protein kasar semakin berkurang dan serat kasarnya semakin bertambah (Brewbaker et al., 1996).
Kadar serat kasar Serat kasar adalah bagian dari karbohidrat yang sulit dicerna dan mengandung senyawa selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Serat kasar yang tinggi dapat diketahui mampu mengurangi ketersediaan energi dan nutrein lain serta dapat diketahui mampu mengurangi ketersediaan energi dan nuterin lain serta dapat mempengaruhi kecepatan aliran bahan makanan didalam saluran pencernaan (Budiansyah, 2010). Semakin tinggi serat kasar dalam ransum, maka dapat meningkatkan panjang organ tersebut per kilogram berat badan untuk memperluas daerah penyerapan (Arinong, 2003). Berdasarkan penelitian lokal, diperoleh hasil kandungan serat kasar yang terdapat pada tepung jearmi padi adalah sebesar 267,8% (Arinong, 2003).

2.1.6 Penetapan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen(BETN)

Bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) BETN suatu senyawa terdiri dari zat-zat monosakarida, disakarida, dan polisakarida yang mudah larut dalam larutan asam dan basa serta serat kasar mempunyai daya cerna yang tinggi (Anggorodi, 1997). Zat tersebut mempunyai kandungan energi yang tinggi sehingga digolongkan dalam makanan sumber energi yang tidak berfungsi spesifik. Kadar BETN adalah 100% dikurangi kadar abu, protein, lemak kasar dan serat kasar, maka nilainya tidak selalu tepat serta dapat dipengaruhi oleh kesalahan analisa dari zat-zat lain (Tillman et al., 1998). Bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) Bahan ekstrak tanpa nitrogen merupakan bahan organik yang dapat diekstrak dari bahan yang tidak mengandung nitrogen (Hartadi et al., 1997).
Bahan ekstrak tanpa nitrogen merupakan bahan mudah larut. Bahan ini diekstrasi selama penentuan kadar serat dengan menggunakan asam lemak dan basa lemak. Pati, gula, dan pentosa lebih mudah larut serta karbohidrat komplek lainnya termasuk dalam kelompok ini (Sayuti , 1989) BETN berisi zat-zat monosakrida, disakarida, dan polisakarida yang semuanya mudah larut dalam larutan asam dan basa. Analisis serat kasar mempunyai hasil daya cerna yang tinggi (Tillman et al., 1998).
BETN dijadikan sebagai indeks bagian karbohidrat bahan pakan yang bukan selulosa (Amrullah, 2004). 2.2. Bahan Pakan Bahan pakan merupakan suatu bahan yang dimakan oleh hewan yang didalamnya terdapat kandungan nutrien dan kebutuhan energi yang dibutuhkan oleh hewan (Hartadi, 1980). Bahan pakan terdiri dari 2 kelompok, yaitu bahan pakan yang berasal dari tanaman dan bahan pakan yang berasal dari non tanaman (hewan) (Umiyasih dan Anggraeny, 2007). 2.2.1. Jerami padi Jerami padi merupakan bagian dari batang tumbuhan tanpa akar yang tertinggal setelah dipanen butir buahnya Shiddieqy (2005). Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang sangat banyak dan tersedia sepanjang tahun (Amrullah, 2004).


BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Judul praktikum

3.1.1 Tempat dan Waktu Praktikum

            Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 24 September sampai 27 september 2018. Dari pukul 08.00-16.00. Dan tempat praktikum dilaksanakan di laboratorium Nutrisi Ternak Dasar jurusan Peternakan Universitas Bengkulu.
Sampel yang digunakan ialah Senduduk.

3.1.2 Alat dan Bahan

1.      Penetapan Kadar Air
·         Cawan
·         Oven
·         Timbangan Analitik Listrik
·         Desikator
·         Tang Penjepit
·         Spatula
2.      Penetapan Kadar Abu
·         Silica Disk
·         Tanur
·         Timbangan Analitik Listrik
·         Desikator
·         Tang Penjepit
·         Spatula
3.      Penetapan Kadar Ekstrak Eter (Lemak Kasar)
·         Soklet Sistim Ht 2 Extraction Unit Tecator dan Selongsongnya
·         Labu Penampung
·         Alat Pendingin
·         Penangas/Waterbath
·         Spatula
·         Gelas Arloji
·         Kertas Saring Bebas Lemak
·         Oven
4.      Penetapan Kadar Protein Kasar
·         Labu Kejdahl 650 ml
·         Labu Erlenmayer 300 ml
·         Buret
·         Pipet Volume 25 Ml/50 ml
·         Labu Erlenmayer 650 ml
·         Gelas Ukur 100 ml
·         Corong
·         Alat Destruksi Dan Detilasi
5.      Penetapan Kadar Serat Kasar
·         Beaker Glas 600 ml
·         Saringan Dari Linnen
·         Serat Gelas (Glass Wol)
·         Alat Penyaring Buchner Atau Gooch Crucible
·         Desikator
·         Tanur
·         Pompa Vacum
·         Tang Penjepit
·         Timbangan Analitik Listrik
·         Gelas Ukur 100 ml
·         Corong Gelas Diameter 10 Cm

3.1.3 Cara Kerja

1.      Penetapan Kadar Air
a.       Mengeringkan cawan yang sudah dibersihkan di dalam oven pengering pada suhu 105°C selama 1 jam.
b.      Mendinginkan di dalam desikator selama 1 jam.
c.       Menimbang dalam keadaan tertutup (X gram).
d.      Menimbang contoh bahan (sample) sebanyak 2 gram dalam cawan (Y gram) dan mengeringkan di dalam oven pengering pada suhu 105°C selama 8 jam.
e.       Mendinginkan ke dalam desikator selama satu jam. Setelah dingin, menimbang (Z gram).
f.       Memasukkan sample ke dalam oven pada suhu 105°C selama 1 jam dan kemudian mendinginkan kembali dalam desikator selama 1 jam. Kemudian menimbang kembali sample (Z gram) mengulangi cara kerja 6 sampai 2 kali.
2.      Penetapan Kadar Abu
a.       Mengeringkan silica disk di dalam oven pada suhu 105°C selama 1 jam.
b.      Mendingkan di dalam desikator selama 1 jam. Menimbang dalam keadaan tertutup (X gram).
c.       Menimbang ke dalam silika disk contoh bahan (sampel) sebanyak 1,5-2 gram (Y gram) dan memasukkan ke dalam tanur. Menyalakan tanur sampai 550°C (seperti yang sudah di programkan) selama 1 jam.
d.      Mendinginkan tanur, sehingga suhunya turun menjadi 105°C, lalu memasukkan dalam desikator selama 1 jam.
e.       Menimbang (Z gram).
3.      Penetapan Kadar Ekstrak Eter (Lemak Kasar)
a.       Menimbang kertas saring bebas lemak (a gram). Kemudian menambahkan sample yang akan dianalisa kira-kira 1,5-2 gram (b gram) dan kemudian membungkus dengan baik sehingga tidak ada ceceran sample (seperti membungkus obat puyer).
b.      Memasukkan ke dalam oven bungkusan sample tersebut dengan temperatur 105°, selama 6 jam.
c.       Menimbang (dalam keadaan panas) dengan cepat (c gram), kemudian memasukkan dalam soklet.
d.      Memasang dan meletakkan penangas air labu penampung, alat ekstraksi dan alat pendingin. Memasukkan perroleum benzen seluruhnya turun dan masuk ke dalam labu penampung. Mengisi lagi sampai setengah bagian dari alat ekstraksi.
e.       Mengalirkan air pada labu pendingin, kemudian mengikuti dengan pemanas labu penampung (penangas atau waterbath).
f.       Menekstraksi selama 16 jam sampai petroleum benzen yang ada di dalam alat ekstraksi menjadi jernih/tidak berwarna.
g.      Menghentikan proses ekstraksi, kemudian mengeluarkan sample dan meletkkan di tas gelas arloji, kemudian mengangingkan sampai kering.
h.      Mengoven bungkusan sample tersebut dengan temperatur 105°C selama 6 jam.
i.        Menimbang (dalam keadaan panas) dengan cepat (d gram).
4.      Penetapan Kadar Protein Kasar
a.       Destruksi
1.      Menimbang contoh bahan (1 gram untuk konsentrat, 2 gram untuk hijauan) memasukkan ke dalam labu kejdahl sebelumnya telah dibersihkan dan dikeringkan.
2.      Menambahkan 2 gram K2SO4, 1 gram CuSO4, 3 buah batu didih (kjel tab) dan 25 ml H2SO4 pekat. 
3.      Mendestruksi dalam alat destruksi dengan mengurutkan sebagai berikut:
a.       Menghidupkan kipas angin
b.      Menghidupkan pemanas, mulai dengan api kecil sedikit demi sedikit membesarkan (pada skala 4).
c.       Mengurutkan larutan berwarna hitam (rata), lalu memutar sampai larutan menjadi jernih.
d.      Menghentikan destruksi setelah warna jernih diperoleh 30 menit. Mematikan pemanas, setleah asap habis baru mematikan pias angin.
b.      Destilasi
a.       Mengencerkan dengan air sampai volumenya ± 300 ml, mengocok agar larutan homogen.
b.      Menyiapkan erlenmeyer 650 ml yang telah berisi 50 ml H3B04 0,1 N menambahkan 100 ml air dan 3 tetes indikator mix.
c.       Menampung dan memasang labu kejdahl dalam alat destilasi.
d.      Mendinginkan aliran (panas pendingin maksimum 80°F).
e.       Menambahkan ke dalam labu kejdahl Zn logam dan 75 ml NaOH 32%. Penambahan melalui NaOH harus melalui dinding labu.
f.       Menyalakan pemanas mulai dengan api kecil, maksimum pada skala 4.
g.      Destilasi berakhir setelah volume penampung 300 ml.
h.      Menggeser penampung, mencuci ujung alat penyuling sedemikian rupa sehingga air pencuci masuk ke dalam labu penampung.
i.        Mengganti penampung dengan erlenmeyer 250 ml yang berisi 250 ml air, memasang seperti semula.
j.        Mematikan berturut-turut pemanas dan pendingin.
k.      Mentritrasi hasil destilasi dengan HCl 0,1 N, samapai timbul perubahan warna
l.        Membuat blanko dan mengerjakan seperti cara di atas.
5.      Penetapan Kadar Serat Kasar
a.       Memasukkan sample dari penetepan kadar leak ke dalam beaker glass 600 ml menambahkan 200 ml H2SO4 1,25% dan memasang pada pemanas dan mengalirkan pendingin, kemudian mendidihkan selam 30 menit.
b.      Menyaring dengan menggunakan saringan linnen. Memasukkan hasil saringan ke dalam beaker glass dengan mencucui saringan linnen.
c.       Mencuci beaker glass, hasil saringan beserta serat kasar (kalau digunakan) memasukkan ke dalam beaker glass dan menambahkan NaOH 1,25% sebanyak 210 ml dan mendidihkan selama 30 menit.
d.      Menyaring dengan menggunakan Gooch crucible yang sudah dilapisi glasswool. Mencuci dengan beberapa ml air panas dan melanjutkan dengan 15 ml etyl alkohol 95%.
e.       Menganginkan hasil saringan termasuk serat gelas dalam Gooch crucible kemudian memasukkan ke dalam alat pengering dengan suhu 105°C selama satu jam, kemudian mendinginkan di dalam desikator selama satu jam setelah dingin menimbang (Y gram).
f.       Menggabungkan di dalam tanur dengan suhu 550°C selama satu jam atau sampel berwarna putih (bebas karbon).
g.      Mengeluarkan dan membiarkan beberpa menit samapai suhunya turun menjadi 105°C, kemudian mendingkan ke dalam desikator selama 1 jam, setelah dingin, kemudian menimbang (Z gram).


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penetapan Kadar Air

4.1.1 Hasil Pengamatan

Nama Sampel (KODE)
Senduduk
Pengamatan/Ulangan ke
I
II
Berat cawan timbang kosong kering(Xg)
29,8335
29,3969
Berat cawan timbang +  Sampel (Yg)
30,9125
30,6048
Berat cawan timbang +Sampel kering (Zg)
30,858
30,559
Kadar air (%)
5,051%
3,792%

            Kadar  Air  =     100 %
Kadar Air I =       
            =  
            = 0,05051
            = 5,051%
            Kadar Air II =     
            =   
            = 0,03792
            = 3,792%


4.1.2 Pembahasan

Pada praktikum analisis proksimat tentang penetapan kadar air sampel yang kami gunakan adalah senduduk dengan hasil yang didapat yaitu 5,051 %  pada sampel 1 dan 3,792 % pada sampel 2. Dalam melakukan percobaan ini melalui proses pengeringan didalam oven selama 8 jam, dan suhu oven pengering 105°C. Dan kemudian didinginkan dengan desikator selama 1 jam. Pada percobaan ini cukup memakan waktu yang lama, dan perlu pengawasan. Menurut literatur Tillman et al., (2004) mengatakan bahwa sampel makanan ditimbang dan diletakkan dalam cawan khusus dan dipanaskan dalam oven dengan suhu 105áµ’C. Pemanasan berjalan hingga sampel tidak turun lagi beratnya. Setelah pemanasan tersebut sampel bahan pakan disebut sebagai sampel bahan kering dan penggunaanya dengan sampel disebut kadar air. Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam satuan persen. Dari hasil persentase yang kami dapatkan kadar air yang terkandung dalam konsentrat broiler ini hasilnya normal berdasarkan literature badan standarisasi nasional ( 2009 ) yang menyatakan kadar air maksimal pada sampel senduduk yaitu 14,0 %

4.2 Penetapan Kadar Abu

4.2.1 Hasil Pengamatan

Nama Sampel (KODE)
Senduduk
Pengamatan/Ulangan ke
I
II
Berat cawan timbang kosong kering(Xg)
16,4220
20,8090
Berat cawan timbang +  Sampel (Yg)
17,5044
21,8105
Berat cawan timbang +Sampel abu (Zg)
16,532
20,977
Kadar abu (%)
10,2%
10,2%

Kadar  Abu =      100 %
Kadar Abu I =      
=   
= 0,1012
= 10,2%
Kadar Abu II  =    
=  
= 10,2%

4.2.2 Pembahasan

Membakar bahan dalam tanur (furnace) dengan suhu 550°C selama 1 jam sehingga seluruh unsur pertama pembentuk senyawa organik habis terbakar dan berubah menjadi gas. Sisanya yang tidak terbakar adalah abu yang merupakan kumpulan dari mineral-mineral yang terdapat dalam bahan. Dengan perkataan lain, abu merupakan total mineral dalam bahan. Karra (2007), menyatakan bahwa pemanasan di dalam tanur adalah dengan suhu 400-600 derajat Celcius dan Halim (2006) menyatakan bahwa zat anorganik yang tertinggal di dalam pemanasan dengan tanur disebut dengan abu (ash). Menurut M. Syarif (2000) penentuan kadar abu yaitu usaha untuk mengetahui kadar abu, dalam analisis secara umum ditentukan dengan membakar bahan pakan biasanya hanya zat-zat organik selanjutnya ditimbang, sisanya disebut abu.
Pada percobaan ini sampel digunakan sebanyak 2 gr. Hasil Analisis Proksimat yang dilakukan untuk mengetahui kadar abu pada sampel senduduk adalah mendapat hasil sebesar 10,2 % pada cawan percobaan sampel 1 dan 10,2% pada cawan percobaan cawan 2 sama saja dengan percobaan sampel 1 yaitu 10,2 %.


4.3 Penetapan Kadar Ekstrak Eter (Lemak Kasar)

4.3.1 Hasil Pengamatan

Nama sampel (KODE)
Senduduk
Pengamatan / ulangan ke
I
II
Pengamatan kertas saring ( a gram )
0,0020
0,4533
Pengamatan kertas saring + sampel (b gram)
0,5419
1,0047
Pengamatan kertas saring + sampel oven (c gram)
10,912
1,505
Pengamatan kertas saring + sampel oven ekstraksi (d gram)
0,903
10,503
Kadar lemak (EE) (%)
1,667%
0,362%

Kadar Lemak Kasar =      100 %
Kadar lemak kasar I =      
=   
= 0,01667
= 1,667%
Kadar lemak kasar II =    
 =  
 = 0,001362  100%
 = 0,362%


4.3.2 Pembahasan

Percobaan selanjutnya pada praktikum ini adalah penetapan kadar lemak, menggunakan sampel swnduduk . Pada penetapan kadar lemak ini dilakukan sebanyak satu kali pengulangan. Pada pengulangan pertama cawan nomor 4A kadar yang dihasilkan adalah 1,667 %  dan cawan nomor 4B kadar yang dihasilkan adalah 0,362 % .Lemak dapat diekstraksi dengan eter menurut Soklet, kemudian lemak dapat diketahui beratnya. Pada penetapan kadar lemak kasar ini menggunakan perroleum benzen. Menurut literatur badan standarisasi nasional ( 2009 ) mengatakan bahwa kadar lemak pada sampel senduduk adalah 3,0 – 8,0 %  hasil percobaan menunjukkan bahwa kadar lemak dari hasil percobaan sesuai dengan literatur.
            Menurut literaur yang ada kandungan lemak suatu bahan pakan dapat ditentukan dengan metode soxhlet, yaitu proses ekstraksi suatu bahan dalam tabung soxhlet (Soejono, 1990). Lemak yang didapatkan dari analisis lemak ini bukan lemak murni. Selain mengandung lemak sesungguhnya, ekstrak eter juga mengandung waks (lilin), asam organik, alkohol, dan pigmen, oleh karena itu fraksi eter untuk menentukan lemak tidak sepenuhnya benar (Anggorodi, 1994). Penetapan kandungan lemak dilakukan dengan larutan heksan sebagai pelarut. Fungsi dari n heksan adalah untuk mengekstraksi lemak atau untuk melarutkan lemak, sehingga merubah warna dari kuning menjadi jernih (Mahmudi, 1997).

4.4 Penetapan Kadar Protein Kasar

4.4.1 Hasil Pengamatan

Nama Sampel (KODE)
Senduduk
Pengamatan/Ulangan ke
I
II
Volume(ml) titrasi untuk sampel (x)
7,2 ml
7,3 ml
Volume(ml) titrasi untuk blanko (y)
6,9 ml
7 ml
Berat sampel (zg)
0,5454
0,5243
Kadar protein kasar (PK%)
15,4%
17,525%

Kadar protein I
 
              
       %N = 2,464
              %PK = %N x F
                        = 2,464  7
                        =  15,4%
            Kadar protein II
 
                     
              N% = 2,804
 %PK = %N x F
                        = 2,804  6,2
                        =  17,525%

4.4.2 Pembahasan

Pada praktikum selanjutnya yang dilakukan ialah penetapan protein kasar, pada percobaan kami yaitu sampel senduduk  percobaan pada cawan 1 didapatkan hasil 15,4 % dan pada cawan 2 didapat 17,5 %. Protein adalah senyawa organik kompleks yang mempunyai berat molekul tinggi. Seperti halnya karbihidrat dan lipida, protein mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen, tetapi sebagai tambahannya, semua protein mengandung nitrogen. Kebanyakan protein mengandung sulfur, beberapa protein mengandung phosfor (Hartadi dkk., 1991).
Protein merupakan zat gizi yang amat penting, karena paling erat hubungannya dengan proses-proses kehidupan. Protein adalah sumber asam amino yang memiliki unsur-unsur C, H, O dan N yang tidak memiliki lemak atau karbohidrat. Fungsi utama protein adalah membentuk jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang telah ada, karena protein merupakan materi penyusun dasar dari semua jaringan tubuh yang dibentuk (Anggrodi., 1994). Semua protein dapat mengalami denaturasi dengan berbagai jalan dan sebagai contohnya adalah koagulasi protein oleh pemanasan. Banyak zat penyebab denaturasi selain panas, yaitu asam kuat, basa kuat, alkohol, aseton, urea, garam-garam logam berat (Tillman dkk., 1991).

4.5 Penetapan Kadar Serat Kasar

4.5.1 Hasil Pengamatan

Nama Sampel (KODE)
Senduduk
Pengamatan/Ulangan ke
I
II
Berat Sampel (Xg)
2
2
Berat penyaring+ residu kering (Yg)
24,524
25,633
Berat penyaring + Abu(Zg)
23,978
24,920
Kadar serat kasar (SK)(%)
27,3%
35,65%

Kadar Serat Kasar =      100 %
Kadar SK I  =      
  =   
 = 0,273
  = 27,3%
Kadar SK II =      
=   
= 35,65%

4.5.2 Pembahasan

Pada percobaan praktikum yang terakhir dilakukan percobaan penetapan kadar serat kasar, menggunakan sampel senduduk . Pada penetapan kadar serat kasar ini hanya dilakukan pengulangan sebanyak satu kali pengulangan untuk setiap masing-masing cawan. Pada cawan pertama hasil kadarnya adalah 3,03 %, dan pada cawan kedua nomor 22 hasil kadarnya adalah 3,13 %. Pada praktikum penetapan serat kasar ini bahan pakan yang bebas air dan bebas lemak, pertama-tama direbus dengan asam lemah, kemudian dengan basa lemah. Bahan organik yang tertinggal disaring dengan cruicible. Hilangnya berat setelah dipijarkan adalah serat kasar. Literatur mengatakan bahwa kadar serat kasar maksimal adalah 8,0 % hal ini menunjukkan bahwa kadarnya masih terbilang normal karena tidak melebihi dari batas maksimalnya.
Langkah pertama metode pengukuran kandungan serat kasar adalah menghilangkan semua bahan yang terlarut dalam asam dengan pendidihan dengan asam sulfat bahan yang larut dalam alkali dihilangkan dengan pendidihan dalam larutan sodium alkali. Residu yang tidak larut adalah serat kasar (Soejono, 1990).


4.6 Penetapan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN)

4.6.1 Hasil Pengamatan

Nama sampel
Senduduk
Pengamatan (ulangan) ke
I
II
Kadar air (%)
5,051
3,792
Kadar abu (%)
10,2
10,2
Kadar ekstrak eter (%)
1,667
0,362
Kadar serat kasar (%)
27,3
35,65
Kadar protein kasar (%)
15,4
17,525
Kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen (%)
40,382%
32,473%

27,3 
              = 100% - (59,618)
              = 40,382%
 
               = 100% -(67,527)
     = 32,473%

4.6.2 Pembahasan

Bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) yang terkandung dalam Salam yang terdapat pada kode sampel I yaitu 40,382% sampel II yaitu 32,473%  BETN tersebut dipengaruhi oleh beberapa komponen lain seperti abu, protein kasar, serat kasar dan lemak kasar kurang dari 100%. Hasil percobaan kami sesuai literatur menurut (Hafes, 2000) yang menyatakan bahwa kandungan BETN suatu bahan pakan sangat tergantung pada komponen lainnya, seperti abu, protein kasar, serat kasar dan lemak kasar. Jika jumlah abu, protein kasar, esktrak eter dan serat kasar dikurangi dari 100%, perbedaan itu disebut bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). BETN merupakan karbohidrat yang dapat larut meliputi monosakarida, disakarida dan polisakarida yang mudah larut dalam larutan asam dan basa serta memiliki daya cerna yang tinggi.


BAB V

PENUTUP


4.1 Kesimpulan

Pada praktikum analisis proksimat, kami mrnggunakan sampel konsentrat broiler yang dapat disimpulkan bahwa. Analisis proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat makanan dari bahan pakan atau pangan. Kadar air pada  sampel senduduk yang didapat yaitu 5,051 %  pada sampel 1 dan 3,792 % pada sampel 2. Kadar Abu pada sampel senduduk yaitu 10,2 % pada sampel 1 dan 10,2 % pada sampel 2.Sedangkan untuk kadar lemak senduduk yang didapat 1,667 % untuk sampel 1 dan 0,362 % untuk sampel 2. Dan kadar serat kasar sampel senduduk yaitu 27,3 % untuk sampel 1 dan 35,65 % untuk sampel 2. Pada protein kasar didapat hasil 15,4 % untuk sampel 1 dan 17,525 % untuk sampel 2. Pada praktikum percobaan terakhir didapatkan hasil 40,382 % untuk sampel 1 dan 32,473 % untuk sampel 2.

4.2 Saran

§  Sebaiknya praktikan membaca buku penuntun sebelum melakukan praktikum, agar memperkecil tingkat kesalahan.
§  Praktikan tidak membuat gaduh didalam laboratorium
§  Untuk laboratorium diharapkan melengkapi peralatan untuk praktikum, agar semua percobaan yang ada dibuku penuntun bisa berjalan sesuai prosedur.


               


LAMPIRAN

Description: Description: C:\Users\ProBook 4440s\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG-20180929-WA0045.jpg
Description: Description: C:\Users\ProBook 4440s\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG-20180929-WA0048.jpg
Description: Description: C:\Users\ProBook 4440s\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG-20180929-WA0047.jpg

Description: Description: C:\Users\ProBook 4440s\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG-20180929-WA0064.jpg
Description: Description: C:\Users\ProBook 4440s\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG-20180929-WA0049.jpg

Description: Description: C:\Users\ProBook 4440s\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG-20180929-WA0060.jpg
Description: Description: C:\Users\ProBook 4440s\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG-20180929-WA0059.jpg


DAFTAR PUSTAKA

Amrullah I. K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunungbudi, Bogor.

Anggorodi, R. 1997. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia, Jakarta.

Anggordi, R. 1994. Ilmu Makan ternak Umum. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional 2009.SNI.3148.5-2009: Broiler Concentrate

Blakely J, Bade DH. 1992. Ilmu Peternakan. Edisi Ke-empat. Terjemahan B.

Brewbaker, 1996. Glicirida : Produksi dan Manfaat (diterjemahkan oleh Emmanuel Keffi). Asia Pasific Agroforesty Network Secretariat, Bogor.

Demam, J. M. 1997. Kimia Makanan edisi 2. ITB, Bandung.

Hartadi, H. S. 1980. Komposisi Pakan untuk Ternak Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Hartadi, H. S. Reksohadiprodjo dan A.D. Tilam. 1997. Komposisi Pakan untuk Ternak Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Kamal, Muhammad. 1999. Nutrisi Ternak Dasar. Laboratorium Makanan Ternak Jurusan nutrisi dan Makanan ternak Fakultas Peteranakan UGM, Yogyakarta.

Kamal, M. 1994. Nutrisi Ternak Laboratorium Makanan Ternak. Jurnal Nutrisi dan Makan Ternak. UGM, Yogyakarta.

Kartadisastra, H.R. 1997. Penyedia dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia Sapi, Kerbau, Domba, Kambing. Kanisius, Yogyakarta.

Mahmudi, M. 1997. Penurunan Kadar Limbah Sintesis Asam Fosfat Menggunakan Cara Ekstraksi Cair-Cair dengan Solven Campuran Isopropanol dan n-Heksan. Semarang: Universitas Diponegoro.

Sudarmadji. 2003.  Makanan Ternak Unggas.  BPFE : Yogyakarta.

Sayuti, N. 1989. Landasan Ruminansia. Fakultas Peternakan. Universitas Andalas. Padang.

Soejono .1990.  Manfaat Pakan Bagi Ternak. Bhratara Karya Aksara : Jakarta.

Tilam, A. D., Hartadi, S. Reksohardjo, S. Prawirokusumo, S. Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. UGM, Yogyakarta.

Tillman, Hartadi, H, Reksohadiprodjo, Prawirokusumo dan Lebdosoekodjo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Tillman, Hartadi, H, Reksohadiprodjo, Prawirokusumo dan Lebdosoekodjo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.


Winarno. 2004. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak. Bandung: Penerbit Angkasa. 

No comments