Header Ads

test

LAPORAN PRAKTIKUM AGROKLIMATOLOGI ACARA VII (VII) Hujan 1, Pengukuran

LAPORAN PRAKTIKUM
AGROKLIMATOLOGI
ACARA VII






Acara              :
(VII)  Hujan 1, Pengukuran




LABORATORIUM ILMU TANAH
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar belakang.

Hujan adalah butir-butir airyang jatuh ke bumi dari atmosfer. Awan adalah titik-titik air yang melayang-layangdi atmosfer dan merupakan bahan baku hujan. Kadang-kadang butir-butir air yang jatuh akan menguap kembali sebelum mencapai permukaan bumi. Menurut pola dalam satu hari saat turunnya hujan suatu daerah bisa berbeda-beda ketika sudah memasuki musim hujan. Walau belum banyak penelitian, ada daerah yang mengalami hujan yang hamper setiap petang. Tetapi ada tempat lain yang hujan tak menentu kadang siang kadang malam hari.
Demikian pula untuk kelebatan atau intensitas hujan. Pada satu kejadian hujan kelebatan hujan dapat berubah-ubah. Hujan konvektif adalah suatu jenis hujan yang dihasilkan dari naiknya udara yang hangat dan lembab karena mendapat radiasi yang kuat. Hujan orografis adalah tipe hujaan yang terbentuk dari naiknya udara secara paksa oleh penghalang lereng-lereng gunung. Hujan siklonik adalah hujan yang dihasilkan oleh awan udara yang bergerak dalam skala besar akibat dari pembelokkan konvergensi angin secara secara vertical karena terdapatnya tekanan rendah. Hujan frontal adalah yang terbentuk dari massa udara panas yang dipaksa naik melintasi lapisan umassa udara dingin.
Distribusi curah hujan dilapangan beragam menurut waktu dan tempat. Untuk memperoleh gambaran curah hujan yang respresentatif disuatu wilayah yang luas diperlukan waktu pengamatan yang cukup panjang dan kerapatan alat yang propesional. Kerapatan penempatan alat dengan pertimbangan sebaran tipe hujan ,tofografi dengan lingkungan dari suatu tempat. Hujan merupakan salah satu penentu dan pengendali iklim ,saat datang hujan dan periode musim hujan pun bisa berbeda untuk setiap kawasan yang berbeda.
Menurut pola dalam satu hari sat turunnya hujan suatu daerah bisa berbeda-beda ketika sudah memasuki musim hujan. Ada tempat yang mengalami hujan setiap petang tetapi ada juga tempat yang mengalami hujan  yang tidak menentu kadang siang kadang sore atau malam hari. Sifat-sifat hujan perlu diketahui karena itu berperan atas terjadinya limpasan ,erosi dan dapat menentukan dan berpengaru pada peristiwa dan kejadian alam,peristiwa biologic dan lain-lain.  
               Hujan harian adalah Curah hujan yang diukur berdasarkan jangka waktu satu hari (24 jam). Hujan kumulatif merupakan jumlah kumpulan hujan dalam suatu periode tertentu seperti mingguan, 10 harian, dan bulanan, serta tahunan. Hari hujann merupakan kejadian hujan dengan curah huajn lebih besar atau sama dengan 0,5 mm. Hujan jangka pendek-intensitas hujan adalah Hujan yang diukur kontinyu selama waktu pendek seperti setiap satu jam, setengah jam, dua jam, dan sebagainya. Dalam istilah umum lebih tepat juga dengan intensitas hujan. Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan kelebatan hujan selama kejadian hujan.( Anonim,2008 )
               Curah hujan dibatasi sebagai tinggi air (dalam mm) yang diterima di permukaan sebelum mengalami aliran permukaan, evaporasi dan peresapan/perembesan ke dalm tanah. Jumlah hari hujan umumnya di batasi dengan jumlah dengan curah hujan 0,5 mm atau lebih. Jumlah hari hujan dapat dinyatakan per-minggu,dekade,bulan,tahun atau periode tanam (tahap pertumbuhan tanaman). Intensitas hujan adalah curah hujan dibagi dengan selang waktu terjadinya hujan.( Handoko,1986 )


1.2  Tujuan Peratikum
Adapun tujuan dari peratikum kali ini yakni Memberikan pengertian bagaimana cara – cara pengukuran yang biasa di lakukan di lapangan.










BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

            Hujan merupakan penentu dan pengendali iklim. Hujan di suatu tempat biasanya tidak sama dengan tempat lain walau sekalipun lokasinya berdekatan. Saat dating hujan dan periode musim hujan pun bisa berbeda untuk setiap kawasan yang berbeda. Menurut pola dalam satu hari saat turunnya hujan suatu daerah bisa berbeda-beda ketika sudah memasuki musim hujan. (S. Nur Muin, 2008)
            Hujan adalah presipitasi yang jatuh kebumi dalam bentuk air. Hujan dibedakan dari ukuran butir (0,08 – 8 mm), dan kejadiannya. Menurut ukuran diameternya : hujan gerimis (<2 mm), rintik-rintik (2-4 mm), deras (>4 mm).

Menurut kejadiannya hujan dibedakan menjadi 4 jenis yaitu :
1.      Hujan konvektif yaitu suatu jenis hujan yang dihasilkan dari naiknya udara yang hangat dan lembab karena permukaan bumi mensdapat rdiasi yang kuat. Naiknya udara ini mengalami pendinginan secara adiabatic  dan proses kondensasi pembentukan awan. Hujam ini sering kali merupakan hujan yang lebat disertai guntur adakalanya disertai lempengan –lempengan es ,hujan ini berasal dari awan cumulonimbus dan hujan ini terpencar-pencar dengan luassan yang relative sempit. Banyak hujan konvektif mengalami siklus musman dan harian diwilayah tropis.
2.      Hujan orografis yaitu tipe hujan yang terbentuk dari naiknya udara secara paksa oleh penghalanh lereng-lereng gunung. Dorongan naik oleh lereng gunung terhadap udara lembab sampai kearaas kondensasi dan panas kondensasi membuat massa udara terus bergerak naik hingga menjadi tidak stabil. Hujan orografis memiliki pola musiman dan harian yang tidak nyataa bila dibandingkan dengan hujan konvektif.
3.      Hujan siklonik yaitu hujan yang dihasilkan dari awan udara yang bergerak dalam skala besar akibat pembelokan konvergensi angin passat secara pertikal karena terdapatnya tekanan rendah. Hujan lebat dalam waktu yang agak lama dan cakupan wilayah yang luas,jika udara naik yang berasal dari udara yang tidak stbil akan menghasilkan hujan yang lebat disertai angin badai.
4.      Hujan frobntal  yaitu hujan yang berasal dari awan yang terbentuk dari massa udara panas yang dipaksa naik melintasi lapisan massa udara dingin. Hujan ini sering dijumpi diwilayah iklim temperate(lintang menengah) akibat naiknya udara yang mengalami konvergensi. (Handoko, 1993)

  Informasi mengnai hujan adalah untuk menyediakan data curah hujan mengenai curah hujan bulanan ,tahunan jumlah dari hujan ,intensitas hujan untuk mengetahui pola musiman dan peluang kejadian hujan. Menurut badan meteorology dan geofisika hari hujan adalah hari dengan penerimaan hujan lebih besar dari 0,5 mm. distribusi curah hujan dapat berbeda disebabkan beberapa faktor antara lain letak lintang daerah,menurut musim dan letak tempat
  Curah hujan agak rendah terdapat pada lintang antara 200-350 LU/LS dengan curah hujan rata-rata kurang dari900 mm/ tahun. Daerah ini merupakan daerah intisiklon subtropics dengan divergensi angin yang berasosiasi dengan turunnya massa udara kering. Gurun adalah suatu daerah yang luas gersang yang dicirikan dengan suhu yang tinggi,kelembaban rendah ,curah hujan rendah sedikit sekali ditumbuhi bahkan hampir tidak ditumbuhi oleh tumbuhan, seringkali  ditutupi oleh pasir karena terhambatnya proses pembentukan tanah. Dan curah hujan tinggi di lintang 400-550LU/LS. Dengan curah hujan rata-rata 1000-20000= mm/ tahun. Lintang ini merupakan daerah konvergensi lintang menengah terdapatnya front pertemuan antara massa udara tropis panas dengan massa udara kutub dingin dan aktivitas antisiklon sangat aktif didaerah ini.
  Distribusi curah hujan berbeda menurut letak suatu wilayah mungkin karena faktor tinggi tempat, dekat pantai dank arena faktor lainnya. Data jumlah curah hujan disajikan dalam satuan mm,cm,inchi bukan dalam satuan volume tetapi dalam penampungan curah hujan data yang diperoleh dalam satuan volume. Untuk mendapatkan data jumlah cureah hujan dimaksud dan memudahkan pekerjaan orang membuat alat penakar curah hujan standart dengan permukaan lobang penampung 100 cm2 ,alat ini disebut dengan ombrometer.  Untuk mendapatkan curah hujan dalam satuan kolom air maka dalam satuan volurme dikorvensi kedalam satuan tinggi kolom air dengan menggunakan rumus
                                       h=V/Q           
dimana ; h= tinggi kolom air=jumlah curah hujan (mm)         
               v=  volume curah hujan yang tertampung(l)
              Q= luas penampang lintang lobang penampung ombrometer(cm2)
  Ada juga alat penakar curah hujan otomatis yang disebut dengan ombrograph dengan berbagai tipe seperti tipe pelampung dan tipe jungkit. Dalam praktikum ini tipe yang dipakai adalah tipe pelampung yang dilengkapi dengan pelampung,pena, dan kertas pias pencatat data. Keuntungan dari ombrograph adalah kemudahan dalam pengamatan, waktu selama kejadian hujan dapat dimonitor dan intensitas curah hujan dapat dihitung bahkan pengamatan tidak perlu setiap hari (yang tipe jungkit).
Alat penakar bcurah hujan ditempatkan dilapang distasiun cuaca atau ditempat yang diperlukan. Distasiun cuaca atau iklim permukaan ombrograph ditempatkan setinggi 1,2 meter datas permukaan tanah jauh dari gangguan penghalang angin seperti bangunan gedung dan pohon-pohon sejauh 300 m dari letak alat serta dipagar dengan baik.
  Di wilayah yang tipe hujannya heterogen perlu penempatan alat pengukur hujan yang rapat dari pada yang tipe hujannya hmogen. Daerah yang membelakangi arah datang angin tidak dapat diwakili oleh daerah yang menghadap angin. Sebagai opedoman luas lahan yang dapat diwakili oleh alat penakar hujan adalah dapat diperhatikan criteria berikut:
ü  Untuk wilayah yang seragam dan datar diperlukan satu penakar untuk luasan 600-3000 km2
ü  Untuk wilayah pegunungan tropis suatu alat ukur penakar untuk luasan 100-1000 km2
ü  Pulau kecil brgunung curah hujannya tidak merata satu alat untuk  luasan 25 km2
ü  Daerah arid dan kutub satu alat untuk luasan 1500-10000 km2.














BAB III

METODOLOGI

3.1  Alat dan Bahan

Alat dan Bahan yang digunakan :
ü  Ombrometer
ü  Ombrograf
ü  Ember
ü  Gayung
ü  Penakar ml
ü  Air

3.2  Prosedur Kerja


  1. Menyiapkan ember yang berisi air dan gayung dan membawanya ke taman alat penakar hujan
  2. Memasukkan 25 cc air kedalam ombrometer kemudian membuka keran penakar dan menampung dan mengukur air yang keluar dengan pengukur bawaan ombrometer tersebut
  3. Menuangkan kembali air sebanyak 50 cc dan melaukan hal yang sama dengan langkah diatas
  4. Melakukan langkah ketiga untuk air sebanyak 100 ml
  5. Menyiapkan alat ombrograf atau alat penakar hujan otomatis dan memasang pias pada drum alat pencatat dan memutar ham alat seperti memutar jam weker mekanik dan memasang drum alat ke tempatnya semula lalu mengisi tinta pada pena pencatat
  6. Melakukan langkah diatas dalam pemberian air. Alat ini tidak mempunyai alat pembuang air melainkan hanya saluran yang bekerja mekanik otomatis. Mengamati apa yang terjadi pada pena pencatat
  7. Menampung air yang terbuang dengan gelas ukur kemudian mencatat berapa yang terukur.
  8. Melihat dan mencatat tinggi air yang terekam pada pias.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1  Hasil Pengamatan


            Data pengamatan pengukuran hujan 1
Tanggal
Curah hujan (mm)
4
5
6
7
8
9
10
-
-
-
76,5
490
-
59

4.2  Pembahasan

Pada praktikum yang telah dilakukan, yaitu cara-cara mengamati hujan. Pada percobaan ini , yaitu praktikum yang ke VII dalam acara hujan I dengan menggunakan ombrometer dan ombrograf menghasilkan data sebagai berikut.
Di taman alat penakar hujan kita menemukan alat untuk mengukur curah hujan yaitu Ombrometer dengan dua kali pengulangan dan hasilnya dirata-rata sebagai hasil akhir. Pada hari pertama pengamatan tidak didapat hasil berrti tidak ada hujan, pada ari kedua dan ketiga 0 (-) berrti tidak ada hujan, hari keempat 76,5 mm, hari kelima 490 mm, hari keenam 0 (-), hari ketujuh 59 mm. Data yang diperoleh pada percobaab dengan ombrograf didapat dengan hasil rata-rata.
besarnya hujan dapat diukur dengan alat penakar hujan yang ukuran distandarisasi, berbentuk tabung yang disebut ombrometer. Didalam nya terdapat sebuah tabung pengukur diameter 2,5”. Air hujan yang terkumpul didalamnya diukur sekali dalam  sehari. Dengan alat penakar ini, lama waktu hujan dan intensitasnya tidak dapat kita ketahui, demikian pula saat akhir hujan. Alat penakar sebaiknya ditempatkan dilapangan terbuka yang bermaksud mengurangi hambatan misalnya pepohonan, tekanan dari angin yang berpantul pada objek yang dapat menghambat angin berhembus,maka dari itu kedataran dan bebas dari pengaruh pohon dan bangunan. Tingginya 120 meter diatas permukaan tanah. Efek angin sebaiknya dibatasi dengan aling-aling sejarak tidak kurang dari dua kali tingginya.
 Hujan yang diukur dengan alat penakar adalah hujan setempat, yaitu hujan ditempat alat itu. Hasil pengukurannya tidak tentu memberikan gambaran sebenarnya mengenai hujannya sendiri karena tempat pengukuran belum tentu ada dipusat hujan yang diukur. Pada pengamatan ini bahwa air yang masuk kedalam alat penakar hujan itu hampir sama dengan air yang dikeluarkan dari alat penakar hujan,karena yang diukur adalah ketinggian hujan dan bukan volume hujan.jadi, walaupun penggukuran menggunakan alat yang luas penampangnya lebih besar tidak akan mempengaruhi ketinggian air hujan tersebut karena ketinggianya sama.
Hujan untuk setiap daerah akan berbeda-beda, dan di dalam daerah itu juga hujan nya juga dapat berbeda-beda karena dipengaruhi oleh berbagai faktor.faktor-faktor tersebut antara lain berupa pengaruh angin atau pergerakan massa udara, radiasi sinar matahari pada saat siang hari.serta huajn mempunyai fluktuasi yang berbeda-beda untuk setiap daerah.







                    




BAB  IV
KESIMPULAN

1.      Hujan merupakan penentu dan pengedali iklim
2.      Alat yang digunakan dalam mengukur curah hujan adalah Ombrometer dan Ombrograf
3.      Pada alat pengukur hujan, dengan luas penampang 10 cm maka berapapun jumlah ml air yamh masuk akan dibagi luas penampang tersebut dan hasilnya dalam bentuk mm
4.      Praktikan dapat mengetahui cara-cara pengukuran curah hujan.
5.      Alat yang digunakan dalam pengukuran curah hujan adalah Ombrometer dan Ombrograf.
6.      Dalam praktikum Ombrograf terdapat di laboratorium, dan Ombrometer terdapat di lapangan (stasiun).
7.      Hasil yang didapatkan dalam pengukuran dengan menggunakan Ombrograf didapatkan hasil yang beraneka ragam, dan dengan menggunakan Ombrometer, hasil yang digunakan sangat menrntukan dari banyaknya air yang ditampung, jika air yang tertampung 100 ml, maka hasil yang didapatkan 10 mm, begitu seterusnya.



DAFTAR PUSTAKA

Daldjumi. 1983. Pokok-pokok Klimatologi. Penerbit Alumni. Bandung.
Handoko.1993.Klimatologi Dasat. Landasan Pemahaman Fisika Atmosfer dan Unsu-unsur Hasan,U.M.1970. Dasar-dasar Meteorologi Pertanian.PT.Soeroenngan, Jakarta
Iklim. Jurusan Geofisika dan Meteorologi. FMIPA-IPB, Bogor.
Muin N.S.2008, penuntun praktikum agroklimatologi, Universitas Bengkulu, Bengkulu.
Wisnubroto,S,S.S.L Aminah, dan Nitisapto,M. 1982. Asas-asas Meteorologi Pertanian, Departemen Ilmu-ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, UGM, Yogyakarta, dan Ghalia Indonasia, Jakarta


No comments