teknologi industri pertanian 2014 uji kelarutan dan pengendapan protein
LAPORAN
PRAKTIKUM BIOKIMIA
Disusun oleh
Nama :
M. Hasybi Izzadin
Npm :
E1G014049
Prodi :
TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
Kelompok : 7
Hari/Jam :
Selasa 08.00-09.45
Tanggal
: 10-11-2015
Co-ass
: 1. Luvi Nofita
2. Nurul Kahasanah
DOSEN
: Devi silsia, Dra., M.si
Objek
praktikum : UJIKELARUTAN DAN
PENGENDAPAN PROTEIN
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Hampir setiap fungsi dinamik dalam makhluk
hidup bergantung pada protein. Faktanya nilai penting protein digaris bawahi
oleh namanya, yang berasal dari kata Yunani proteios, yang berarti ‘tempat
pertama’. Protein menyusun lebih dari 50% massa kering sebagian besar sel, dan
protein teramat penting bagi hampir semua hal yang dilakukan organisme.
Beberapa protein mempercepat reaksi kimia, sedangkan yang lain berperan dalam
penyokongan struktural, penyimpanan, transpor, komunikasi selular, pergerakan,
serta pertahanan melawan zat asing.
Protein
terdiri dari asam-asam amino yang dihubugkan melalui ikatan peptida pada
ujung-ujungnya. Selain ikatan peptida terdapat
ikatan kimia lain dalam protein yaitu ikatan hidrogen, ikatan hidrofob, ikatan
ion/ikatan elektrostatik, dan ikatan van der Waals. Protein dapat tidak stabil
terhadap beberapa faktor yaitu pH, radiasi, suhu, medium pelarut organik, dan
detergen.
Protein
tersusun dari atom C, H, O, dan N, serta kadang-kadang P dan S. Dari
keseluruhan asam amino yang terdapat di alam hanya 20 asam amino yang yang
biasa dijumpai pada protein. Pada berbagai uji kualitatif yang dilakukan
terhadap beberapa macam protein, semuanya mengacu pada reaksi yang terjadi
antara pereaksi dan komponen protein, yaitu asam amino tentunya. Beberapa asam
amino mempunyai reaksi yang spesifik pada gugus R-nya, sehingga dari reaksi
tersebut dapat diketahui komponen asam amino suatu protein. Uji protein dengan metode identifikasi protein secara kualitatif dapat
menggunakan prinsip diantaranya uji biuret, pengendapan dengan logam,
pengendapan dengan garam, pengendapan dengan alkohol, uji koagulasi dan
denaturasi protein.
Untuk
mengetahui kebenaran teori tersebut maka dilakukanlah percobaan uji protein
dengan metode identifikasi secara kualitatif dengan menggunakan prinsip
pengendapan dengan logam dan pengendapan dengan alkohol.
1.2 Tujuan
Percobaan
1. Mengetahui
daya larut terhadap pelarut tertentu
2. Mengetahui
pengaruh larutan garam konsentrasi tinggi terhadap sifat kelarutan protein.
3. Mengetahui
pengaruh logam berat asam organik terhadap sifat kelarutan protein
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Protein adalah sekelompok senyawa
organik yang nyaris keseluruhannya terdiri atas karbon, hidrogen, oksigen, dan
nitrogen. Protein biasanya suatu polimer yang tersusun atas banyak subunit
(monomer) yang dikenal sebagai asam amino. Asam amino yang biasanya ditemukan
dalam protein menunjukkan struktur sebagai berikut (Fried dan Hademenos, 2006).
Protein merupakan makromolekul yang paling melimpah di dalam sel dan menyusun
lebih dari setengah berat kering pada semua organisme. Sebagai makro molekul,
protein merupakan senyawa organik yang mempunyai berat molekul tinggi dan
berkisar antara beberapa ribu sampai jutaan dan tersusun dari C, H, O dan N
serta unsur lainnya seperti S yang membentuk asam-asam amino. Semua protein
pada semua makhluk, dibangun oleh oleh susunan dasar yang sama, yaitu 20 macam
asam amino baku yang molekulnya sendiri tidak mempunyai aktivitas biologis sedang
protein sebagai enzim dan hormon mempunyai fungsi khusus. Disamping itu protein
dapat berfungsi sebagai pembangun struktur, sumber energi, penyangga racun,
pengatur pH dan bahkan sebagai pembawa sifat turunan dari generasi ke generasi
(Patong, dkk., 2012).
Melalui reaksi hidrolisis protein telah didapatkan 20
macam asam amino yang dibagi berdasarkan gugus R-nya, berikut dijabarkan
penggolongan tersebut : asam amino non-polar dengan gugus R yang hidrofobik,
antara lain Alanin, Valin, Leusin, Isoleusin, Prolin, Fenilalanin, Triptofan
dan Metionin. Golongan kedua yaitu asam amino polar tanpa muatan pada gugus R
yang beranggotakan Lisin, Serin, Treonin, Sistein, Tirosin, Asparagin dan
Glutamin. Golongan ketiga yaitu asam amino yang bermuatan positif pada gugus R
dan golongan keempat yaitu asam amino yang bermuatan negatif pada gugus R. Dari
ke-20 asam amino yang ada, dijumpai delapan macam asam amino esensial yaitu
valin, leusin, Isoleusin, metionin, Fenilalanin, Triptofan, Treonin, dan Lisin.
Asam amino essensial ini tidak bisa disintesis sendiri oleh tubuh manusia
sehingga harus didapatkan dari luar seperti makanan dan zat nutrisi lainnya (Samadi,2012).
Pembagian tingkat organisasi struktur protein ada empat kelas yakni struktur
primer, struktur sekunder, dan struktur tersier. Sedangkan klasifikasi protein
dibagi berdasarkan sifat biologisnya, berdasarkan sifat kelarutannya dan gugus
prostetiknya (Katili, 2009).
Pada struktur primer ini ikatan antar asam amino hanya ikatan peptida (ikatan
kovalen). Struktur ini dapat digambarkan sebagai rumus bangun yang biasa
ditulis untuk senyawa organik. Pada ikatan ini tidak terdapat ikatan atau
kekuatan lain yang menghubungkan asam amino dengan satu dan lainnya. Pada
struktrur sekunder dimana rantai asam amino bukan hanya dihubungkan oleh ikatan
peptida tetapi juga diperkuat oleh ikatan hidrogen. Karena ikatan peptida
adalah planar maka dalam satu molekul protein dapat berotasi hanya Ca-N
dan Ca-C terhadap sumbu (struktur primer), sehingga memungkinkan
suatu protein yang disebut a-heliks. Struktur tersier terbentuk karena
terjadinya pelipatan (folding) rantai a-heliks, konformasi b, maupun
gulungan rambang suatu polipeptida, membentuk protein globular, yang struktur
tiga dimensinya lebih rumit daripada protein serabut. Struktur kuartener
terbentuk dari beberapa bentuk tersier dan bisa terdiri dari promoter yang sama
atau yang berlainan. Agregasi dari banyak polipeptida dapat membentuk sebuah
protein tunggal yang fungsional (Patong, dkk., 2012).
Fungsi protein ditentukan oleh konformasinya, atau pola lipatan tiga
dimensinya, yang merupakan pola dari rantai polipeptida. Beberapa protein
seperti keratin rambut dan bulu, berupa serabut, dan tersusun membentuk
struktur linear atau struktur seperti lembaran dengan pola lipatan berulang
yang teratur. Protein lainnya, seperti kebanyakan enzim, terlipat membentuk
konformasi globular yang padat dan hampir menyerupai bentuk bola. Konformasi
akhir bergantung pada berbagai macam interaksi yang terjadi (Kuchel dan
Ralston, 2006).
Dalam ilmu Kimia, pencampuran atau penambahan suatu
senyawa dengan senyawa yang lain dikatakan bereaksi bila menunjukkan adanya
tanda terjadinya reaksi, yaitu: adanya perubahan warna, timbul gas, bau,
perubahan suhu, dan adanya endapan. Pencampuran yang tidak disertai dengan
tanda demikian, dikatakan tidak terjadi reaksi kimia. Ada beberapa reaksi khas
dari protein yang menunjukkan efek/tanda terjadinya reaksi kimia, yang
berbeda-beda antara pereaksi yang satu dengan pereaksi yang lainnya. Semisal
reaksi uji protein (albumin) dengan Biuret test yang menunjukkan perubahan
warna, belum tentu sama dengan pereaksi uji lainnya(Ariwulan, 2011).
Uji protein dengan metode identifikasi protein secara
kualitatif dapat menggunakan prinsif (Khoiriah, 2012) :
· Uji Biuret : pembentukan senyawa kompleks
koordinat yang berwarna yang dibentuk oleh Cu²++ dengan gugus
–CO dan –NH pada ikatan peptida dalam larutan suasana basa.
· Pengendapan dengan logam : pembentukan
senyawa tak larut antara protein dan logam berat.
· Pengendapan dengan garam : pembentukan senyawa tak
larut antara protein dan ammonium sulfat.
· Pengendapan dengan alkohol : pembentukan senyawa tak larut
antara protein dan alkohol.
· Uji koagulasi : perubahan bentuk yang
ireversibel dari protein akibat dari pengaruh pemanasan.
· Denaturasi protein : perubahan pada suatu
protein akibat dari kondisi lingkungan yang sangat ekstrim.
Berbagai protein globular mempunyai daya kelarutan yang berbeda dalam air.
Variabel yang mempengaruhi kelarutan ini adalah pH, kekuatan ion, sifat
dielektrik pelarut, dan temperatur. Pemusahan protein dari campuran dengan
pengaturan pH didasarkan pada harga pH isoelektrik yang berbeda-beda untuk tiap
macam protein. Pada umumnya molekul protein mempunyai daya kelarutan minimum
pada pH isoelektriknya. Pada pH isoelektriknya beberapa protein akan mengendap
dari larutan, sehingga dengan cara pengaturan pH larutan, masing-masing protein
dalam campuran dapat dipisahkan satu dari yang lainnya dengan teknik yang
disebut pengendapan isoelektrik (Patong, dkk., 2012).
Protein yang tercampur oleh senyawa logam berat akan
terdenaturasi. Hal ini terjadi pada albumin yang terkoagulasi setelah
ditambahkan AgNO3 dan (CH3COO)2Pb. Senyawa-senyawa logam tersebut akan memutuskan jembatan garam dan
berikatan dengan protein membentuk endapan logam proteinat. Protein juga
mengendap bila terdapat garam-garam anorganik dengan konsentrasi yang tinggi
dalam larutan protein. Berbeda dengan logam berat, garam-garam anorganik
mengendapkan protein karena kemampuan ion garam terhidrasi sehingga
berkompetisi dengan protein untuk mengikat air. Pada percobaan, endapan yang
direaksikan dengan pereaksi millon memberikan warna merah muda, dan filtrat
yang direaksikan dengan biuret berwarna biru muda. Hal ini berarti ada sebagian
protein yang mengendap setelah ditambahkan garam (Sri, 2012).
Denaturasi adalah proses yang mengubah struktur
molekul tanpa memutuskan ikatan kovalen. Proses ini bersifat khusus untuk
protein dan mempengaruhi protein yang berlainan dan sampai yang tingkat berbeda
pula. Denaturasi dapat terjadi oleh berbagai penyebab yang paling penting
adalah bahan, pH, garam, dan pengaruh permukaan. Denaturasi biasanya dibarengi
oleh hilangnya aktivitas biologi dan perubahan yang berarti pada beberapa sifat
fisika dan fungsi seperti kelarutan (Deman,1989).
Sebagian besar protein dapat diendapkan dari larutan air dengan penambahan
asam tertentu seperti, asam trikloroasetat dan asam perklorat. Penambahan asam
ini menyebabkan terbentuknya garam protein yang tidak larut. Zat pengendapan
lainnya adalah tungstat, fosfotungstat dan metanofosfat. Protein juga
diendapkan dengan kation tertentu seperti Zn2+ dan Pb2+ (Patong,
dkk., 2012)
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat
Dan Bahan
Alat
Ø Tabung
reaksi
Ø Rak
tabung reaksi
Ø Pipet
ukur
Ø Pipet
tetes
Ø Penangas
Bahan
Ø Larutan NaOH 40%
Ø Larutan
HCL 10 %
Ø Aquades
Ø Larutan (
NH4)2 SO4 jenuh
Ø Larutan
HgCL2 5%
Ø Larutan
CuSO4 5%
Ø Llarutan
CaCL2 5 %
Ø Larutan
Pb-asetat 5%
Ø Asam
trikolroasetat 10%
Ø Asam
sulsosalisilat 5%
Ø Larutan
MgSO4 5%
Ø Larutan
NaCL 5%
Ø Larutan
BaCL2 5%
Ø Albumin
telur
3.2 Cara
Kerja
A. Uji
Kelarutan Protein
1. Sediakan
5 tabung reaksi, masing masing di isi dengan aquades, HCL 10 %, NaOH 40%,
alkohol 96%, dan kloroform sebanyak 1 ml.
2. Tambahkan
2 ml albumin telur pada setiap tabung reaksi
3. Kocoklah
dengan kuat, kemudian amati sifat kelarutannya.
B. Uji
Pengendapan Protein Dengan Garam
1. Sediakan
5 tabung reaksi msing masing di isis dengan 2 ml albumin telur
2. Pada
tabung 1,2,3,4 dan 5 berturut turut tambahkan larutan NaCL 5%, BaCL2 5%,
CaCL2 5%, dan (NH4)2SO4 jenuh setetes demi stetes sampai timbul endapan.
3. Selanjutnya
tambahkan kembali larutan garam secara berlebihan.
4. Kocoklah
tabung reaksi tersebut, kemudian amati perubahan yang terjadi.
C. Uji
Endapan Protein Dengan Logam Dan Asam Organik
1. Sediakan
tabung reaksi masing masing di isi dengan 2 ml albumin telur
2. Pada
tabung 1,2,3,4 dan 5 berturut turut tambahkan 10 tetes larutan asam
trikloroasetat 10%,asam sulsosilat 5%, CuSO4 5%, HgCL2 5%, dan Pb-asetat 5%.
3. Kocoklah
tiap tabung dan amati perubahan yang terjadi
D. Denaturasi
1. Tuangkan
3 ml albumin telur kedalam tabung reaksi
2. Panaskan
sampai mendidih selama beberapa menit dengan api kecil
3. Amati
apa yang terjadi
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengamatan
a. Uji
Kelarutan Protein
Bahan
|
Tabung 1
|
Tabung 2
|
Tabung 3
|
Tabung 4
|
Tabung 5
|
Albumin telur
|
2 ml
|
2 ml
|
2 ml
|
2 ml
|
2 ml
|
Aquades
|
1 ml
|
||||
HCL 10%
|
1 ml
|
||||
NaOH 40%
|
1 ml
|
||||
Alkohol 96%
|
1 ml
|
||||
Kloroform
|
1 ml
|
kocok tabung reaksi dengan kuat
Hasil :
Larut / tdk larut
|
Larut
|
Larut
|
Larut
|
Tidak larut
|
Tidak larut
|
b. Uji
Pengendapan Protein Dengan Garam
Bahan
|
Tabung 1
|
Tabung 2
|
Tabung 3
|
Tabung 4
|
Tabung 5
|
Albumin telur
|
2 ml
|
2 ml
|
2 ml
|
2 ml
|
2 ml
|
NaCl 5%
|
Berlebih
|
||||
BaCL2 5%
|
Berlebih
|
||||
CaCL2 5%
|
Berlebih
|
||||
MgSO4 5%
|
Berlebih
|
||||
(NH4)2SO4 jnh
|
Berlebih
|
kocok tabung reaksi dengan kuat
Hasil : endapan
Banyak / sedikit
|
Terdapat banyak endapan
|
Banyak endapan dan gumpalan hitam
|
Tidak ada endapan dan larutan lebih jernih
|
Terdapat sedikit endapan
|
Tidak ada endapan
|
c. Uji
Pengengendapan Protein Dengan Logam Dan Asam Organik
Bahan
|
Tabung 1
|
Tabung
|
Tabung 3
|
Tabung 4
|
Tabung 5
|
Albumin telur
|
2 ml
|
2 ml
|
2 ml
|
2 ml
|
2 ml
|
TCA 10%
|
10 tetes
|
||||
As. Sulfosalisilat
|
10 tetes
|
||||
CuSO4 5%
|
10 tetes
|
||||
HgCL2 5 %
|
10 tetes
|
||||
Pb-asetat 5%
|
10 tetes
|
kocoklagh tabung reaksi dengan kuat
Hasil: endapan ada / tidak
|
-
|
-
|
Tidak ada endapan dan warna biru
|
Tidak ada endapan dan warnah putih bening
|
Ada endapan warna putih susu
|
d. Denaturasi
Bahan uji dan perlakuan
|
Pengamatan
|
Albumin telur di panaskan
|
Setelah di panaskan albumin telur berubah warna
menjadi putih susu dan menjadi padat(mengumpal)
|
4.2 Pembahasan
Pada saat melakukan uji kelarutan protein, uji pengendapan protein dengan
garam, uji pengendpan protein dengan logam dan asam organik dan denaturasi, pada
masing masing tabung sudah di beri 2 ml albumin telur.
Uji kelarutan protein, pertama-tama kita menyediakan lima tabung reaksi
yang bersih, setelah itu ke lima tabung reaksi tersebut di isi dengan aquades,
HCL 10%, NaOH 40%, alkohol 96% dan klorofom, masing-masing pada tabung ditambah
sebanyak satu ml sesudah itu ditambah 2 ml larutan albumin telur pada setiap
tabung reaksi, lalu dikocok dengan kuat dan diamati, pada tabung pertama yaitu
aquades hasilnya albumin telur larut . Tabung reaksi kedua yaitu HCL 10%, hasilnya
albumin telur larut, NaOH 40%, hasilya larutan albumin telur larut, alkohol 96
%, hasil yang didapatkan larutan albumin telur tidak larut, kloroform hasil
yang didapatkan larutan albumin tidak larut.
Pada
uji pengendapan protein dengan garam pada masing masing tabung sudah
di beri 2 ml albumin telur dimana pada NaCL 5% terdpat banyak endapan setelah
dikocok dengan kuat, BaCL2 5% terdapat banyak endapan dan terjadi
gumpalan hitam, CaCl2 5% , larutan albumin telur menghilang dan
larutan menjadi jenih, sedangkan MgSO4 5% terdapat sedikit endapan, (NH4)2SO4
jnh tidak terjadi endapan
Pada
uji pengendapan protein dengan logam dan asam organik pada masing masing tabung
telah di beri albumin telur sebanyak 2 ml pada uji TCA 10% dan As.
Sulfosalisilat tidak dilakukan karena bahan yang digunakan tidak ada. CuSO4,
hasil yang didapat tidak ada endapan dan warnah berubah menjadi biru, HgCL2
5% tidak terdapat endapan dan warnah menjadi putih benining, sedangkan pada
penambahan dengan Pb-asetat 5% terdapat endapan dan warnah putih susu.
Untuk uji denaturasi albumin telur di masukkan ke dalam tabung reaksi yang
kemudian di panaskan di penangas, reaksi tersebut berubah yang sebelumnya
bening mennjadi warna putih susu dan juga terdapat endapan yang mengumpal. Proses tersebut
adalah yang mengubah struktur molekul protein tanpa
memutuskan ikatan kovalen
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
· Pada saat uji
kelarutan protein larutan albumin telur yang ditambahkan pada ph yang
berkisaran netral dan basah terjadi kelarutan sedangkan pada ph yang asam
berkelarutan asam albumin telur tidak larut
sedangkan pada uji protein dengan garam terdapat adaya endapan dan
sedikit endapan misal pada CaCl2 endapan malah emghilang dan larutan
menjadi lebih jernih sedangkan BaCl2 terdapat banyak endapan
sedangkan pada MgSO4 terdapat sedikit endapan. Pada uji protein dengan logam
dan asam organik, tidak terdapat endapan pada logam dan sebaliknya pada asam
organik yaitu pb-asetat terdapat endapan. Denaturasi protein perubahan dari cair
menjadi pada kenapa karena dari albumin telur yang semula berbentuk cair
setelah dipanaskan terjadi pengumpalan dan tanpa memutuskan ikatan kovalen pada
protein.
5.2 Saran
Semoga kedepannya labortoriumnya
lebih memadai dalam hal-hal kebersihan dan kelengkapan.
DAFTAR PUSTAKA
Ariwulan, R.R. Dyah Roro, 2011, Uji Reaksi
Protein.Institut pertanian padang padempuan.Sulawesi
selatan.
Deman, M. John, 1997, Kimia
Makanan, Institut
Teknologi Bandung , Bandung.
Fried, G. H. dan Hademenos, G. J., 2006, Schaum’s
Outlines Biologi Edisi Kedua, Penerbit Eralangga, Jakarta.
Katili, A. S., 2009, Struktur dan Fungsi
Protein Kolagen.ITB.Bandung.
Khoiriah, N., 2012, Uji Reaksi Protein.UNJ.Jakarta
Kuchel, P. dan Ralston G. B., 2006, Biokimia Schaum’s
Easy Outlines, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Patong, A.R., dkk., 2012, Biokimia Dasar,
Lembah Harapan Press, Makassar.
Samadi, 2012, Konsep Ideal Protein (Asam
Amino) Fokus pada Ternak Ayam.ITB.Bandung.
Sri, 2012, Praktikum Reaksi Uji Protein.Granmedia.Jakarta.
Post a Comment