Pengaruh Penggunaan Asap Cair dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Telur Itik Pegagan
Pengaruh Penggunaan Asap Cair dan Lama Penyimpanan terhadap
Kualitas Telur Itik Pegagan
Asap cair
merupakan bahan yang diperoleh dari proses dispersi asap kayu dengan mengkondensasikan asap hasil pirolisis kayu (Yulistiani & Purnama, 1997). Asap cair mengandung senyawa-senyawaa organik, seperti asam asetat, fenol, alkon, alkohol, aldehid, dan senyawa lainnya (Nomura, 2004; Wang et al., 2012). Asap cair sejauh ini mulai
banyak dimanfaatkan dalam pengolahan produk
peternakan, akan tetapi pemanfaatanya lebih kepada
pengolahan daging. Hasil penelitian Arizona
dkk (2011) melaporkan bahwa semakin tinggi
level penggunaan asap cair dalam pengolahan
daging sapi, daya ikat air (DIA) daging sapi
menjadi semakin meningkat. Peningkatan DIA juga terlihat dari hasil penelitian Abustam & Ali (2011), dimana penggunaan asap cair dapat meningkatkan sifat fungsional daging khususnya pH dan DIA. Di samping untuk pengolahan daging, asap cair juga
sangat berpotensi untuk digunakan dalam proses pengawetan telur. Senyawa kimia
yang terkandung dalam asap cair diyakini dapat berfungsi sebagai pelindung
kulit telur. Hal ini dikarenaka senyawa fenol dan asam-asam organik yang terkandung
dalam asap cair dapat menyelubungi dan melindungi pori-pori kulit telur
sehingga penguapan gas dari dalam telur dapat dikurangi dan pertumbuhan mikroba
dapat dikontrol (Pszczola, 1995). Proses
penguapan dari dalam telur sangat penting
untuk dicegah terutama selama proses penyimpanan. Hal ini dikarenakan selama
proses penyimpanan, potensi terjadinya penguapan gas dari dalam telur semakin
besar. Apabila penguapan dari dalam telur terus menerus berlangsung, maka bobot
telur akan semakin menyusut dan putih telur semakin encer (Buckle et al.,
1987). Selain itu, terjadinya proses penguapan gas dari dalam telur, seperti
CO2 dan H2 O, juga dapat mengakibatkan diameter kuning telur membesar sehingga
indeks kuning telur menjadi menurun (Kusumawati dkk, 2012) yang pada akhirnya
kualitas telur secara
keseluruhan
semakin buruk. Berdasarkan hal di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh pengawetan telur melalui proses perendaman asap cair dengan berbagai
konsentrasi dan lama penyimpanan terhadap kualitas telur.
BAHAN DAN
METODE
Materi
Sebanyak 36
butir telur itik pegagan segar umur
1-3 hari digunakan dalam penelitian ini. Telur
itik tersebut diperoleh dari peternakan itik
pegagan yang terletak di Desa Kota Daro, Ogan
Ilir, Sumatera Selatan. Bahan lain yang
digunakan adalah asap cair dan aquades.
Kandungan senyawa kimia asap cair dapat
dilihat pada Tabel 1. Peralatan yang digunakan
antara lain timbangan digital merk Ohaus
dengan ketelitian 0,01 g, egg tray, spatula, micrometer
scrub,
baskom, gelas kimia ukuran 250 ml, pH meter,
kaca datar, jangka sorong, cawan petridis, dan
termometer-higrometer digital.
Prosedur
Penelitian
Ada 4
langkah yang dilalui dalam penelitian
ini, yaitu preparasi telur, perendaman telur
dalam larutan asap cair, penyimpanan telur,
dan analisis kualitas internal telur.
Langkah 1.
Preparasi telur.
Sebanyak 36
butir telur itik pegagan segar (umur 1-3 hari)
yang diperoleh dibersihkan dengan cara dicuci dengan air mengalir lalu
ditiriskan dalam egg tray hingga kering.
Langkah 2.
Perendaman telur dalam larutan asap cair.
Pertama-tama,
dipersiapkan 4 level konsentrasi larutan asap cair yaitu 0, 5, 10, dan 15%
(v/v). Sebanyak 9 butir telur itik yang telah ditiriskan kemudian direndam ke
dalam masing-masing konsentrasi larutan asap cair yang telah dibuat selama 15 menit.
Setelah direndam, telur itik kemudian diangkat dan diletakkan di egg tray
untuk ditiriskan. Telur itik kemudian ditandai dengan kertas label sesuai
dengan perlakuan agar mempermudah proses pencatatan.
Langkah 3.
Penyimpanan Telur.
Semua telur
itik yang telah diberi label lalu disimpan pada suhu ruang dengan lama
penyimpanan yaitu masing-masing 4, 8, dan 12 hari. Selama proses penyimpanan
diletakkan thermometer higrometer digital di ruang penyimpanan.untuk mengukur
suhu dan kelembaban udara.
Langkah 4.
Analisis kualitas telur.
Telur yang
telah disimpan sesuai dengan perlakuan kemudian dianalisis berdasarkan
masing-masing peubah yang digunakan.
Peubah yang
Diamati
Variabel
yang diukur antara lain tebal kerabang, persetase berat kerabang telur,
kedalaman rongga telur, indeks putih telur, dan
warna kuning telur. Proses pengambilan sampel telur untuk dilakukan pengukuran dilakukan dalam 3 tahap. Tahap yang pertama adalah pengambilan telur yang disimpan selama 4 hari, sementara tahap kedua dan ketiga adalah pengambilan telur yang disimpan masing-masing selama 8 dan 12 hari. Cara pengambilan sampel telur tersebut yaitu secara acak, dimana jumlah telur yang diambil pada
masing-masing konsentrasi perendaman (0, 5,
10, dan 15%) adalah sebanyak 3 butir, sehingga total sampel telur yang diukur
pada masing masing tahapan (hari ke-4, 8, dan 12) adalah sebanyak 12 butir.
Analisis
Data
Peneitian
ini menggunakan rancangan acak lengkap pola
faktorial 4 x 3. Faktor pertama adalah larutan
asap cair yang terdiri atas 4 level yaitu 0,
5, 10, dan 15% (v/v). Faktor kedua adalah lama
penyimpanan telur yang terdiri atas 3 level
yaitu 4, 8, dan 12 hari. Masing-masing
perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Data
dianalisa menggunakan analisis keragaman dan
perbedaaan antar perlakuan diuji dengan Duncan
multiple range test (DMRT) menurut Steel
& Torrie (1993).
RESUME
Dari data
didatas dapat disimpulkan bahawa dari awal penelitian sampai metodologi
penelitian adalah sebagai berikut. Asap cair merupakan bahan yang diperoleh dari
proses dispersi asap kayu dengan mengkondensasikan
asap hasil pirolisis kayu (Yulistiani &
Purnama, 1997). Asap cair mengandung
senyawa-senyawaa organik, seperti asam asetat,
fenol, alkon, alkohol, aldehid, dan senyawa
lainnya (Nomura, 2004; Wang et al.,
2012). Proses penguapan dari dalam telur sangat
penting untuk dicegah terutama selama proses penyimpanan. Hal ini dikarenakan selama
proses penyimpanan, potensi terjadinya penguapan gas dari dalam telur semakin
besar. Selain itu, terjadinya proses penguapan gas dari dalam telur, seperti
CO2 dan H2 O, juga dapat mengakibatkan diameter kuning telur membesar sehingga
indeks kuning telur menjadi menurun (Kusumawati dkk, 2012) yang pada akhirnya
kualitas telur secara keseluruhan semakin buruk. Dengan bahan dan metodologi
sebagai berikut, Sebanyak 36 butir telur itik pegagan segar umur 1-3 hari, Bahan lain
yang digunakan adalah asap cair dan aquades, Peralatan
yang digunakan antara lain timbangan digital
merk Ohaus dengan ketelitian 0,01 g, egg tray, spatula, micrometer
scrub,
baskom, gelas kimia ukuran 250 ml, pH meter,
kaca datar, jangka sorong, cawan petridis, dan
termometer-higrometer digital. Dengan prosedur penelitian sebagai berikut, Langkah 1. Preparasi telur. Langkah 2.
Perendaman telur dalam larutan asap cair. Langkah 3. Penyimpanan Telur. Langkah 4. Analisis kualitas telur. Dengan
peubah yang diamatai sebagai berikut, Variabel yang diukur antara lain
tebal kerabang, persetase berat kerabang telur, kedalaman
rongga telur, indeks putih telur, dan warna
kuning telur. Dan dengan analisis data sebagai berikut Peneitian ini
menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial 4 x 3. Faktor pertama adalah larutan asap cair yang terdiri atas 4 level yaitu 0, 5, 10, dan 15% (v/v). Faktor kedua adalah lama penyimpanan telur yang terdiri atas 3 level yaitu 4, 8, dan 12 hari. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Data dianalisa menggunakan analisis keragaman dan perbedaaan antar perlakuan diuji dengan Duncan multiple range test (DMRT) menurut Steel & Torrie (1993).
Post a Comment