Header Ads

test

LAPORAN PRAKTIKUM MK. PRODUKSI TERNAK POTONG DAN KERJA DI PETERNAKAN MASYARAKAT (LAPANGAN) #2

⏪⏭



LAPORAN PRAKTIKUM
MK. PRODUKSI TERNAK POTONG DAN KERJA
DI PETERNAKAN MASYARAKAT
(LAPANGAN)
Description: logo UNIB.jpg


Oleh:
DARMAWAN YOGA SAPURA
NIM : EIC017118
Kel. Lapangan:2

















Universitas Bengkulu
September 2018

KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan kepada tuhan yang maha esa,Karena dengan rahmat dan hidahyahnya penulis mampu mengerjakan Laporan Praktikum Kerja Lapangan pada mata kuliah Produksi Ternak Potong sesuai dengan yang di inginkan penulis.
            Praktek kerja lapangan ini merupakan praktikum yang wajib di tempuh bagi mahasiwa Peternakan,laporan praktikum ini di susun semata mata sebagai pelengkap praktek kerja lapangan yang di laksanakan kurang lebih satu minggu yang lalu.
            Dengan selesainya laporan ini tak lepas dari bantuan sebagai pihak yang telah memberikan masukan masukan pada penulis untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasi kepada:
1. Kepada Dr. Ir. Dwatmaji, M.Sc selaku dosen mata kuliah sekaligus dosen koordinator praktikum mata kuliah Produksi Ternak Potong dan Kerja
2. Kepada drh. Tatik Suteky, M.Sc selaku assisten dosen koordinator praktikum mata kuliah Produksi Ternak Potong dan Kerja
3. Kepada rekan-rekan praktikan Kelompok lapangan 5 terima kasih atas kerja sama dan kekompakannya.
            Penulis menyadari penyusunan laporan ini jauh dari kata sempurna untuk itu penulis meminta maaf dan selalu menerima kritikan  serta saran yang bermanfaat membangun dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Akhir kata saya ucapkan terimakasih.





Bengkulu, Oktober 2018


Darmawan Yoga saputra
E1C017118

 

 

HALAMAN PENGESAHAN



Sehubungan dengan penyusunan laporan praktikum MK Produksi Ternak Potong dan Kerja di Peternakan Masyarakat / Lapangan yang saya ikuti pada semester Ganjil 2017/2008, maka bersama ini saya:

Nama Mahasiswa
:
Darmawan Yoga Saputra
NIM
:
E1C017118
Nama Kelompok Lapangan
:
Lapangan 2
Jenis Ternak
:
Sapi Bali dan sapi Lampung
Menyatakan bahwa laporan ini benar-benar saya susun sendiri, dan bukan merupakan hasil laporan praktikum mahasiswa lain.
Laporan ini juga sudah saya konsultasikan dengan Asisten Dosen MK. Produksi Ternak Potong dan Kerja.


Bengkulu, 26 Oktober 2018.
Asisten Dosen,                                                                        Nama Mahasiswa,                                                                 
                                                           


<.Winni Simanjuntak>                                              <Darmawan Yoga Saputra>
NIM: EIC016087                                                                      NIM: EIC017118











DAFTAR ISI














DAFTAR GAMBAR

 



























DAFTAR LAMPIRAN

























A MATERI DAN METODE


A.1 Jadwal pelaksanaan da daftar anggota kelompok


            Daftar anggota kelompok : 13 oktober 2018
NO
NAMA KELOMPOK
1
Darmawan Yoga Saputra
2
Ari Albana Saputra
3
Abdul Majid
4
Dion Dwi Putra
5
Khusnul Khotimah
6
Wahyu Dwi Saputra
7
Yoga Anda Syaputra


A.2 lokasi

gambar 1Denah lokasi



A.3 Materi


A.3.1 Ternak

              Sapi Bali merupakan plasma nutfa Indonesia yang mana penyebarannya sangat luas di beberapa Provinsi di Indonesia. Melihat permintaan daging yang cukup besar di Negara kita mestinya dapat menjadi pendorong bagi pihak-pihak yang terkait untuk memperbaiki produktivitas sapi dalam negeri dengan mengelola secara lebih serius lagi. Adapun beberapa kelebihan yang dimiliki oleh sapi bali yaitu Kemampuan adaptasi di lingkungan yang memiliki ketersediaan pakan berkualitas rendah dan Fertilitas pada sapi bali sangatlah baik. Sapi Bali pertama kali di domestikasi di Propinsi Bali dan sekarang menjadi pusat pemurniaan sapi bali dan sangat proteksi bagi masuknya sapi bangsa lain. Ini sangat beralasan mengingat Indonesia merupakan pusat gen sapi bali di dunia. Selain di Bali di propinsi lain di Indonesia sudah melakukan upaya pemurnian sapi bali salah satunya adalah Propinsi Sulawesi selatan. Yang mana telah menunjuk 2 kabupaten yaitu Kabupaten Bone dan Kabupaten Barru sebagai tempat pemurnian sapi bali.  Menurut Eko Handiwirawan dan Subandriyo(2004). Potensi dan keragaman sumberdaya genetik sapi Bali = Potency and genetic diversity of Bali cattle. Wartazoa Vol. 14(3)107-115. Upaya perbaikan mutu genetik sapi Bali yang saat ini tengah dilakukan di wilayah peternakan murni (Propinsi Bali) melalui P3 Bali melalui seleksi dan uji keturunan berhasil mendapatkan sapi dengan nilai pemuliaan dugaan yang lebih baik. Pejantan elit yang dihasilkan melalui program tersebut diharapkan dapat memperbaiki sapi Bali secara keseluruhan melalui program IB. Perbaikan mutu genetik melalui persilangan dengan bangsa sapi Bos taurus dan Bos indicus yang terjadi di kantong-kantong sumber bibit mampu menghasilkan sapi hasil persilangan yang memiliki produktivitas cukup baik untuk final stock. Terdapat kecenderungan untuk terus meningkatkan komposisi genetik sapi Bos taurus melalui program IB di peternakan rakyat. Evaluasi mungkin perlu dilakukan untuk menentukan komposisi genetik sapi persilangan yang ideal agar dapat berproduksi optimal sesuai dengan kondisi lingkungan setempat.
Sapi Bali merupakan salah satu Sumber Daya Genetik Ternak (SDGT) asli Indonesia yang mempunyai banyak keunggulan, antara lain memiliki daya tahan tubuh yang baik terhadap cekaman lingkungan, mampu tumbuh dengan baik pada kondisi buruk, tingkat produktivitasnya tinggi serta kualitas daging yang baik. Demikian disampaikan Direktur Pembibitan Deptan, Dr. Ir Gunawan, MS, di sela sambutannya pada acara Pertemuan Peningkatan Mutu Genetik Sapi Bali, di Badung, Bali. Dalam sambutannya, Dr. Ir. Gunawan, MS juga mengemukakan, populasi sapi Bali saat ini mencapai sekitar 3,3 juta ekor yang tersebar di seluruh Indonesia dengan konsentrasi utama di Pulau Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Lampung dan Sumatera Selatan. Meskipun sapi Bali telah menyebar ke sebagian besar wilayah Indonesia, namun sapi Bali murni hanya di Bali, sedangkan di daerah lainnya diasumsikan memiliki kemurnian 80%. Ditambahkannya, akhir-akhir ini terlihat banyak terjadi kasus inbreeding, pemotongan betina produktif dan keluaran sapi penjantan, sehingga populasi dan performans sapi Bali tidak dapat bertumbuh dengan baik. Karena itu, agar upaya peningkatan mutu genetik sapi Bali dapat lebih terencana dan terarah khususnya di daerah-daerah yang telah ditetapkan menjadi kawasan sumber bibit, maka diselenggarakan Pertemuan Peningkatan Mutu Genetik Sapi ini melalui kerjasama antara Direktorat Jenderal Peternakan dengan Pemerintah Provinsi Bali dan Kabupaten Badung. Adapun tujuan dari pertemuan yang berlangsung belum lama ini, antara lain, untuk menyempurnakan petunjuk teknis peningkatan mutu genetik sapi Bali, mengkomunikasikan langkah-langkah pengembangan sapi Bali dan mensosialisasikan petunjuk teknis penetapan galur/rumpun Sumber Daya Genetik Ternak. Sedangkan keluaran yang diharapkan dari pertemuan ini antara lain, penyempurnaan Petunjuk Teknis Peningkatan Mutu Genetik Sapi Bali, Rencana Kegiatan Pengembangan Sapi Bali pada tahun 2009 dan tersosialisasinya informasi petunjuk teknis (Juknis) penetapan Galur/Rumpun Sumber Daya Genetik Ternak

A.3.2 PAKAN

Hijauan adalah semua bentuk bahan pakan yang berasal dari tanaman atau rumput termasuk leguminosa baik yang belum dipotong maupun yang dipotong dari lahan dalam keadaan segar (Akoso, 1996). asal dari pemanenan bagian vegetatif tanaman yang berupa bagian hijau yang meliputi daun, batang, kemungkinan juga sedikit bercampur bagian generatif, utamanya sebagai sumber makanan ternak ruminansia (Reksohadiprodjo, 1985).
Hijauan diartikan sebagai pakan yang mengandung serat kasar, atau bahan yang tak tercerna, relatif tinggi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa ternak ruminansia membutuhkan sejumlah serat kasar dalam ransumnya agar proses pencernaan berjalan secara lancar dan optimal. Sumber utama dari serat kasar itu sendiri adalah hijauan (Siregar 1994).
Seperti diketahui secara umum, ternak tidak dapat melangsungkan kehidupannya tanpa adanya asupan pakan. Produktivitas ternak tinggi jika asupan pakannya seimbang yakni tercukupi baik dari segi kualitas maupun kuantitas pakan.  Pakan memiliki peran yang penting bagi ternak, baik bagi pemenuhan kebutuhan hidup pokok, bunting, laktasi, produksi (telur, daging dan susu) maupun untuk kepentingan kesehatan ternak yang bersangkutan. Karena ternak jika salah diberi pakan juga dapat menimbulkan penyakit yang merugikan bagi ternak dan peternak. Jenis pakan yang umumnya diberikan pada ternak adalah hijauan dan konsentrat (Kanisius, 1983).
Salah satu jenis pakan ternak yaitu hijauan segar. Hijauan segar merupakan bahan pakan ternak yang diberikan pada ternak dalam bentuk segar, baik dipotong dengan bantuan manusia atau langsung disengut langsung oleh ternak dari lahan hijauan pakan ternak. Hijauan segar umumnya terdiri dari daun-daunan yang berasal dari rumput-rumputan (Gramineae) dan tanaman biji-bijian atau kacang-kacangan(Leguminosa) (AAK, 1983).

A.3.3 KANDANG

Perkandangan merupakan segala aspek fisik yang berkaitan dengan kandang dan sarana maupun prasarana yang bersifat sebagai penunjang kelengkapan dalam suatu peternakan. Sarana fisik tersebut antara lain kantor pengelola, gudang, kebun hijauan pakan, dan jalan. 
Secara umum kandang berfungsi untuk menghindari ternak dari terik matahari, hujan, angin kencang secara langsung, menghindari ternak membuang kotoran sembarangan, mempermudah dalam pengelolaan dan pengawasan terhadap penggunaan pakan, pertumbuhan, dan gejala penyakit, menjaga kehangatan ternak saat malam hari atau musim dingin, serta gangguan binatang buas dan pencuri (Sudarmono, 2011).

A.3.4 Anggota dan Foto di lokasi

gambar 2 foto anggota
Description: C:\Users\Asus\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG-20181013-WA0072.jpgDescription: C:\Users\Asus\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG-20181013-WA0073.jpg

Description: C:\Users\Asus\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG-20181025-WA0079.jpg  Description: C:\Users\Asus\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG-20181025-WA0087.jpg









B HASIL DAN PEMBAHASAN


KUISONER PRAKTIKUM DI PETERNAKAN MASYARAKAT
MK. PRODUKSI TERNAK POTONG DAN KERJA
SEPTEMBER-OKTOBER 2018
1.      DATA PEMILIK
a.       Nama Pemilik                                                             : Afan Zakarya
b.      Pekerjaan utama                                                        : petani (sawit)
c.       Pekerjaan lainnya                                                       : Beternak
d.      Umur/pendidikan terakhir                                         : 59 tahun/
e.       Jumlah keluarga                                                         : 5orang
f.        Alamat                                                                                    : Jl.panorama (sebelum kantor pos)
g.      Peta Lokasi                                                                  :
h.      Milik sendiri/gaduhan/pemelihara                          : milik sendiri
i.         Jumlah penghasilan (Rp/bulan)                               : 3 ekor 14 juta                                    

2.      TERNAK
a.       Tujuan pemeliharaan                                                            : penggembangan
b.      Kapan mulai beternak                                                           : dari tahun 2008
c.       Jumlah ternak                                                             : 38 sapi
d.      Jenis Ternak                                                                : sapi bali dan lampung
e.       Bangsa Ternak                                                                        : sapi bali
f.        Perkiraan Umur ternak                                               : 2 bulan sampai 8 tahun
g.      BCS Ternak (Kalau sapi)                                             : 1-4
h.      Kapan ternak mulai dipelihara dan kapan dijual    : tergantung pembeli
i.         Pemanfaatan kompos                                                            : untuk pupuk sendiri
j.         Lama pemeliharaan                                                   :
k.       Estimasi harga jual dan harga beli ternak                :

3.      PAKAN
a.       Jenis pakan yang diberikan                                       : hijauan
b.      Formulasi ransum                                                      : -
c.       Jumlah pemberian pakan                                          : -
d.      Cara mendapatkan pakan                                         : di liarkan
e.       Estimasi kandungan nutrisi                                       : -
f.        Estimasi biaya pakan                                                 : -
4.      KANDANG
a.       Ukuran kandang                                                        :  4m x 4 m x 10 m
b.      Bahan kandang                                                          : kayu biasa dengan lantai semen
c.       Gambar                                                                       :
d.      Estimasi biaya pembuatan kandang                                    : Rp 3.000.000,00

5.      KESEHATAN TERNAK
a.       Nama penyakit yang pernah terdeteksi                   : kembung
b.      Cara pencegahan penyakit                                       : obat kembung
c.       Cara pengobatan penyakit                                        : dicampur dengan air minum
d.      Estimasi biaya untuk kesehatan ternak                    : Rp 50.000,00

6.      INSEMINASI BUATAN (Kalau ada informasi tentang ini)
a.       Apakah bapak/ibu tahu tentang IB
b.      Kapan bapak tahu tentang IB
c.       Dari mana bapak tahu tentang IB
d.      Apakah bapak menerapkan program IB pada ternak bapak
e.      Berapa jumlah ternak yang di IB
f.       Apakah bapak tahu tanda-tanda sapi birahi
g.      Tanda birahi seperti apa
h.      Apakah bapak tahu kalau ternak sudah bunting
i.        Berapa kali IB sampai ternak bunting
j.        Apakah bapak tahu Jenis straw yang di pakai, bangsa apa saja
k.      Apakah menurut bapak biaya IB (mahal, murah, cukup)
7.      PERHITUNGAN EKONOMI 
a.       Biaya untuk produksi (bibit ternak, pakan ternak)
b.      Biaya untuk Tenaga kerja/bulan
c.       Biaya lainnya (kalau ada)
d.      Hasil penjualan hasil ternak (ternak hidup, kompos, dll)











B.1 DATA PEMILIK

a. Nama pemilik

            Nama pemilik ternak yang kami observasi untuk praktikum lapangan dimasyarakat yaitu adalah bapak arfan zakarya.

b. pekerjaan utama

            pekerjaan utama bapak arfan yaitu perkebunan sawit

c. Pekerjaan lainya

            Pekerjaan lainya bapak arfan yaitu sebagai peternak sapi .beliau beternak sapi bukan untuk sebagai pemasok daging namun beliau beternak sapi sebagai pengembang(perbanyakan sesuai kebutuhan pembeli)

d.Umur dan pendidikan terakhir

            Umur bapak arfan yaitu 59 tahun pendidikan terakir dari bapak arfan yaiu sekolah menengah atas (SMA)

E . Jumlah keluarga

Jumlah keluarga dari bapak arfan yaitu berjumlah 5 orang

H . milik sendiri

            Sapi yang di pelihara oleh bapak arfan adalah sapi milik sendiri

I . jumlah penghasilan

            Jumlah penghasilan yang diperoleh oleh bapak arfan pada hari besar kemarin yaitu mencapai 14.000.000,00 juta keatas tergantung dari kondisi sapi yang ingin di jual

B.2 Ternak

a.Tujuan pemeliharaan

            tujuan pemeliharaan ternak tersenut adalah untuk pengembangan dan di jual kondisi sapi yang di ternakan bukan untuk bisnis pedaging melainkan sebagai pembibitan yang umur dan bobotnya di sesuaikan oleh pembeli ada yang di mulai pada umur 2 bulan sampai 8 tahun bahkan lebih.

b. Mulai beternak

Peternakan yang bapak arfan lakukan di mulai sejak 10 tahun yang lalu sekitar tahun 2008-2009 peternakan yang tergolong cukup lama

c. Jumlah Ternak

            Ternak yang pelihara bapak arfan sebanyak 38 ekor. Dalam jumlah yang tergolong cukup banyak ini peternak tidak memperhatikan konsumsi dan tingkat kandungan gizinya di karenakan ternak ini hanya untuk di perbanyak saja bukan sebagiapedaging oleh karena itu ternak hanya di lepas untuk mencari pakan sendiri jenis ternak yang di pelihara di sini iyalah sapi bali dan sapi lokal lampung dengan masing masing umur dari 2 bulan sampai 8 tahun

D. jenis ternak

            Jenis ternak yang digunakan yaitu sapi bali dan sapi lampung. Sapi Bali (Bibos sondaicus) yang ada saat ini diduga berasal dari hasil domestikasi banteng liar (Bibos banteng). Proses domestikasi sapi Bali itu terjadi sebelum 3.500 SM di Indonesia. Payne dan Rollinson (1973) menyatakan bahwa asal mula sapi Bali adalah dari Pulau Bali mengingat tempat ini merupakan pusat distribusi sapi Bali di Indonesia. Menurut Williamson dan Payne (1993), bangsa sapi Bali memiliki klasifikasi taksonomi sebagai berikut Phylum : Chordata
 Subphylum :Vertebrata
 Class : Mamalia
Sub class : Theria
Infra class : Eutheria
Ordo : Artiodactyla
 Sub ordo : Ruminantia
Infra ordo : Pecora
Family : Bovidae
Genus : Bos (cattle)
 10 Group : Taurinae
Spesies : Bos sondaicus (banteng/sapi Bali)
 Menurut Hardjosubroto (1994), sapi Bali mempunyai ciri-ciri sebagai berikut 1. Warna sapi jantan adalah coklat ketika muda tetapi kemudian warna ini berubah agak gelap pada umur 12--18 bulan sampai mendekati hitam pada saat dewasa, kecuali sapi jantan yang dikastrasi akan tetap berwarna coklat. Pada kedua jenis kelamin terdapat warna putih pada bagian belakang paha (pantat), bagian bawah (perut), keempat kaki bawah (white stocking) sampai di atas kuku, bagian dalam telinga, dan pada pinggiran bibir atas. Kaki di bawah persendian telapak kaki depan (articulatio carpo metacarpeae) dan persendian telapak kaki belakang (articulatio tarco metatarseae) berwarna putih. Kulit berwarna putih juga ditemukan pada bagian pantatnya dan pada paha bagian dalam kulit berwarna putih tersebut berbentuk oval (white mirror). Bulu sapi Bali dapat dikatakan bagus (halus) pendek-pendek dan mengkilap. Ukuran badan berukuran sedang dan bentuk badan memanjang. Badan padat dengan dada yang dalam. Tidak berpunuk dan seolah-olah tidak bergelambir.  Kakinya ramping, agak pendek menyerupai kaki kerbau. Pada tengah-tengah punggungnya selalu ditemukan bulu hitam membentuk garis memanjang dari gumba hingga pangkal ekor. Cermin hidung, kuku dan bulu ujung ekornya berwarna hitam. Tanduk pada sapi jantan tumbuh agak ke bagian luar kepala, sebaliknya untuk jenis sapi betina tumbuh ke bagian dalam.

e.       Bangsa sapi

Sapi Bali, menurut Hardjosubroto dan Astuti (1994) adalah bangsa sapi potong lokal asli Indonesia yang terbentuk dari banteng (Bibos banteng) yang telah dijinakkan berabad-abad yang lalu. Sapi Bali mempunyai angka reproduksi yang tinggi, tingkat adaptasi yang sangat baik terhadap kondisi pakan yang jelek dan lingkungan yang panas serta mempunyai % karkas dan kualitas daging bagus (Anonimus, 1985). Kelemahan sapi Bali adalah rentan terhadap penyakit jembrana dan MCF serta tingkat kematian pedet pra sapih yang mencapai 15 sampai 20 % (Anonimus, 1987).
Ciri fisik sapi bali : Warna bulu merah bata, pada jantan akan menjadi hitam saat dewasa ; 2) Ada warna pu-tih dengan batas yang jelas pada bagian belakang paha, pinggiran bibir atas, kaki bawah mulai tarsus dan carpus ; 3) Mempunyai gumba yang bentuknya khas serta terdapat garis hitam yang jelas pada bagian atas punggung (Hardjosubroto, 1994) 4) Sapi bali ini merupakan sapi lokal yang memiliki tipe pedaging karena persentase karkas dapat mencapai 56,9 %. 5) Baik sapi bali jantan maupun beina memiliki tanduk

f.        Periraan umur ternak
Menurut peternak sendiri umuer dari mayoritas sapi dari yang termuda yaitu 2 minggu sapai dengan yang paling tua nyayaitu 8 tahun
g.      BCS
gambar 3BCS
Description: D:\IMG_20181013_104237.jpg
Menurut Montiel dan Ahuja (2005), sistem Body Condition Score (BCS) digunakan untuk menilai kondisi tubuh ternak. Sistem BCS menggunakan angka skala yang bervariasi, salah satunya menggunakan skala 1 sampai 5 (1=sangat kurus, 3=sedang dan 5=sangat gemuk) dengan nilai 0,25 atau 0,50 angka diantara selang itu. Body Condition Score (BCS) menggambarkan sejumlah energi metabolik yang tersimpan sebagai lemak subcutan dan otot pada ternak. Skor 1 memiliki ciri-ciri terlihat yaitu tidak adanya lemak pada pangkal ekor dan iga pendek. Ternak dengan penampilan seperti ini dapat dikatakan terlalu kurus, bermutu rendah, dan mungkin sebelumnya pernah sakit. Skor 2 yaitu iga pendek terlihat dan terasa sudah agak tumpul, pada pangkal ekor terdapat sedikit lemak. Ternak seperti ini dapat dikategorikan bermutu cukup atau sedang. Skor 3 yaitu iga pendek sulit dirasakan dan pangkal ekor mulai gemuk. Skor 4 yaitu ternak telah mencapai tingkat gemuk sehingga penambahan berat signifikan. Untuk BCS pada sapi yang bapak arfan ternak yaitu 3-4 .
h.      Kapan ternak mulai di peliharaa
Ternak mulai dipelihara sejak berumur sekitar  2 bulan dan di jual pada usia 2-4 tahun
i.         Untuk pemanfaatan kompos di gunakan untuk sendiri yaitu sebagai pupuk sawit.
j.         Estimasi harga jual sapi yang beliau pelihara yaitu sekisar 14 .000.000


B.3 PAKAN


            Di karenakan ternak ini bukan tipe pedaging untuk segi konsumsi sendiri sapi ini dilepas untuk mencari makan sendiri untuk pakan hijauan yang tersedia yaitu berjenis rumput lapangan
Pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan oleh ternak, dapat dicerna seluruhnya atau sebagian dan tidak mengganggu kesehatan ternak (Lubis, 1992). Pemberian pakan pada ternak perlu mempertimbangkan jumlah, kandungan dan kualitas nutrien didalam bahan pakan. Penyusunan pakan untuk sapi perah dapat menggunakan bahan pakan sumber proteinsebanyak 20-25% dengan komposisi sumber protein nabati 10-20% dan sumber protein hewani 3-10%, sedangkan untuk bahan pakan sumber energi dalam pakan dapat disusun 50-75% dan untuk mineral mix dalam pakan sebanyak 5% dari total pakan(Kamal, 1990).
Hijauan merupakan bahan pakan dalam bentuk dedaunan yang kadang masih terdapat ranting dan bunga, berasal dari tanaman rumput, kacang kacangan atau tanaman lain (Lubis, 1992). Hijauan makanan ternak (HMT) adalah hijauan yang memiliki kandungan gizi yang cukup sesuai kebutuhan ternak khususnya ruminansia. Nutrisi yang terkandung dalam hijauan adalah serat, mineral dan protein (Abdullah et al., 2005). Hijauan dijadikan sebagai salah satu bahan pakan dasar dan utama untuk ternak ruminansia, terutama bagi ternak sapi perah yang setiap harinya membutuhkan cukup banyak hijauan (Udding et al., 2014)

B.4. KANDANG

            Kandang yang digunakan peternakan memiliki ukuran  panjang 4 tinngi 4 dan lebar 10 m. untuk bahan banguan kandang mayoritas adalah berbahan kayu dengan lantai semen .dan di baian ujung kandang di beri lubang untuk membakar serabut kelapa guna serabut kelapa ini yaitu utntuk mengusir lalat dan serangga lainya.
            Peralatan kandang yang digunakan masih teradisional yaitu cangkul sapu lidi dan scop yang terbuat dari kayu
Produktivitas sapi perah akan optimal, apabila dipelihara pada suhu berkisar antara 18 – 21°C dan kelembaban udara 55% (Sutar, 1981). kelembaban yang ideal untuk sapi perah adalah 60% - 70% (Sudono et al., 2003). Sistem perkandangan sapi perah ada 3, yaitu (1) Conventional type/stanchion barn dimana kandang diberi penyekat diantara sapi sehingga ternak tidak bisa bergerak dengan bebas, (2) Loose housing dimana ternak dilepas di kandang yang luas dan dapat bergerak bebas kemana-mana, (3) sistem kandang freestall pada prinsip nya sama dengan kandang loose housing. Pada kandang freestall diberikan tempat untuk istirahat sapi yang disekat – sekat untuk tiap satu ekor sapi (Muljana, 1985). Ukuran kandang seharusnya memberikan luas daerah sekitar 3 m2 untuk satu sapi. Kandang freestall baik loose housing untuk sapi yang berproduksi tinggi karena sapi dapat selalu bergerak bebas yang menjaga kesehatan tulang dan mencegah kelumpuhan pada sapi (Anderson,2008).


B.5 KESEHATAN KANDANG


            Penyakit yang pernah menyerang ternak yang baru baru ini yaitu penyakit jembrana disebabkan oleh virus jembrana (retrovirus) .untuk gejalanya ternak akan mengalami demam dengan suhu tinggi,mengalami pembengkakan yang hebat pada limfe terjadi luka yang hebat pada limfa diare yang bercampur darah.
            Untuk pencegahan penyakit ini yaitu memisahkan ternak sapi yang terjangkit bila terinfeksi penyakit tersebut kemudian ternak di beri vaksin dan dibersihkan kandangnya.untuk jenis obat yang di gunakan pada penyakit ini yaitu omegdiar,rehmafar,wormzol dll.

INSEMINASI BUATAN


            Untuk inseminasi buatan peternak yang kami survey tidak menggunakan metode IB dan lebih memilih kawin secara manual .

PERHITUNGAN EKONOMI 


·         Biaya untuk produks
biaya awal pembeliaan bibit yaitu 2 sapi bali jantan dan 3 sapi bali betina bercampur dengan sapi lampung biaya yang di keluarkan sebesar RP 38.000,000. Kemudian untuk biaya terakir yang di keluarkan untuk penyembuhan penyakit jembrana sekitar RP 200.000
·         Biaya untuk tenaga kerja
Biaya untuk tenaga kerja yaitu berupa gaji untuk gaji perthaunya sebesar 2.000.000 namun bia ada yang membeli sapi tenaga kerja di beri bonus sebesar 100.000
·          Hasil penjualan ternak
Hasil penjualan ternak biasanya di jual per ekornya RP 14.000.000




C. KESIMPULAN DAN SARAN

C.1 KESIMPULAN
            Kesimpulan dari praktikum yang kami lakukan selama di lapangan yaitu kami mengetahui bagai mana kondisi peternkana di masyarakat yang di fasilitasi dengan alat yang belum modern serta ilmu ilmu yang masih sangat minim dan belum banyak di ketahui oleh masyarakat luas.Pada praktikum ini juga kita memahami bahwa praktikum yang kita lakukan selama di perkuliahan belum semua sesuai dengan kenyataan sebuah petrnakan di masyarakat.dan ternyata di Bengkulu berbisnis ternak masih belum terlalu terpandang oleh kalangan masyarakat .

C.2 SARAN
            Sebaiknya praktikan cepat dalam mencari sebuah peternakan masyarakat dan jika sudah di dapatkan maka sebaiknya praktikan untuk cepat memberi tahu coaas supaya tidak terjadi kesalahpahaman atara praktikan dan coaas

















DAFTAR PUSTAKA


ASTUTI, M., W. HARDJOSUBROTO dan S. LEBDOSUKOJO. 1994. Analisa Jarak Beranak Sapi Peranakan Ongole di Kecamatan Cangkringan, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pros. Pertemuan Ilmiah Ruminansia Besar.
A.S. Sudarmono dan Y. Bambang Sugeng, 2008, Sapi Potong +Pemeliharaan, Perbaikan Produksi, Prospek Bisnis, Analisis Penggemukan, Edisi Revisi, Penebar Swadaya, Jakarta.
Hardjosubroto, 1994, Penggemukan Sapi, Penerbar Swadaya, Jakarta.
Kanal. 2008. Penggemukan Sapi Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Bogor.
kanislius 1983. Sistem Perkandangan Domba./
Payne dan Rollinson.1973  Sapi dari Hulu ke Hilir dan Info Mancanegara.  Penebar Swadaya.  Jakarta
Sudarmono  2011. Mengelola Peternakan sapi secara profesional. Penebar Swadaya. Jakarta. Cetakan IV.
Santoso Kholid, Warsito dan Andoko, A. 2012. Bisnis Penggemukan Sapi. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta Selatan. Cetakan I.
Yulianto P, dan Saparianto C,.2011. Pembesaran Sapi Potong Secara Intensif. Penebar Swadaya. Cetakan II
Sudarmono, A.S dan Sugeng, B.Y. 2011. Beternak Domba. Jakarta: Penebar Swadaya.
Siregar, S.B. 2001. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya. Jakarta.











LAMPIRAN


lampiran  1FOTO KELOMPOK
Description: C:\Users\Asus\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG-20181013-WA0072.jpg Description: C:\Users\Asus\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG-20181025-WA0079.jpg
lampiran  2 BCS SAPI
Description: D:\IMG_20181013_104343.jpgDescription: D:\IMG_20181013_104238.jpgDescription: D:\IMG_20181013_104235.jpgDescription: D:\IMG_20181013_104232.jpg
                   Description: D:\IMG_20181013_104237.jpg
lampiran  3denah lokasi
Description: D:\IMG-20181025-WA0029.jpg
Description: D:\IMG-20181025-WA0034.jpgDescription: D:\IMG-20181025-WA0035.jpg
Description: D:\IMG-20181025-WA0033.jpg

        

No comments