LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KULTUR JARINGAN TANAMAN PEMBUATAN MEDIA MS
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK KULTUR JARINGAN TANAMAN
PEMBUATAN MEDIA MS
OLEH :
MEDIAN EFRADO
E1A006002
PROGRAM STUDI AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2008
PEMBUATAN MEDIA MS (MURASHIGE &
SKOOG)
1.
TINJAUAN
PUSTAKA
Kultur jaringan dalam arti luas
berarti menumbuhkan tanaman secara in vitro dari semua bagian tanaman yang
dapat berupa sel tunggal, jaringan dan organ dalam kondisi aseptik.
(Torres, 1989). Metodologi in vitro merupakan salah satu teknik penting yang
baru dikenal potensinya dalam membantu pemulia tanaman mencapai tujuan
perbaikan tanaman, pengembangan kultivar terperbaiki, dan mempelajari lebih
jauh tentang keadaan suatu spesies tanaman. Kultur in vitro juga memberikan
pengertian tentang studi fisiologi, genetika, biokimia, pertumbuhan, dan
perkembangan spesies tanaman pada tingkat molekuler (Nasir, 2002).
Untuk mudahnya teknologi kultur
jaringan dapat dibagi kedalam lima kelompok. Pengelompokan tersebut didasarkan
pada tipe bahan tanaman yang digunakan, (Gamborg dan Shyluk dalam Thorpe,
1981).
1. Kultur kalus, adalah kultur dari
kumpulan sel yang diproduksi dari eksplan yang berasal dari tanaman pada media
agar
2. Kultur sel, adalah pengkulturan
sel pada media cair di dalam bejana .
3. Kultur organ, adalah kultur
aseptik dalam media nutrisi dari ovari, akar, embryo dan organ lainya.
4. Kultur meristem dan morfogenesis,
adalah Kultur aseptik dari tunas meristem atau jaringan eksplan lain yang
bertujuan menumbuhkan tanaman utuh.
5. Kultur protoplas, adalah Isolasi
kultur aseptik dari sel atau jaringan tanaman.
Dalam kultur jaringan, media
merupakan bagian yang sangat penting dan sangat mempengaruhi keberhasilan
kultur. Media kultur yang memenuhi persyaratan ialah media yang mengandung
nutrien makro dan mikro dalam kadar dan perbandingan tertentu serta sumber
tenaga (umumnya digunakan sukrosa). Sering kali juga mengandung satu atau dua
macam vitamin dan zat perangsang pertumbuhan. Banyak formulasi media yang ada,
masing-masing berbeda dalam hal kuantitas maupun kualitas komponennya. Salah
satu di antaranya adalah media yang diformulasikan oleh Toshio Murashige dan di
publikasi oleh Murashige dan Skoog pada tahun 1962. Formulasi dasar MS dapat
digunakan untuk sejumlah besar spesies tanaman dalam propagasi in vitro.
Media
merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan.
Komposisi media yang
digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan
biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu,
diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat
pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun
jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung
reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara
memanaskannya dengan autoclave.
Hormon yang ditambahkan dalam
media sebagai zat perangsang pertumbuhan adalah auksin dan sitokinin. Peran
auksin adalah merangsang pembelahan dan pembesaran sel, sedangkan sitokinin
memiliki dua peran yaitu sebagai perangsang pembelahan sel dalam jaringan yang
dibuat eksplan, dan merangsang pertumbuhan tunas daun (Gamborg, dan
Wetter, 1975).
Selain hormon dan nutrisi, juga
ditambahkan zat organik yaitu sukrosa yang digunakan sebagai sumber energi
utama dan tiamin adalah tambahan vitamin yang paling penting untuk merangsang
pertumbuhan eksplan dan mempertinggi pertumbuhan akar dalam dalam fase-fase
akhir. Vitamin C berlaku sebagai anti oksidan dan inositol yang meskipun tidak
essensial tetapi dapat merangsang pertumbuhan eksplan (Sharp et al., 1979).
Pemilihan material
eksplan biasanya mengacu pada keobjektifan dan ketersediaan hasil
penelitian. Hampir seluruh bagian dari tanaman dapat diinduksi untuk
memproduksi kalus dan kultur suspensi. (Gamborg dan Jerri 1981 dalam Thorpe,
1981). Karena kesesuaian suatu bagian tanaman untuk dijadikan eksplan sangat
dipengaruhi banyak faktor.
Medium yang
dikembangkan oleh Murashige and Skoog (MS) untuk kultur jaringan tembakau
digunakan secara luas untuk kultivasi kalus pada agar, demikian juga pada
kultur suspensi sel dalam medium cair. Keistimewaan medium MS adalah kandungan
nitrat, kalium, dan amoniumnya tinggi. Medium B5 yang dikembangkan di Prairie
Regional Laboratory untuk menumbuhkan jaringan kedelai juga berhasil digunakan
dalam menumbuhkan sel dari bermacam-macam varietas jaringan tumbuhan.
Umumnya
kadar hara anorganiknya lebih rendah dari pada dalam medium MS, suatu kondisi
yang seringkali lebih baik bagi sel spesies tertentu. Baik medium MS maupun
medium B5 tampaknya mengandung jumlah hara anorganik yang layak untuk memenuhi
kebutuhan banyak jenis sel tanaman dalam kultur.
Banyak
sel tidak memerlukan tambahan senyawa organik seperti asam amino, kasein
hidrolisat, ekstrak ragi atau air kelapa. Masih banyak medium lain yang dapat
digunakan. Umumnya merupakan modifikasi medium tersebut di atas. Medium MS dan
B5ternyata baik untuk kultur sel tunggal (protoplas), dan medium M51 merupakan
medium paling cocok untuk memulai dan memelihara terutama kultur haploid dari Datura innoxia Mill.
2.
TUJUAN
PRAKTIKUM
-
Mahasiswa terampil membuat media kultur
jaringan
-
Mahasiswa dapat membuat media kultur
sendiri untuk kegiatan praktikum yang sedang dilakukan.
3.
METODELOGI
v Cara kerja
Setiap kelompok membuat
1 (satu) liter media MS dengan langkah-langkah
1)
Sediakan beacker glass volume 500 ml
sebanyak 2 buah, volume 1500 ml 1 buah sediakan 1 buah labu ukur volume 1
liter.
2)
Sediakan aquades sebanyak 2 liter
3)
Timbang sukrosa sebanyak 20 gram
4)
Timbang agar sebanyak 8 gram (1 bungkus
agar swallow globe)
5)
Siapkan pipet hisap 0,5 ml 1 buah
6)
Siapkan pipet hisap 5 ml 1 buah
7)
Siapkan bola hisap 2 buah
8)
Siapkan kertas tissue gulung 1 buah
9)
Siapkan aluminium foil 1 gulung, lalu
gunting bujur sangkar (besarnya disesuaikan dengan ukuran botol kultur)
10) Deretkan
stok media berdasarkan urutan (A,B,C,D,E,F,H). penambahan vitain dan ZPT akan
dibantu oleh Co-Asisten
11) Pipet
stok media dengan pipet hisap (dimulai dari stok A sampai H) sesuai dengan
kepekatan yang dibuat, masukkan ke dalam beacker glass yang telah disediakan.
(setiap kali memindahkan pipet ke stok lainnya, pipet di cuci dengan aquades
dan dikeringkan dengan tisue)
12) Lakukan
pekerjaan poin 11, hingga semua stok telah diambil, setelah itu minta bantuan
Co-Asisten untuk menambahkan Vitamin dan ZPT
13) Setelah
semua selesai pada becker glass yang telah membuat semua bahan nutrisi,
tambahkan aquades hingga 600 ml, selanjutnya aduk dengan rata dengan
menggunakan magnetik stiler hingga larut. Setelah larut tambahkan sukrosa
sambil terus diaduk, jkka telah mempercepat kelarutan tambahkan aquades hingga
800 ml sambil terus diaduk, jika telah benar-benar larut pindahkan larutan ke
dalam gelas labu 1 liter, selanjutnya tetapkan volume hingga tepat satu liter
dengan menambahkan aquades secara perlahan-lahan.
14) Pindahkan
larutan media dari labu ukur ke dalam becker glass volume 1500 ml, tetapkan
pHnya menjadi 5,8-6,0 dengan menambahkan larutan HCl atau NaOh, selanjutnya
panaskan dengan hot plate magnetik stirrer sambil masukan agar.
15) Sesaat
menjelang titik didih tercapai (larutan berwarna bening dengan sedikit
gelembung) pemanasan dihentikan
16) Pindahkan
larutan media ke dalam botol kultur dengan menggunakan agar dispenser sesuai
denagan volume yang dibutukan, selanjutnya botol kultur ditutup denagn
menggunakan aluminium foil
17) Media
dalam botol kultur distrelisasi dengan autoclave pada suhu 1210 C
selam 20 menit
18) Pindahkan
botol media kultur ke dalam ruang transfer, setelah satu minggu media dapat
digunakan untuk penanaman.
v Bahan dan Alat
-
Bahan yang digunakan meliputi : stok
media MS untuk 1 liter, sukrosa 20 g, Thyamin-HCl 0,5 g, Piridoxsin-HCl 0,5 g,
Myo Inositiol 2 g, ZPT Auksin 0,5g. Sitokinin 0,5 g. tissue gulung 1 buah,
aluminium foil 1 gulung, agar 10 g, aguades 10 liter. Larutan HCl dan larutan
NaOH.
-
Alat-alat yang digunakan meliputi : beacker glass 500 ml, labu ukur 1liter 1
buah, analiticoid balance, gunting, hot plate, magnetik srirer, agar
dispenser, botol kultur 100 buah,
pipet hisap 0,5 ml 1 buah, pipet hisap 5 ml 1 buah dan bola hisap 2 buah.
4. PEMBAHASAN
Dalam pembuatan
media untuk kultur jaringan tanaman kali ini dibuat berupa media MS (Murashige
& Skoog). Jenis media MS ini dipilih karena memang jenis media ini paling
sering atau umum dipakai oleh para peneliti untuk melakukan kultur in-vitro. Dalam pembuatannya, diperlukan
larutan stok yang telah dibuat pada minggu sebelumnya. Media yang dibuat
sebanyak 1 liter dan dapat digunakan menjadi 60-80 botol kultur, tergantung
kebutuhan tentunya.
Pembuatan media
MS ini menggunakan agar powder sebagai bahan pemadat. Agar yang digunakan
seharusnya adalah agar murni. Akan tetapi karena harganya sangat mahal. Maka
dapat digantikan dengan agar biasa seperti agar Swallow Globe. Seharusnya bobot
agar yang digunakan adalah 8 g, akan tetapi dengan alasan untuk efisiensi
kerja, maka digunakan satu bungkus agar Swallow Globe untuk satu kali pembuatan
media, karena satu bungkus agar tersebut berbobot 7 g.
Pembuatan media
dilakukan dengan mencampur semua larutan stok sesuai konsentrasi yang telah
dihitung dengan rumus pengenceran untuk satu liter media, sesuai dengan urutan
dari label stok. Hal ini untuk menghindari terjadinya reaksi dan pengendapan
dini terhadap media kultur, sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan objek
nantinya. Adapun ZPT yang digunakan dalam pembuatan media MS ini adalah BAP 5
ppm dan NAA 2 ppm.
Adapun
perhitungan pemipetan masing-masing larutan stok adalah sebagai berikut :
1.
Stok A, BK = 1650 mg
Kepekatan 50 X, Berat
BK =
V1M1 = V2M2
1000 V2
V2 = 20 mL
2.
Stok B, BK = 1900 mg
Kepekatan 50 X, Berat
BK =
V1M1 = V2M2
1000 V2
V2 = 20 mL
3.
Stok C, BK = 440 mg
Kepekatan 100 X, Berat
BK =
V1M1 = V2M2
1000 V2
V2 = 10 mL
4.
Stok D
BK = 370 mg + 170 mg = 540 mg
Kepekatan 100 X, Berat
BK = = 5400 mg
V1M1 = V2M2
1 V2
V2 = 10 mL
5.
Stok E
BK = 27,8 mg + 37,3 mg
= 65,1 mg
Kepekatan 200 X, Berat
BK = = 13020 mg
V1M1 = V2M2
1000 V2
V2 = 5 mL
6.
Stok F
BK = 22,3 + 8,6 + 6,2 +
0,86 + 0,25 + 0,025 + 0,025 = 38,26 mg
Kepekatan 500 X, Berat
BK =
+ + + = 19130 mg
V1M1 = V2M2
1000 V2
V2 = 2 mL
7.
Stok G
BK = 100 mg
Kepekatan 100 X, Berat
BK = 100 x 100 = 10000 mg
V1M1 = V2M2
1000 V2
V2 = 10 mL
8.
Stok H
BK = 0,1 + 0,5 + 0,5 + 2
= 3,1 mg
Kepekatan 500 X, Berat
BK =
+ = 3100 mg
V1M1 = V2M2
1000 V2
V2 = 1 mL
Setelah semua bahan dimasukkan,
kemudian media di ukur pH dan ditetapkan menjadi 5,8-6,0. Apabila terlalu asam
ditambah NaOH dan apabila terlalu basa diberi HCl. Penetapan pH ini dilakukan
sebelum dimasukkan agar-agar. Setelah agar dimasukkan, media dimasak dengan
Magnetic Stirrer dan Hot Plate. Setelah media mendidih, angkat dan masukkan ke
dalam botol kultur secukupnya hingga larutan media habis. Setelah itu
masing-masing botol kultur ditutup dengan aluminium foil hingga rapat dan
dimaskkan ke dalam autoclave untuk disterilisasi. Sterilisasi dilakukan dengan
suhu 1210C pada tekanan 15 psi selama 15 menit. Setelah itu, media
kultur siap digunakan.
Daftar
Pustaka
Asep,
Ahyat. 2006. Kultur Jaringan di Sentra Tanaman Hias Cihideung, Lembang,
Bandung. http://allbandung.com/articlebandung/media+kultur+jaringan.
Gamborg,
O.L., T. Murashige, T.A.Thorpe, dan I.K.Vasil.1976.Plant Tissue Culture Media. In Vitro (12), 473-478
Marlin,
Usman. KJS., Atra Romeida. 2008. Penuntun Praktikum Teknik Kultur Jaringan
Tanaman. Bengkulu : Laboratorium Agronomi Universitas Bengkulu.
Soeryowinoto,
M. 1991. Pemuliaan Tanaman Secara In Vitro. UGM Press, Yogyakarta : Penebar
Swadaya, Bandung.
Wetter,
L.R., F. Constabel. 1991. Metode Kultur Jaringan Tanaman. Bandung : ITB.
Post a Comment