LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KULTUR JARINGAN TANAMAN KULTUR JARINGAN TANAMAN JERUK
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK KULTUR JARINGAN TANAMAN
KULTUR JARINGAN TANAMAN JERUK
OLEH
MEDIAN EFRADO
E1A 006 002
PROGRAM STUDI AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGUKULU
2009
I.
PENDAHULUAN
a.
Latar Belakang
Bibit jeruk yang
bermutu baik dapat diperoleh melalui kultur jaringan di Laboratorium yaitu
salah satunya adalah dengan kultur biji jeruk. Pengukuran dilaksanakan pada
kondisi aseptik sehingga akan memberikanlebih banyak keuntungan dibandingkan
dengan metode konvensional. Secara in
vitro, bahan tanam yang dihasilkan akan memiliki tingkat multiplikasi yang
tinggi, materi tanaman berkualitas, lebih homogen dan secara genetik sama
dengan induknya, dapat diperoleh dalam waktu yang singkat (Bhojwani, 1990 dalam
handayani, M., 2005) dan menghasilkan tanaman yang bebas pathogen (Hartmann dkk.,
1990 dalam Handayani, M., 2005).
Masa kejayaan jeruk
Garut yang sempat terancam punah akan segera "dikembalikan". Sebuah
upaya pembudidayaan kembali jeruk Garut kini tengah dilakukan Pemerintah
Kabupaten Garut. Bahkan, pihak Institut Pertanian Bogor (IPB) telah menawarkan
kerja sama kepada Pemkab Garut untuk mengembangkan jeruk Garut melalui kultur
jaringan.
Jeruk Garut, telah dikenal
secara nasional sejak 1950-an lalu. Namun, kemudian mengalami penurunan baik
dari jumlah pohon, luas areal tanam, serta produksinya sebagai akibat serangan
virus CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration). Letusan Gunung Galunggung di
Tasikmalaya dengan semburan abu vulkaniknya semakin memperparah kondisi
perkebunan jeruk Garut saat itu.
Upaya pengembalian
kejayaan jeruk Garut telah dilirik pihak akademisi. Departemen Biologi FMIPA
IPB telah memberikan penawaran kerja sama kepada Pemkab Garut beberapa waktu
lalu. Dalam proposal penawaran kerja samanya, terdapat beberapa hal yang akan
dilakukan IPB yakni upaya eradikasi tanaman sakit, pengadaan bibit jeruk sehat
bebas CVPD, pengendalian vektor CVPD, penerapan teknologi budidaya jeruk secara
tepat, serta pengawasan lalu lintas bibitnya.
Upaya perbanyakan
dengan kultur jaringan (in vitro), lanjutnya akan dilakukan pada tanaman jeruk
Garut yang memiliki induk sehat. Perbanyakan tanaman secara kultur jaringan ini
dalam rangka pengadaan bibit bebas CVPD dan menghidupkan kembali kondisi
perjerukan pada kondisi lingkungan strategis dengan perluasan area tanam.
b.
Tujuan praktikum
Mengetahui cara kultur biji
jeruk (Citrus Sp) dan untuk
memproduksi PLB (protocorm Like Body).
II.
BAHAN DAN ALAT
Bahan yang digunakan
antara lain: biji jeruk (Nusellus), media MS, alcohol 70%, aquades steril,
penambahan pisang ambon 1 bh/L, CAP 1 ppm, air kelapa muda 150 ml/L, arang
aktif 2 gr/L, gula 30 gr/L, agar 7 gr/L dan pH 6,0.
Alat yang dipakai adalah Petridish,
botol kultur, aluminium foil, plastic wrap, LAC, lampu spititus, peralatan
tanam (gunting, pinset scapel, dan mata scapel) dan ruang kultur (rak kultur,
lampu neon, thermometer, AC).
III.
CARA KERJA
Adapun cara kerja yang kami lakukan pada acara ini adalah sebagai berikut
:
Ø
Pembuatan Media Tanam dan Sterilisasinya.
1.
Pembuatan Media MS padat dengan penambahan NAA
dan BAP sesuai dengan perlakuan. Cara pembuatan sesuai dengan cara pembuatan
media tanam.
2.
Media tanam harus disterilisasi dan diinkubasi
selama 1 minggu.
Ø
Sterilisasi dan Penanaman Bahan Tanam.
1.
Memilih biji jeruk yang berisi dan tidak busuk.
2.
Mensterilkan biji jeruk dengan menggunakan
deterjen, lalu dibilas dengan aquades steril.
3.
Merendam biji jeruk dengan fungisida/
bakterisida, lalu dibilas dimasukkan dalam gelas ukur berisi air, lalu diaduk
dengan menggunakan magnetic stirrer kurang lebih selama 5 menit.
4.
Dalam LAC, biji jeruk direndam dengan alcohol
70% selama 10 detik, lalu dibilas dengan aquades steril.
5.
Membuka lapisan luar kulit biji jeruk dengan
menggunakan alat diseksi hingga diperoleh nusellus atau biji tanpa kulit.
6.
Menanam nusellus atau biji ke dalam media kultur
yang telah disiapkan di dalam botol kultur.
7.
Menutup botol kultur dengan aluminium foil agar
tidak terjadi kontaminasi.
8.
Melakukan pengamatan terhadap pembentukan organ
tanaman yang terjadi.
Ø
Pengamatan
1.
Pengamatan dilakukan setiap hari untuk saat
tumbuh kalus dan PLB, pengamatan mingguan terhadap diameter kalus, jumlah PLB,
tunas akar dan jumlah daun.
2.
Pengamatan Visual terhadap warna kalus dan PLB.
IV.
HASIL PENGAMATAN
Minggu ke
|
Tanggal
|
Keterangan
|
I
|
28 November
2008
|
·
Tanaman mati karena terkontaminasi
·
Seluruh biji tertutup jamur
·
Berwarna putih
·
Media tidak terkontaminasi
·
Karena telah terkontaminasi, bahan dibuang dan
tidak dilanjutkan pengamatan minggu ke 2
|
V.
PEMBAHASAN
Teknik perbanyakan
jeruk melalui metode kultur jaringan dilakukan dengan menggunakan eksplant
berupa biji. Biji tersebut yang diambil adalah bagian nusellusnya. Cara untuk
mendapatkan nuselus adalah dengan mengambil kulit jeruk kemudian dibelah dengan
hati-hati untuk mendapatkan bagian yang berwarna hijau muda.
Pengelupasan kulit
biji jeruk sulit dilakukan, karena permukaan biji jeruk yang licin sehingga
sulit dilakukan pembelahan terhadap biji dengan scalpel. Jika pada saat
pembelahan biji jatuh ke lantai LAC, maka biji tidak boleh lagi digunakan
sebagai bahan tanam. Hal ini untuk menceah terjadinya kontaminasi pada eksplant
yang akan ditanam.
Pada pengamatan yang
telah dilakukan, pada minggu pertama tanaman langsung mati. Hal ini terjadi
karena serangan cendawan yang berwarna putih dan menutuoi seluruh permukaan
biji. Diduga biji masih mengandung kontaminan-kontaminan yang dapat menimbulkan
gangguan pada saat perkembangannya. Hal ini tampak berbeda dengan medianya,
media tidak mengalami kontaminasi karema tidak terserang jamur. Dengan
demikian, semakin kuat dugaan bahwa yang mengandung kontaminan adalah bijinya,
bukan dari medianya.
Sebab-sebab lainnya
yang memungkinkan adalah karena bahan tanam mengeluarkan eksudat yang
berlebihan dan tidak cocok dengan media tanam. Hal ini menyebabkan biji
mengalami keracunan karena ketidaksesuaian metabolisme yang mengakibatkan
munculnya cendawan di seluruh permukaan biji. Hal ini dapat saja terjadi,
karena sebenarnya tidak semua jenis tanaman dapat ideal dengan menggunakan media
tanam berupa media MS. Biasanya, pada bebrapa jenis tanaman penggunaan salah
satu media belum tentu cocok dan hanya cocok jika ditanam pada media yang
lainnya. Sebagai contoh, biasanya tanaman berkayu menggunakan media WPM (Woody
Plant Medium).
Kesalahan juga dapat
dianalisa melalui proses sterilisasi. Bisa jadi pada saat sterilisasi belum
baik, dari segi cara, bahan, maupun peralatan dan bahan yang kurang menjamin
keaseptikan dapat memicu adanya kematian pada eksplant yang kita tanam. Jika
desinfektant yang digunakan ssalah atau terlalu kuat konsentrasinya, maka juga
dapat membunuh eksplant karena menyebabkan terjadinya plasmolisis dari dalam
sel biji jeruk.
VI.
KESIMPULAN
1.
Kultur jeruk melalui biji tidak berhasil
dilakukan karena eksplant terserang cendawan
2.
Kontaminasi diduga terbawa oleh bahan tanam
sendiri, bukan dari media, karena pada media tidak terjadi kontaminasi, atau
dapat juga berasal dari peralatan yang digunakan.
3.
Tidak semua jenis tanaman cocok ditanam pada
media MS.
4.
Bahan tanam berupa tanaman yang berkayu biasanya
menggunakan media WPM.
5.
Kematian bahan tanam juga dapat terjadi karena
kesalahan pada waktu sterilisasi yang kurang tepat, sehingga masih meninggalkan
kotoran pada bahan tanam maupun peralatan yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
APR 124-MJI. Jeruk
Garut akan kembali digalakkan. http://www.citrus-indonesia.com/.
22 Desember 2008.
Marlin, Usman. K.J.S,
dan Atra Romeida. 2008. Penuntun Praktikum Teknik Kultur Jaringan Tanaman.
Bengkulu, UNIB.
Maharijaya, Awang.
2008. Beberapa kemajuan penerapan bidang bioteknologi pada tanaman. http://awangmaharijaya.wordpress.com/2008/02/28/kemajuan-penerapan-bidang-bioteknologi-pada-tanaman/.
22 Desember 2008.
Post a Comment