LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KULTUR JARINGAN TANAMAN KULTUR CAKRAM BAWANG PUTIH
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK KULTUR JARINGAN TANAMAN
KULTUR CAKRAM BAWANG PUTIH
Oleh
MEDIAN EFRADO
E1A 006002
PROGRAM STUDI AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2009
I.
PENDAHULUAN
a.
Latar Belakang
Dengan semakin
meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan arti penting kesehatan,
kebutuhan akan produk-produk hortikultura sebagai sumber vitamin
meningkat. Selain itu dari sisi
kesehatan mental, kebutuhan produk hortikultura yang lain yaitu berbagai
tanaman hias turut meningkat. Teknik
kultur jaringan telah dimanfaatkan secara luas pada tahaman hortikultura,
seperti perbanyakan klonal yang dikombinasikan dengan teknik bebas virus pada bawang,
kentang, pisang, anggur, apel, pear dan berbagai jenis tanaman hias, serta
penyelamatan embrio untuk mendapatkan tanaman hibrida dari hasil persilangan
interspecies.
Teknologi rekayasa
genetika juga telah diaplikasikan pada tanaman hortiklutura. Sebagai contoh yang cukup terkenal adalah
Tomat FlavrSavr. Tomat merupakan salah
satu produk hortikultura utama. Seperti produk hortikultura pada umumnya, bawang
putih memiliki shelf-life yang pendek dan juga mempunyai peranan ynag penting
bagi manusia.
Dalam upaya
perbanyakan tanaman melalui teknik kultur in vitro, diperlukan adanya kecocokan
medium tanam dan penggunaan zat pengatur tumbuh (ZPT), baik jenis maupun
konsentrasi ZPT. Kecocokan tersebut diperlukan untuk mencapai keberhasilan baik
dalam upaya pembentukan tunas maupun pembentukan akar pada eksplan yang
ditanam. Terdapat pengaruh jenis medium
tanam dan konsentrasi IBA terhadap efektivitas pembentukan akar pada eksplan
tunas adventif bawang putih.
Sementara itu untuk
meningkatkan keragaman dapat memanfaatkan adanya variasi somaklonal. Hal ini sangat penting dilakukan mengingat
tanaman hias kebanyakan dinilai dari segi estetika dan kelangkaannya, serta
bentuk-bentuk baru seperti bentuk serta warna daun dan bunga, arsitektur
tanaman, serta sifat-sifat unik tanaman tertentu. Teknik lain untuk keperluan ini adalah
mutasi. Pada industri tanaman hias dalam
pot sering digunakan Zat Pengatur Tumbuh untuk mengatur pola pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Contohnya adalah penggunaan retardan untuk membuat
pertumbuhan menjadi pendek dan meroset.
Jenis medium padat
atau cair, secara umum tidak mempengaruhi jumlah akar yang tumbuh pada tunas
adventif bawang putih. Namun, dikaitkan dengan menggunakan IBA, maka medium
cair menghasilkan pertumbuhan akar lebih baik daripada medium padat, karena menghasilkan
akar yang lebih panjang.
b.
Tujuan Praktikum
1.
Mengetahui cara menyiapkan dan membuat media MS
2.
Mengetahui cara sterilisasi bahan tanaman yang
berasal dari lapangan
3.
Mengetahui cara menginisiasi pembentukan organ
in vitro dalam mengkulturkan cakram bawang putih.
II.
BAHAN DAN ALAT
Bahan yang digunakan
pada kegiatan ini adalah bahan-bahan penyusun media MS, siung bawang putih,
bayclean 10 %, alkohol 70 %, detergen.
Sedangkan alat yang
dipakai antara lain : alat-alat kultur, alat-alat sterilisasi, dan alat-alat
diseksi.
III.
CARA KERJA
Untuk mengkulturkan cakram bawang putih, maka langkah-langkah yang kami
kerjakan adalah sebagai berikut:
1.
Kulit pelindung luar siung bawang putih dibuang
tanpa melukai siung.
2.
Cuci siung-siung dengan menggunakan detergen dan
bilas sampai besih
3.
Rendam siung dalam larutan bayclean 10% selama
10 menit
4.
Dalam LAC rendam siung dalam larutan alkohol
70%selama sepuluh detik, selanjutnya bilas siung sebanyak 3 kali dengan
menggunakan sterile water. Masukkan siung steril ke dalam petridish steril.
5.
Dengan menggunakan alat-alat diseksi potong
siung hati-hati untuk mengambil bagian cakram. Pastikan bagian meristem dan
redikel tidak terbawa.potong cakram menjadi bagian yang kecil-kecil lebih
kuranh 1 mm.
6.
Tanamkan segera eksplan ke media kultur yang
telah disiapkan, dengan posisi menghadap ke atas.
7.
Pelihara dalam ruang kultur yang aseptik dan
terkendali
8.
Amati pembentukan organ yang terjadi.
IV.
HASIL PENGAMATAN
Minggu ke
|
Tanggal
|
Keterangan
|
I
|
28 November
2008
|
·
Bahan tanam hidup
·
Tumbuh daun yang panjang, berwarna putih
hingga kehijauan
·
Warna hijau mendominasi
|
II
|
5 Desember
2008
|
·
Daun bertambah panjang
·
Warna hijau keputihan
·
Pertumbuhan organ tanaman melengkung-lengkung
|
III
|
19 Desember
2008
|
·
Keadaan tetap seperti minggu kemarin
·
Warna putih sekarang lebih banyak
·
Tanaman mengkerut dan mengering
|
V.
PEMBAHASAN
Perbanyakan tanaman
bawang putih dilakukan dengan memanfaatkan bagian cakram yang terdapat di dalam
siung bawang putih. Cakram tersebut dapat dipotong kecil-kecil sehingga dapat
digunakan untuk banyak botol kultur. Bahan siung dari luar lapangan harus
steril untuk dapat digunakan sebagaoi bahan tanam.oleh karen atu, setelah kulit
siung dikupas, siung harus segera dicuci dengan deterjen. Kemudian baru dibuka
bagian meristemnya dan harus durendam lagi untuk disterilkan dalam alkohol yang
sesuai.
Pembentukan organ
berdasarkan pengamatan yang dilakukan berkembang dengan cukup baik. Satu minggu
setelah tanam, dapat langsung terlihat hasilnya. Akan tetapi banyak juga dari
praktikan yang mendapati tanamannya terkontaminasi sehingga harus segera
diseingkirkan. Tingginya tingkat kontaminasi ini dapat dipahami karen abahan
tanam yang berasal dari lapangan mempunyai tingkat kontaminasi yang sangat
tinggi. Oleh sebab itu, peran sterilisasi akan sangat penting pada kultur
jaringan untuk bahan tanam dari luar (lapangan).
Pembentukan organ yang
terjadi pertama-tama adalah pemunculan tunas dan akar. Tunas memanjang ke atas
membentuk seperti pelepah sawi dengan warna putih dengan hijau di ujung-ujung
dan pinggir tanaman. Pada minggu kedua tanaman bertambah tinggi dengan warna
yang tetap sama dengan hijau berbanding hampir sama dengan putih. Akan tetapi
pertumbuhannya melengkung-lengkung tidak lurus. Jika diperhatikan lebih lanjut,
lengkungan terjadi setelah bagian tanaman menyentuh bagian tutup botol kultur.
Lengkungan ini menggambarkan bahwa media tanam dalam hal ini botol tidak cocok
digunakan untuk pertumbuhan eksplan bawang putih yang cepat. Memang botol yang
digunakan relatif lebih kecil dari boto-botol lainnya.
Pada minggu ke tiga,
terjadi klorosis dan pengkerutan pada eksplant. Klorosis yang terjadi adalah menghilangnya
warna hijau pada minggu sebelumnya berubah menjadi warna putih. Klorosis ini
dapat terjadi karena bebrapa hal, misalnya kontaminasi, salah formula,dan suhu
yang terlalu tinggi. Kontaminasi dapat terjadi karena bagian tanaman menyentuh
bagian tutup atas botol. Selanjutnya suhu yang tinggi terjadi karena adanya
perubahan suhu pada ruangan kultur pada saat terjadinya pemadaman listrik
selama 2 minggu di laboratorium.
VI.
KESIMPULAN
1.
Perbanyakan tanaman bawang putih dapat dilakukan
dengan kultur cakram bawang putih.
2.
Tingkat kontaminasi bahan tanam darilapangan
tergolong tinggi
3.
Bahan tanam dari lapangan dihadapkan
padapersoalan tingakt sterilitas, sehingga perlu dilakukan penanganan yang
serius pada langkah kerja yang dilakukan, khususnya pada saat sterilisasi bahan
tanam.
4.
Dalam mengkulturkan tanaman, diperhatikan
keadaan botolkultur, jangan sampai tidak dapat mendukung pertumbuhan dan
pembentukan organ tanaman, misalnya saja jangan menggunakan botl yang berukuran
tidak pas dengan tanaman.
5.
Klorosis yang terjadi pada bawang dapat
disebabkan karena 3 hal, yaitu kontaminasi, perubahan suhu menjadi tinggi, dan
karena salah dalam meramu formula untuk media.
DAFTAR PUSTAKA
Handayani, T.P. 2001. Induksi
akar pada tunas adventif bawang putih (Allium
sativum [L.]) pada kultur in vitro. Universitas Lampung 2008. 22 Desember
2008.
Marlin, Usman. K.J.S,
dan Atra Romeida. 2008. Penuntun Praktikum Teknik Kultur Jaringan Tanaman.
Bengkulu, UNIB.
Maharijaya, Awang.
2008. Beberapa kemajuan penerapan bidang bioteknologi pada tanaman. http://awangmaharijaya.wordpress.com/2008/02/28/kemajuan-penerapan-bidang-bioteknologi-pada-tanaman/.
22 Desember 2008.
Post a Comment