LAPORAN PRATIKUM PRODUKSI TERNAK POTONG DAN KERJA DI KANDANG DI PETERNAKAN MASYARAKAT (LAPANGAN) #3
Oleh:
Abdul
Majid
NIM
: EIC017146
Kel.
Lapangan: 2/5
Universitas Bengkulu
September
2018
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Setinggi puja dan sedalam syukur
marilah kita ucapkan atas limpahan rahmat dan karunia yang Allah berikan,
sehingga dengan ini saya dapat menyelesaikan laporan praktikum lapangan yang
telah saya buat pada Mata Kuliah Produksi Ternak Potong dan Kerja dengan lancar dan mudah-mudahan
diberkahi-Nya. Tak lupanya shalawat beserta salam kita kirimkan kepada
nabiyullah junjungan alam yakni Nabi Muhammad SAW yang mana beliau telah
membimbing umatnya menuju jalan yang benar dan penuh terang benderang.
Pada
kesempatan ini juga saya ucapkan terima kasih kepada dosen yang telah mengajarkan Mata Kuliah Produksi Ternak Potong dan Kerja,
kepada
bapak Ir.Dwatmadji, MSc, Ph.D dan kepada Ibu Drh. Tatik Suteky,M.Sc serta Coass
atau asisten dosen Mata Kuliah Produksi Ternak Potong dan Kerja.
Dengan ini saya membuat dan
menyusun laporan praktikum lapangan produksi ternak potong dan kerja. Namun,
hal ini tidak terlepas dari kesalahan dan kekeliruan dalam penulisan maupun
pembahasan. Maka dari itu saya mohon maaf dan meminta kritik dan saran dari
pembaca agar lebih baik lagi ke depannya dan semoga ini bermanfaat bagi
pembaca.
Bengkulu,
26 Oktober 2018
Abdul Majid
(E1C017146)
HALAMAN PENGESAHAN
Sehubungan dengan penyusunan laporan praktikum MK Produksi Ternak Potong
dan Kerja di Peternakan Masyarakat / Lapangan yang saya ikuti pada semester
Ganjil 2017/2008, maka bersama ini saya:
Nama Mahasiswa
|
:
|
Abdul Majid
|
NIM
|
:
|
E1C017146
|
Nama Kelompok Lapangan
|
:
|
Lapangan 2/5
|
Jenis Ternak
|
:
|
Sapi Bali dan Sapi Lampung
|
Menyatakan bahwa laporan ini benar-benar saya susun sendiri, dan bukan
merupakan hasil laporan praktikum mahasiswa lain.
Laporan ini juga sudah saya konsultasikan dengan Asisten Dosen MK. Produksi
Ternak Potong dan Kerja.
Bengkulu,
Oktober 2018.
Asisten Dosen, Nama
Mahasiswa,
<Nofriska Winni Simanjuntak> <Abdul
Majid>
NIM: EIC016087 NIM: EIC017146
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
A. MATERI DAN METODE
A.1.
Jadwal Pelaksanaan dan Daftar Anggota Kelompok
A.1.1. Jadwal
Pelaksanaan
Sabtu, 13 Oktober 2018
A.1.2. Daftar Anggota
Kelompok
NO
|
NAMA
|
NPM
|
1
|
Abdul Majid
|
E1C017146
|
2
|
Ari Albana Saputra
|
E1C017040
|
3
|
Darmawan Yoga Saputra
|
E1C017118
|
4
|
Dion Dwi Putra
|
E1C017096
|
5
|
Khusnul Khotimah
|
E1C017015
|
6
|
Rocky Meido Falah
|
E1C017004
|
7
|
Wahyu Dwi Saputra
|
E1C017002
|
8
|
Yoga Anda Syaputra
|
E1C017070
|
A.2.
Lokasi Peternakan
A.3.
Materi
A. Ternak
Ternak adalah hewan
yang dengan sengaja dipelihara sebagai sumber pangan, sumber bahan baku
industri, atau sebagai pembantu pekerjaan manusia. Usaha pemeliharaan ternak
disebut sebagai peternakan (atau perikanan, untuk kelompok hewan
tertentu) dan merupakan bagian dari kegiatan pertanian secara umum.
Sapi bali adalah
jenis sapi yang unggul asli dari Bali Indonesia, sapi ini hasil domestikasi
dari banteng atau bibos banteng. Sapi ini sudah cukup banyak populasinya dan
dikembangbiakkan oleh warga bali sendiri sejak lama. Sapi bali saat ini banyak
dijadikan komoditi usaha penggemukan sapi bali oleh banyak masyarakat Indonesia
khususnya.
Di
Indonesia perkembangan sapi bali sangat cepat dibanding dengan breed potong lainnya, hal tersebut
disebabkan breed ini lebih diminati
oleh petani kecil karena beberapa keunggulannya yang antara lain, tingkat kesuburannya tinggi sebagai sapi pekerjan
yang baik dan efisien serta dapat memanfaatkan
hijauan yang kurang bergizi dimana breed
lainnya tidak dapat. Persentase karkas tinggi, daging tanpa lemak, heterosis
positif tinggi pada persilangan, daya adaptasi yang tingi terhadap lingkungan
dan persentase beranak dapat mencapai 80 persen. Selain beberapa keungunggulan
diatas terdapat juga kekurangan yakni sapi bali pertumbuhannya lambat, rentan terhadap penyakit tertentu seperti:
penyakit jembrana, peka terhadap penyakit ingusan (malignant catarrhal fever) dan bali ziekte (hardjosubroto,1994)
Sapi
tergolong ternak ruminansia besar yang menghasilkan susu daging. Banyak
keuntungan yang diperoleh jika melakukan pemeliharaan sapi secara intensif,
yaitu pemeliharan dalam kandang yang sesuai dengan persyaratan teknis. Pemberian pakan sesuai dengan standar
kebuutuhan gizi ternak dan disediakan dalam jumlah yang cukup. Pemeliharaan
yang intensif dapat memudahkan pemelharaan dan perawatan terhadap ternak yang
sakit, lebih menghemat tenaga kerja serta
kesehatan ternak lebih terjamin (AAK,1998)
Pada praktikum lapangan yang di
laksanakan selama 1 hari pada Oktober 2018 di peternakan masyarakat menggunakan
jenis ternak sapi bali dan sapi lampung yang berjumlah 38 ekor termasuk anak
sapi yang pada awal beternak hanya terdapat 2 ekor sapi sehingga terus
berkembang seperti sekarang dan dimulai pada 10 tahun yang lalu.
B. Pakan Ternak
Pakan adalah semua yang bisa dimakan
oleh ternak dan tidak mengganggu kesehatannya. Pada umumnya pengertian
pakan (feed)
digunakan untuk hewan yang meliputi kuantitatif, kualitatif, kontinuitas serta
keseimbangan zat pakan yang terkandung di dalamnya. Menurut Hartanto, (2008),
pakan merupakan aspek yang penting karena 70% dari total biaya produksi
adalah untuk pakan. Pakan merupakan sumber energi utama untuk pertumbuhan dan
pembangkit tenaga bagi ternak. Makin baik mutu dan jumlah pakan yang diberikan,
makin besar tenaga yang ditimbulkan dan makin besar pula energi yang tersimpan
dalam bentuk daging.
Rasjid (2012),
menyatakan bahwa pakan dapat digolongkan ke dalam sumber protein, sumber energi
dan sumber sumber serat kasar. Hijauan pakan ternak merupakan sumber
serat kasar yang utama yang berasal dari tanaman yang berwarna hijau. Agar
pakan tersebut dapat bermanfaat bagi ternak untuk menghasilkan suatu produk,
pakan harus diketahui kandungan zat–zat yang terkandung didalamnya seperti air,
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Ransum adalah pakan jadi
yang siap diberikan pada ternak yang disusun dari berbagai jenis bahan pakan
yang sudah dihitung (dikalkulasi) sebelumnya berdasarkan kebutuhan industri dan
energi yang diperlukan. Retnani et
al. (2010), menyatakan bahwa pakan merupakan faktor penentu
produktivitas ternak, sehingga ketersediaan pakan yang berkualitas baik
merupakan persyaratan untuk pengembangan ternak di suatu wilayah.
Pemberian pakan
berupa hijauan saja tidak mampu meningkatkan atau memaksimalkan produksi
ternak. Selain karena sifat hijauan yang voluminous (bulky) juga
ketersediaannya yang berfluktuasi sehingga perlu adanya teknologi
pengolahan pakan yang membuat pakan lebih tahan lama dan mudah disimpan serta
memiliki palatabilitas tinggi. Lebih lanjut Tangendjaja (2009), menyatakan
bahwa teknologi pakan mencakup semua teknologi mulai dari penyediaan bahan
pakan sampai ransum diberikan kepada ternak.
Pakan sangat penting diperlukan
untuk pertumbuhan, perkembangan,
reproduksi, dan kesehatan ternak karena mengandung zat gizi yang dibutuhkan .
Pakan adalah peran utama dalam meningkatkan pertumbuhan ternak karena pakan ada
nutrisi dalam pakan memberikan dalam mengembangkan pertumbuhan ternak.
Pakan yang digunakan untuk
pemberian ternak yaitu mengandung vitamin, mineral, protein, karbohidrat dan lemak. Untuk kandang untuk
perlindungan ternak agar ternak merasa nyaman untuk penentuan tempat kandang
yaitu pertama penentuan lokasi dengan syarat yaitu teduh, terkena sinar
matahari, kontruksi dinding yang baik, drainase yang baik.
Bahan pakan merupakan segala
sesuatu yang dapat dimakan dan dicerna sebagian atau seluruhya oleh ternak
tanpa mengganggu dalam proses pencernaannya ternak yang memakannya. Kualitas
suatu bahan pakan ditentukan dari kandungan zat nutrisi atau komposisi
kimianya. Pakan pokok basal berupa rumput hijau,legume,perdu,pohon-pohonan
serta tanaman sisa panen (Tillman ,1998 ).
Pakan yang diberikan adalah pakan yang masih segar.
Pakan diberikan tiga kali sehari yaitu pada pagi, siang dan sore hari. Karena
jika pakan berada dalam bak pakan lebih dari 12 jam, pakan akan menjadi basi,
apek dan mudah berjamur yang akan menyebabkan pengambilan (intake)pakan oleh
ternak menjadi berkurang. Hal ini akan berdampak terhadap menurunnya performa
ternak. Setiap terjadinya penurunan pengambilan pakan sebesar 1,0%, akan
menyebabkan menurunnya pertambahan bobot badan sebesar 1,5-2,0% (Umar Ar dkk,
2006).
Jumlah pakan yang telah di konsumsi sapi dapat dilihat dengan
menghitung jumlah pakan yang diberikan dikurang dengan jumlah pakan yang sisa,
maka diketahui jumlah pakan yang dikonsumsi oleh sapi. Demikan halnya dengan
konsentrat dan air minum yang diberikan pada sapi.
C. Kandang Ternak
Pembuatan kandang
untuk sapi potong perlu memperhatikan beberapa
persyaratan antara lain dari segi teknis,
ekonomis, kesehatan kandang (ventilasi
kandang, pembuangan kotoran), efisiensi pengelolaan dan
kesehatan lingkungan sekitarnya.
·
Pemilihan lokasi:
Pertimbangan yang harus dilakukan
dalam memilih lokasi antara lain adalah :
1. Ketersediaan sumber
air untuk minum, memandikan dan membersihkan kandang ternak,
2. Dekat dengan sumber pakan,
3. Kemudahan akses
transportasi untuk penyediaan pakan dan pemasaran,
4. Tersedia areal untuk
perluasan jika dibutuhkan,
5. Lokasi lebih
tinggi dari sekelilingnya sehingga memudahkan
untuk pembuangan limbah dan menghindari genangan air pada waktu
hujan,
6. Jarak kandang
dengan bangunan umum dan perumahan minimal 10 m,
7. Tidak mengganggu kesehatan
lingkungan,
8. Relatif jauh dari jalan
umum
9. Limbah ternak dapat
tersalur dengan baik.
Konstruksi sangat
menentukan ketahanan bangunan, kandang harus
dibuat sekokoh mungkin sehingga mampu menahan
beban dan benturan serta dorongan yang kuat
dari ternak, mudah dibersihkan, mempunyai sirkulasi udara yang baik
sehingga tidak lembab dan tersedia tempat
penampungan kotoran beserta saluran drainasenya.
Konstruksi kandang dirancang sesuai
dengan agroklimat wilayah setempat, tujuan
pemeliharaan, dan status fisiologis ternak. Untuk
dataran tinggi model kandang sapi potong
yang baik adalah lebih tertutup untuk
melindungi ternak dari cuaca dingin, sedangkan untuk dataran rendah
kebalikannya yaitu bentuk kandang yang
lebih tinggi dan lebih terbuka. Tipe dan bentuk kandang disesuaikan
dengan status fisiologis dan pola pemeliharaan
ternak seperti kandang pembibitan, penggemukan, pembesaran,
kandang beranak/menyusui dan kandang pejantan. (M, Sukmawati Farida dan
Kaharudin. 2010)
Dalam pemilihan bahan kandang
hendaknya disesuaikan dengan kemampuan ekonomi dan tujuan usaha
untuk jangka panjang, menengah atau pendek. Pemilihaan bahan
kandang hendaknya minimal tahan untuk jangka waktu 5 –10 tahun, dengan
memanfaatkan dari bahan-bahan lokal yang banyak tersedia. Bagian-bagian
dan bahan kandang yaitu :
Ø Lantai
Lantai kandang harus kuat, tahan
lama, tidak licin dan tidak terlalu kasar, mudah dibersihkan dan mampu menopang
beban yang ada diatasnya. Lantai kandang dapat berupa tanah yang dipadatkan,
beton atau pasir cemen (PC) dan kayu yang kedap air.
Berdasarkan kondisi alas
lantai, dibedakan lantai kandang sistem litter dan non litter. Alas
lantai kandang sistem litter merupakan lantai kandang yang diberi
tambahan berupa serbuk gergaji atau sekam, dan bahan lainnya berupa
kapur/dolomite sebagai dasar alas. Pemberian bahan dasar alas
dilakukan pada awal sebelum ternak dimasukan kedalam kandang. Sistem alas
litter lebih cocok untuk kandang koloni atau kelompok, karena tidak
ada kegiatan memandikan ternak dan pembersihan kotoran feces secara
rutin. Kondisi kandang dan ternaknya lebih kotor tetapi lebih
efisiensi dalam penggunaan tenaga kerja untuk pembersihan kandang. Bila kondisi
letter kandang becek, dilakukan penambahan serbuk gergaji yang dicampur
dengan kapur/dolomite. Selain membuat alas kandang tetap kering,
penambahan kapur tersebut dapat berfungsi sebagai bahan untuk
produksi kompos dan rasa empuk kepada ternak serta kesehatan menjaga kesehatan
ternak.
Alas lantai kandang sistem non
litter merupakan lantai kandang tanpa mendapat tambahan apapun. Model
alas kandang ini lebih tepat untuk ternak yang dipelihara pada
kandang tunggal atau kandang individu. Kandang sistem non litter beserta
ternaknya akan tampak lebih bersih dibanding sistem litter, karena secara rutin
dilakukan kegiatan memandikan sapi dan pembuangan kotoran feces.
Lantai kandang harus selalu terjaga
drainasenya, sehingga untuk lantai kandang non litter dibuat miring
kebelakang untuk memudahkan pembuangan kotoran dan menjaga kondisi lantai
tetap kering. Kemiringan lantai berkisar antara 2 – 5 %,
artinya setiap panjang lantai 1 meter maka ketinggian
lantai bagian belakang menurun sebesar 2 – 5 cm.
Ø Kerangka
Dapat terbuat dari bahan besi, besi
beton, kayu dan bambu disesuaikan dengan tujuan dan kondisi yang ada.
Ø Atap
Terbuat dari bahan genteng,
seng, rumbia, asbes dan lain-lain. Untuk daerah panas (dataran rendah)
sebaiknya mengunakan bahan genting sebagai atap kandang. Kemiringan atap
untuk bahan genting adalah 30 – 45 % , asbes atau seng sebesar 15 – 20
% dan rumbia atau alang-alang sebesar 25 – 30 %, Ketinggian atap untuk
dataran rendah 3,5 – 4,5 meter dan dataran tinggi 2,5 – 3,5 meter. Berdasarkan
bentuk atap kandang, beberapa model atap yaitu atap monitor, semi
monitor, gable dan shade. Model atap untuk daerah dataran tinggi
hendaknya menggunakan shade atau gable, sedangkan untuk
dataran rendah adalah monitor atau semi monitor. Model atap
monitor, semi monitor dan gable model kandang yang mempunyai atap
dua bidang , sedangkan shade mempunyai atap satu bidang.
Ø Dinding
Dibuat dari tembok, kayu, bambu atau
bahan lainnya, dibangun lebih tinggi dari sapi waktu berdiri. Untuk
dataran rendah, yang suhu udaranya panas dan tidak ada angin kencang,
bentuk dinding kandang adalah lebih terbuka, sehingga cukup
menggunakan kayu atau bambu yang berfungsi sebagai pagar
kandang agar sapi tidak keluar. Dinding kandang yang terbuat dari sekat kayu
atau bambu hendaknya mempunyai jarak atar sekat antara 40 – 50 cm. Untuk
daerah dataran tinggi dan udaranya dingin atau daerah pinggir pantai
yang anginnya kencang, dinding kandang harus lebih
tertutup atau rapat.
D. Alat
Kandang
·
Alat :
Peralatan yang digunakan pada praktikum produksi
ternak potong dan kerja adalah :
Ø Sapu lidi
Ø Sabit
Ø Alat tulis
Ø Kamera Hp
Ø Timbangan digital untuk menimbang
sapi
Ø Sepatu boot
Ø Karung
·
Bahan :
Bahan yang
digunakan dalam praktikum mata kuliah ternak potong dan kerja ini adalah :
Ø Sapi
Ø Air
Ø Pakan hijaun rumput
A.4. Anggota dan Foto di lokasi
B. HASIL DAN PEMBAHASAN
B.1.
DATA PEMILIK
·
Nama
Pemilik : Bapak Affan Zakarya
·
Pekerjaan
utama : Petani Sawit
·
Pekerjaan
lainnya : Peternak Sapi
·
Umur/pendidikan
terakhir : 59 Tahun/SMA Sederajat
·
Jumlah
keluarga : 5 orang
·
Alamat
: Jln. Padat Karya Dusun 3, Desa taba pondok kubang, Bengkulu tengah.
·
Peta
Lokasi :
·
Milik
sendiri : Sapi milik sendiri.
·
Jumlah
penghasilan : kurang lebih Rp. 11.000.000.- setiap penjualan sapi dewasa.
B.2.
TERNAK
·
Tujuan
pemeliharaan : penggemukan dan breeding/untuk beranak
·
Kapan
mulai beternak : kurang lebih 10 tahun
·
Jumlah
ternak : jumlah ternak 38 ekor termasuk anak
·
Jenis
Ternak : Sapi
·
Bangsa
Ternak : Sapi Bali
·
Perkiraan
Umur ternak : rata-rata 1,5-3 tahun
·
BCS
Ternak : sapi yang terdapat di peternakan bapak affan masuk BCS 3 sampai 4.
·
Kapan
ternak mulai dipelihara dan kapan dijual : dari awal kelahiran dan dijual pada
saat ada peminat yang membelinya.
·
Pemanfaatan
kompos : Pemanfaatan sendiri untuk pupuk sawit.
·
Lama
pemeliharaan : biasanya bapak affan memelihara ternak sapinya sampai ada
peminatnya namun lebih sering memeliharanya sampai usia 12-24 Bulan sebagai
hewan kurban dan juga tergantung permintaan pembeli.
·
Estimasi
harga jual dan harga beli ternak : harga beli 3-5 juta dan harga
jual berkisar 10-11 juta.
B.3.
PAKAN
·
Jenis
pakan yang diberikan : jenis pakannya adalah hijauan
·
Formulasi
ransum : tidak ada
·
Jumlah
pemberian pakan : tidak menentu
·
Apakah
ada perlakuan terhadap pakan : tidak ada
·
Siapa
yang memberikan informasi tentang teknologi pakan : tidak ada
·
Cara
mendapatkan pakan : mencari disekitar
·
Estimasi
kandungan nutrisi : -
·
Estimasi
biaya pakan : -
B.4.
KANDANG
·
Ukuran
kandang : panjang 10 m, lebar 4 dan tinggi 4 m.
·
Bahan
kandang : bahan yang digunakan untuk membuat kandang bapak affan zakarya
tersebut adalah kayu sebagai bahan utamanya yaitu tiang, dinding serta kerangka
kandang lainnya, atapnya menggunakan seng dan semen sebagai lantainya.
·
Gambar
·
Estimasi
biaya pembuatan kandang : Biaya pembuatan kandang yang terdiri dari pembelian
kayu, atap dan semen memakan biaya sebesar Rp. 3.000.000,-
B.5.
KESEHATAN TERNAK
·
Nama
penyakit yang pernah terdeteksi : Penyakit Sambrana.
·
Cara
pencegahan penyakit : pemberian resep dari dokter hewan.
·
Cara
pengobatan penyakit : dosis bahan (ampicilin, bimactrin dan warmzol-B)
·
Estimasi
biaya untuk kesehatan ternak : untuk pembelian obat satu paket sebesar 400-500
ribu.
B.6.
INSEMINASI BUATAN
Peternakan
Bapak Affan Zakarya tidak memakai IB
B.7.
PERHITUNGAN EKONOMI
·
Biaya
untuk produksi : Untuk pembiayaan bibit ternak awalnya 2 jantan 3 betina dengan
biaya sebesar Rp. 38.000.000,- dan untuk pakan ternak tidak mengeluarkan biaya
karna ternak dilepas dalam pekarang kebun dan mencari makan sendiri.
·
Biaya
untuk Tenaga kerja/bulan : biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja yang
berjumlah 1 orang yakni Rp. 2.000.000,- dan sebesar Rp. 100.000,- untuk setiap
ekor sapi yang terjual.
·
Biaya
lainnya : -
·
Hasil
penjualan hasil ternak : kurang lebih Rp. 11.000.000.- setiap penjualan sapi
dewasa dan kurang lebih Rp. 6000.000,- setiap penjual yang kecil
v Pembahasan
Pakan hijauan adalah semua jenis bahan pakan yang berasal dari tanaman atau
tumbuhan yang berupa daun daunan bahkan batang tumbuhan yang lunak,
ranting-ranting dan bunga. Dalam praktikum kali ini pakan hijauan yang diberikan keadaanya sangat bagus dan
sesuai dengan ternak.
Pakan
hijauan selalu dalam keadaan segar pada
saat diberikan kepada ternak dalam praktikum ini. Berdasarkan pendapat wiliam,
apabila dibandingkan dengan ternak monogastrik pakan sapi jauh lebih sederhana
karena kebutuhan utama pada sapi hanya berupa hijauan dan juga rumput. Karena
sapi adalah jenis ruminansia besar, maka dalam pemberian pakan tidak terlalu
selektif tidak seperti ruminansia kecil.
Urip
Santoso (2006) menyatakan bahwa ”sapi potong memerlukan ransum berdasarkan
bahan kering sebanyak 2,0% dari berat tubuh. Sapi penggemukan mengkonsumsi
pakan 2,0-3,0% dari berat bada, tetapi bila diberi hanya hijauan saja maka
sering kali 5,0%-7,0% dari berat badannya, terutama bila diberikan hijauan
kualitas rendah”. Sedangkan pada saat praktikum konsentrat yang diberikan
berupa campuran antara dedak dan juga br2 dengan banyaknya 1% dari berat badan.
Sapi
potong merupakan penyumbang daging terbesar dari kelompok
ruminansia terhadap produksi daging nasional sehingga usaha ternak ini
berpotensi untuk dikembangkan sebagai usaha menguntungkan. Sapi potong telah
lama dipelihara oleh sebagian masyarakat sebagai tabungan dan tenaga kerja
untuk mengolah tanah dengan manajemen pemeliharaan secara tradisional. Pola
usaha ternak sapi potong sebagian besar berupa usaha rakyat untuk menghasilkan
bibit dan penggemukan, dan pemeliharaan secara terintegrasi dengan tanaman pangan
maupun tanaman perkebunan. Pengembangan usaha ternak sapi potong
berorientasi agribisnis dengan pola kemitraan merupakan salah satu alternatif
untuk meningkatkan keuntungan peternak (Suryana, 2009). Hal ini mencakup dari
tujuan bapak affandi untuk menjadi peternak sapi yang mana beliau sebenarnya
adalah petani sawit karna memiliki wilayah tanah yang luas dan cocok untuk
peternakan maka bapak affandi menjadi peternak sapi sebagai pekerjaan sampingan
yang dapat menghasilkan penghasilan tambahan untuknya.
Pendugaan
umur dan berat badan seekor ternak menjadi sangat penting untuk diketahui,
khususnya bagi peternak bahkan mutlak. Keterampilan tersebut juga seharusnya
dimiliki oleh pengajar, dosen, dan tenaga-tenaga ahli lapangan sehingga tidak
terjadi kecurangan-kecurangan yang merugikan sebelah pihak. Banyak cara yang
bisa dilakukan dalam pendugaan umur ternak. (Yulianto, Purnawan dan Cahyo
Saparinto 2011)
Kondisi
Gigi Seri
|
Perkiraan
Umur
|
Gigi
seri susu sudah lengkap
|
1
tahun
|
2
gigi seri susu sudah berganti gigi tetap
|
1-2
tahun
|
4
gigi seri susu sudah berganti gigi tetap
|
2-3
tahun
|
6
gigi seri susu sudah berganti gigi tetap
|
3-4
tahun
|
8
gigi seri susu sudah berganti gigi tetap
|
4-5
tahun
|
Gigi
seri tetap sudah mulai aus dan tanggal
|
Lebih
dari 5 tahun
|
Pertambahan
bobot badan dipengaruhi oleh umur, lingkungan dan genetik dimana
berat tubuh awal fase penggemukan berhubungan dengan berat dewasa. Pertumbuhan menurut Williams (1982)
adalah perubahan bentuk atau ukuran seekor ternak yang dapat dinyatakan dengan
panjang, volume ataupun massa. Pertumbuhan dapat dinilai sebagai peningkatan
tinggi, panjang, ukuran lingkar dan bobot yang terjadi pada seekor ternak muda
yang sehat serta diberi pakan, minum dan mendapat tempat berlindung yang layak.
C.KESIMPULAN DAN SARAN
C.1.
Kesimpulan
Pada praktikum lapangan produksi
ternak potong dan kerja ini di lakukan selama 1 hari pada hari sabtu, 13
Oktober 2018 bertempat di peternakan milik peternak yakni bapak affandi yang
ada di kota Bengkulu.
Beliau adalah seorang bapak berumur 59 tahun yang memiliki ternak sapi berjumlah
38 ekor yang dipelihara dalam sebuah kebun sawit berukuran 5 ha, pakan yang di berikan kepada ternak
sapi ini adalah rerumputan hijau tanpa ada batas minimal dan maksimalnya karna
peternakan sapi tersebut dipelihara dalam sebuah wilayah kebun yang banyak
terdapat rumput, sehingga sapi dilepas begitu saja di dalam pekarangan kebun
tersebut yang luas wilayahnya 5 ha. Namun, untuk pemberian konsentrat beserta
air minum juga tidak ada karena sapi dilepas begitu saja dalam pekarangan kebun
atau disebut sapi mencari makan dengan sendirinya dimulai pada pukul 11.00 s/d
17.00 WIB. Rata-rata
usia sapi yang dimiliki bapak affandi berkisar 1,5-3 tahun dan untuk penjualannya tergantung peminat yang
ingin membeli sapi beliau harga jual berkisar 10-11 juta untuk sapi dewasa.
Kandang ternak yang digunakan untuk
tempat sapi ini terdapat 2 bangunan kandang yang terbuat dari kayu dan
beralaskan semen. Kandang ini termasuk kategori besar untuk tempat sapi
sebanyak itu karena berukuran panjang 10 m, lebar 4 m dan tinggi 4 m. kandang
ini terdiri dari atap seng, kayu, beralaskan semen dan untuk dindingnya dibuat
seperti pagar dari kayu serta tidak ada pemisah antar sapi di dalamnya kecuali
antar kedua bangunan kandang tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Hartanto. 2008. Estimasi Konsumsi Bahan kering, Protein Kasar, Total Digestible
Nutriens dan Sisa Pakan pada Sapi Peranakan Simmental. Agromedia 26 (2).
Hal: 34-43.
M, Sukmawati
Farida, Kaharudin. 2010. Petunjuk Praktis
Perkandangan sapi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian NTB .
Rasjid Sjamsuddin. 2012. The Great Ruminant: Nutrisi, Pakan, dan
Manajemen Produksi. Penerbit: Brilian Internasional Surabaya.
Retnani Y, Kamesworo S, Khotidjah L,
Saenab A. 2010. Pemanfaatan Wafer Limbah
Sayuran Pasar Untuk Ternak Domba. Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, 2010 Agustus 2-3;
Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. hlm
503-510.
Tangendjaja B. 2009. Teknologi pakan dalam menunjang industri
peternakan di Indonesia. Pengembangan
Inovasi Pertanian 2(3): 192-207. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan.
Tillman, A. D., H.
Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawiro Kusuma, dan S. Lebdosoekoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Rasyid, Ainur,
Hartati. 2007. Petunjuk Praktis
Perkandangan Sapi Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan,
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.
Umar
Ar dkk. 1991. Bambang. Beternak Domba dan
Kambing .Kasinus: Yogyakarta.
LAMPIRAN
KUISONER PRAKTIKUM
DI PETERNAKAN MASYARAKAT
MK. PRODUKSI
TERNAK POTONG DAN KERJA
SEPTEMBER-OKTOBER
2018
1.
DATA PEMILIK
·
Nama
Pemilik : Bapak Affan Zakarya
·
Pekerjaan
utama : Petani Sawit
·
Pekerjaan
lainnya : Peternak Sapi
·
Umur/pendidikan
terakhir : 59 Tahun/SMA Sederajat
·
Jumlah
keluarga : 5 orang
·
Alamat
: Jln. Padat Karya Dusun 3, Desa taba pondok kubang, Bengkulu tengah.
·
Peta
Lokasi :
Gambar 5 Peta Lokasi
·
Milik
sendiri : Sapi milik sendiri.
·
Jumlah
penghasilan : kurang lebih Rp. 11.000.000.- setiap penjualan sapi dewasa.
2. TERNAK
·
Tujuan
pemeliharaan : penggemukan dan breeding/untuk beranak
·
Kapan
mulai beternak : kurang lebih 10 tahun
·
Jumlah
ternak : jumlah ternak 38 ekor termasuk anak
·
Jenis
Ternak : Sapi
·
Bangsa
Ternak : Sapi Bali
·
Perkiraan
Umur ternak : rata-rata 1,5-3 tahun
·
BCS
Ternak : sapi yang terdapat di peternakan bapak affan masuk BCS 3 sampai 4.
·
Kapan
ternak mulai dipelihara dan kapan dijual : dari awal kelahiran dan dijual pada
saat ada peminat yang membelinya.
·
Pemanfaatan
kompos : Pemanfaatan sendiri untuk pupuk sawit.
·
Lama
pemeliharaan : biasanya bapak affan memelihara ternak sapinya sampai ada
peminatnya namun lebih sering memeliharanya sampai usia 12-24 Bulan sebagai
hewan kurban dan juga tergantung permintaan pembeli.
·
Estimasi
harga jual dan harga beli ternak : harga beli 3-5 juta dan harga
jual berkisar 10-11 juta.
3.
PAKAN
·
Jenis
pakan yang diberikan : jenis pakannya adalah hijauan
·
Formulasi
ransum : tidak ada
·
Jumlah
pemberian pakan : tidak menentu
·
Apakah
ada perlakuan terhadap pakan : tidak ada
·
Siapa
yang memberikan informasi tentang teknologi pakan : tidak ada
·
Cara
mendapatkan pakan : mencari disekitar
·
Estimasi
kandungan nutrisi : -
·
Estimasi
biaya pakan : -
4.
KANDANG
·
Ukuran
kandang : panjang 10 m, lebar 4 dan tinggi 4 m.
·
Bahan
kandang : bahan yang digunakan untuk membuat kandang bapak affan zakarya
tersebut adalah kayu sebagai bahan utamanya yaitu tiang, dinding serta kerangka
kandang lainnya, atapnya menggunakan seng dan semen sebagai lantainya.
·
Gambar
Gambar 6 Kandang Sapi
·
Estimasi
biaya pembuatan kandang : Biaya pembuatan kandang yang terdiri dari pembelian
kayu, atap dan semen memakan biaya sebesar Rp. 3.000.000,-
5.
KESEHATAN TERNAK
·
Nama
penyakit yang pernah terdeteksi : Penyakit Sambrana.
·
Cara
pencegahan penyakit : pemberian resep dari dokter hewan.
·
Cara
pengobatan penyakit : dosis bahan (ampicilin, bimactrin dan warmzol-B)
·
Estimasi
biaya untuk kesehatan ternak : untuk pembelian obat satu paket sebesar 400-500
ribu.
B.6.
INSEMINASI BUATAN
Peternakan
Bapak Affan Zakarya tidak memakai IB
7.
PERHITUNGAN EKONOMI
·
Biaya
untuk produksi : Untuk pembiayaan bibit ternak awalnya 2 jantan 3 betina dengan
biaya sebesar Rp. 38.000.000,- dan untuk pakan ternak tidak mengeluarkan biaya
karna ternak dilepas dalam pekarang kebun dan mencari makan sendiri.
·
Biaya
untuk Tenaga kerja/bulan : biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja yang
berjumlah 1 orang yakni Rp. 2.000.000,- dan sebesar Rp. 100.000,- untuk setiap
ekor sapi yang terjual.
·
Biaya
lainnya : -
·
Hasil
penjualan hasil ternak : kurang lebih Rp. 11.000.000.- setiap penjualan sapi
dewasa dan kurang lebih Rp. 6000.000,- setiap penjual yang kecil
Post a Comment