Pengaruh Penggunaan Asap Cair dan Lama Penyimpanan Terhadap Kualitas Telur Ayam Ras.
DAFTAR
SEMINAR PROPOSAL PENELITIAN
PROGRAM
STUDI TEKNOLOGI INDUDTRI PERTANIAN
JURUSAN
TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
Judul :
Pengaruh Penggunaan Asap
Cair dan Lama Penyimpanan Terhadap Kualitas Telur Ayam Ras.
Nama
: M. Hasybi izzadin
Npm
: E1G014049
P.Utama : Ir. Bonodikun, B.Sc., M.Sc
P.Pendamping : Ir.Lukman Hidayat., MP
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Ayam ras
petelur merupakan hewan yang populer untuk diternakkan di Indonesia dengan
populasi mencapai lebih dari 110 juta ekor (Dikjen PKH, 2011).
Banyak
orang memilih usaha tersebut karena telur dan daging ayam merupakan sumber
protein hewani yangterjangkau. Perkembangan ayam ras petelur juga semakin maju
dari hasil silang genetic berbagai ras ayam unggulan seluruh dunia. Salah
satunya adalah ISA Brown, yang merupakan hasil penelitian dari
perusahaan Institut de Sélection Animale (ISA). Ayam ISA Brown
memiliki beberapa kelebihan dibandingkan ayam petelur lokal, diantaranya adalah
tingginya produktivitas telur yakni mencapai 365 butir pada setiap periode
pemeliharaan, dan berat telur rata-rata 62,9 gram (ISA Brown General Management
Guide, 2011:1). Asap cair merupakan bahan yang diperoleh dari
proses dispersi asap kayu dengan
mengkondensasikan asap hasil pirolisis kayu
(Yulistiani & Purnama, 1997). Asap cair mengandung
senyawa-senyawaa organik, seperti asam asetat,
fenol, alkon, alkohol, aldehid, dan senyawa
lainnya (Nomura, 2004; Wang et al.,
2012). Asap cair sejauh ini mulai banyak
dimanfaatkan dalam pengolahan produk peternakan, akan tetapi pemanfaatanya lebih kepada
pengolahan daging. Hasil penelitian Arizona
dkk (2011) melaporkan bahwa semakin tinggi
level penggunaan asap cair dalam pengolahan
daging sapi, daya ikat air (DIA) daging sapi
menjadi semakin meningkat. Peningkatan DIA juga terlihat dari hasil penelitian Abustam & Ali (2011), dimana penggunaan asap cair dapat meningkatkan sifat fungsional daging khususnya pH dan DIA. Di samping untuk pengolahan daging, asap cair juga
sangat berpotensi untuk digunakan dalam proses pengawetan telur. Senyawa kimia
yang terkandung dalam asap cair diyakini dapat berfungsi sebagai pelindung
kulit telur. Hal ini dikarenaka senyawa fenol dan asam-asam organik yang terkandung
dalam asap cair dapat menyelubungi dan melindungi pori-pori kulit telur
sehingga penguapan gas dari dalam telur dapat dikurangi dan pertumbuhan mikroba
dapat dikontrol (Pszczola, 1995). Proses penguapan
dari dalam telur sangat penting untuk dicegah
terutama selama proses penyimpanan. Hal ini dikarenakan selama proses
penyimpanan, potensi terjadinya penguapan gas dari dalam telur semakin besar. Apabila
penguapan dari dalam telur terus menerus berlangsung, maka bobot telur akan semakin
menyusut dan putih telur semakin encer (Buckle et al., 1987).
Selain itu, terjadinya proses penguapan gas dari dalam telur, seperti CO2 dan
H2 O, juga dapat mengakibatkan diameter kuning telur membesar sehingga indeks
kuning telur menjadi menurun (Kusumawati dkk, 2012) yang pada akhirnya kualitas
telur secara keseluruhan semakin buruk. Berdasarkan hal di atas, tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengawetan telur melalui proses
perendaman asap cair dengan berbagai konsentrasi dan lama penyimpanan terhadap
kualitas telur.
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimna
cara memperpanjang umur simpan pada telur ayam ras dengan pelapisan mengunkana
asap cair.
2.
Mengetahui pada konsentrasi berapakah penmabahan asap cair paling baik dilkukan pada pelapisan telur ayam ras
1.3 Batasan Masalah
1. Telur
yang digunakan adalah telur ayam ras segar dengan umur 1-3 hari dari
peternakan, sebnyak 36 butir telur dengan rancangan penelitian mengunakan
rancangan acak lengkap 2 faktorial
2. Bahan untuk
melapisi telur ayam ras adalah asap cair dengan konsentrasi setiap perlakuan
adalah 0, 5, 10, dan 15 (v/v),
1.4 Tujuan Penelitian
1.
Mengentahui pada larutan konsentrasi berapakan asap cair yang digunakan pada
pelapisan telur ayam ras yang paling baik untuk digunakan
2.
Menentukan pada level berapakah umur simpan pada telur ayam ras dengan
pelapisan mengunakan asap cair paling baik
1.5 Manfaat Penelitian
1. Memberi
tau kepada pemerintah dan masyarakat bahwa pelpisan cangkang telur ayam ras
mengunakan asap cair dengan tingkat konsentrasi tertentu dapat menambah umur
simpan pada terlur ayam ras.
2. Bagi
peneliti, dapat mengetahui pada tingkat konsentrasi berapa asap cair paling
baik digunakan dan ketahanan umur simpan telur ayam ras setelah di lapisi
dengan asap cair
II. METODE PENELITIAN
2.1 Tempat
dan Waktu Penelitian
Penelitian
akan dilakukan di peternakan Universitas Bengkulu Dan Laboratorium Teknologi
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu pada bulan januari-februari
tahun 2018.
2.2 Bahan
dan Alat
2.2.1 Bahan
Penelitian
Sebanyak 36
butir telur ayam ras segar umur
1-3 hari digunakan dalam penelitian ini. Telur
ayam ras tersebut diperoleh dari peternakan
Universitas Bengkulu, Kota Bengkulu. Bahan lain
yang digunakan adalah asap cair dan aquades
2.2.2 Alat
yang digunakan
Peralatan
yang digunakan antara lain timbangan
digital merk Ohaus dengan ketelitian 0,01 g, egg tray, spatula, micrometer
scrub,
baskom, gelas kimia ukuran 250 ml, pH meter,
kaca datar, jangka sorong, cawan petridis, dan
termometer-higrometer digital.
2.3
Rancangan Percobaan
Peneitian
ini menggunakan rancangan acak lengkap pola
faktorial 4 x 3. Faktor pertama adalah larutan
asap cair yang terdiri atas 4 level yaitu 0,
5, 10, dan 15% (v/v). Faktor kedua adalah lama
penyimpanan telur yang terdiri atas 3 level
yaitu 4, 8, dan 12 hari. Masing-masing
perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Data
dianalisa menggunakan analisis keragaman dan
perbedaaan antar perlakuan diuji dengan Duncan
multiple range test (DMRT) menurut Steel
& Torrie (1993).
2.4 tahapan
penelitian
2.4.1
Tahapan pendahuluan
2.4.1.1 Preparasi
Telur
Sebanyak 36
butir telur ayam ras segar (umur 1-3 hari)
yang diperoleh dibersihkan dengan cara dicuci dengan air mengalir lalu
ditiriskan dalam egg tray hingga kering.
2.4.1.2
Perendaman Telur Dalam Asp Cair
Pertama-tama,
dipersiapkan 4 level konsentrasi larutan asap cair yaitu 0, 5, 10, dan 15%
(v/v). Sebanyak 9 butir telur itik yang telah ditiriskan kemudian direndam ke
dalam masing-masing konsentrasi larutan asap cair yang telah dibuat selama 15 menit.
Setelah direndam, telur itik kemudian diangkat dan diletakkan di egg tray
untuk ditiriskan. Telur itik kemudian ditandai dengan kertas label sesuai
dengan perlakuan agar mempermudah proses pencatatan.
2..4.1.3
penyimpanan telur
Semua telur
itik yang telah diberi label lalu disimpan pada suhu ruang dengan lama
penyimpanan yaitu masing-masing 4, 8, dan 12 hari. Selama proses penyimpanan
diletakkan thermometer higrometer digital di ruang penyimpanan.untuk mengukur
suhu dan kelembaban udara.
2.4.1.4 Analisis kualitas telur
Telur yang
telah disimpan sesuai dengan perlakuan kemudian dianalisis berdasarkan masing-masing
peubah yang digunakan.
2.5
Variabel Pengamatan
Variabel
yang diukur antara lain tebal kerabang, persetase
berat kerabang telur, kedalaman rongga telur,
indeks putih telur, dan warna kuning telur. Proses pengambilan sampel telur untuk dilakukan pengukurandilakukan dalam 3
tahap. Tahap yang pertama adalah pengambilan
telur yang disimpan selama 4 hari, sementara
tahap kedua dan ketiga adalah pengambilan
telur yang disimpan masing-masing selama 8 dan
12 hari. Cara pengambilan sampel telur tersebut
yaitu secara acak, dimana jumlah telur yang
diambil pada masing-masing konsentrasi
perendaman (0, 5, 10, dan 15%) adalah sebanyak
3 butir, sehingga total sampel telur yang
diukur pada masing-masing tahapan (hari ke-4,
8, dan 12) adalah sebanyak 12 butir.
2.5.1 Tebal kerabang
Telur
dipecahkan dengan hati-hati kemudian bagian kerabang telur di ujung tumpul,
tengah, dan ujung runcing diambil dan diukur dengan menggunakan mikrometer
scrub. Tebal kerabang telur diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut
(Ramanoff da Ramanoff, 1963) : dimana,
TK = tebal
kerabang,
t1, t2, dan
t3 = tebal kerabang pada ujung tumpul, tengah, dan runcing
2.5.2 Persentase berat kerabang telur.
Kerabang
telur dipecahkan dengan hati-hati. Putih dan kuning telur lalu dikeluarkan dari
dalam kerabang dan diletakkan di dalam cawan petridish. Kerabang telur kemudian
disimpan dan didiamkan selama 24 jam. Setelah itu, kerabang telur ditimbang
dengan menggunakan timbangan digital merk Ohauss dengan ketelitian 0,01 g dan
dicatat hasilnya. Persentase berat
kerabang dihitung dengan membagi berat
kerabang dengan berat telur dikalikan
100% (Sihombing, dkk., 2006).
2.5.3 Kedalaman rongga udara.
Telur
dipecahkan dengan hati-hati kemudian kerabang telur yang bagian ujung tumpul
dipisahkan. Selanjutnya kedalaman rongga udara diukur dengan menggunakan jangka
sorong, yaitu dari membran dalam kerabang yang berpisah dengan membran kerabang
bagian luar hingga kerabang (Jazil dkk., 2013)
2.5.4 Indeks Putih Telur.
Sebutir
telur diambil lalu dipecahkan dengan hati-hati. Putih dan kuning telur
dikeluarkan dan diletakkan di atas sebuah kaca datar. Tinggi putih telur
kental, lebar dan panjang putih telur masing-masing diukur dengan menggunakan
jangka sorong. Nilai indeks putih telur dihitung dengan cara membandingkan
tinggi putih telur kental dengan rerata panjang dan lebar putih telur
(Sihombing dkk., 2006)
2.5.5 Warna Kuning Telur.
Telur
dipecahkan dengan hati-hati. Putih dan kuning telur lalu dikeluarkan dari dalam
kerabang dan diletakkan di atas cawan petridish. Warna kuning telur diukur
dengan menggunakan Roche Egg Yolk Colour Fan, yaitu dengan
membandingkan warna kuning telur dengan warna kuning pada kipas Roche.
DAFTAR PUSTAKA
Abustam, E. & H. M. Ali.
2011. The effects of muscle types and levels of liquid smoke on
water holding capacity and shear force values of pre rigor Bali beef. 56789/480. [4 October 2011]
Argo, L.B, Tristiarti, &
I. Mangisah. 2013. Kualitas telur ayam
arab petelur fase I dengan berbagai level Azolla microphylla. Animal
Agrocultural Journal, 2(1) : 445-457
Arizona, R., E. Suryanto,
& Y. Erwanto. 2011. The effect of canary
shell liquid smoke concentration and storage time on
chemical and physical quality of beef. Buletin
Peternakan, 35: 50-56.
Blakely, J. & D.H. Blade. 1991. Ilmu Peternakan. Gadjah mada University Press, Yogyakarta.
Buckle, K.A, R.A. Edward,
W.R. Day, G.H. Fleet, & M. Wotton. 1987.
Ilmu Pangan. diterjemahkan oleh Hadi Purnomo dan Adiono. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Hadiwiyoto, S. 1983. Hasil-hasil Olahan Susu, Ikan, Daging, dan Telur. Liberty,
Yogyakarta
Jazil, N., A. Hintono, &
S. Mulyani. 2013. Penurunan kualitas
telur ayam ras dengan intensitas warna coklat kerabang berbeda selama
penyimpanan. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 2(1) : 43-47
Juliambarwati, M., A.
Ratriyanto, & A. Hanifa. 2012.
Pengaruh penggunaan tepung limbah udang dalam ransum terhadap kualitas
telur itik. Sains Peternakan, 10 (1): 1-6
Kusumawati, E., M.D.
Rudyanto, & I.K. Suada. 2012. Pengasinan
mempengaruhi kualitas telur itik Mojosari. Indonesia Medicus
Veterinus, 1(5): 645 – 656.
Nomura, R. 2004. Healthy Effects of Bamboo Vinegar. Nobunkyou Publication.
Pszczola, D. E. 1995. Tour highlight production and uses of smoke based flavors.
Food Tech., 49 (1): 70-74
Ramanoff
AL., & A.J. Ramanoff. 1963. The Avian Egg.
The 2 nd edition. New York: Jhon Wiley and Sons.
Wang, H. F., J. L. Wang, C.
Wang, W. M. Zhang, J. X. Liu, & B. Dai. 2012.
Effect of bamboo vinegar as an antibiotic alternative on growth performance
and fecal bacterial communities of weaned piglets. Livest. Sci.144:173–180.
Yulistiani & D. Purnama. 1997. Kemampuan Penghambatan Asap Cair Terhadap Pertumbuhan
Bakteri Patogen dan Perusak pada Lidah Sapi [Tesis]. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada.
Sihombing, G., Avivah, &
S. Prastowo. 2006. Pengaruh penambahan
zeolit dalam ransum terhadap kualitas telur burung puyuh. J. Indon. Trop.
Anim. Agric. 31 (1) : 28-31
Stadelman WJ. & O.J.
Cotteril. 1995. Egg Science and Technology. The 4th
edition. New York: Food products Press. An Imprint of the Haworth Press.
Steel, RGD, & J.H.
Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika.
Edisi ke-2. Penerjemah Bambang Sumantri. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Youssev, A.W., H.M.A.
Hassan., H.M. Ali., & M.A. Mohamed. 2013.
Effect of probiotic, prebiotic and organic acids on layer performance
and egg quality. Journal of
Poultry Science. 15 (2): 31-36
Post a Comment