LAPORAN PRAKTIKUM MK. PRODUKSI TERNAK POTONG DAN KERJA DI PETERNAKAN MASYARAKAT (LAPANGAN) #2
⏪⏭
KATA PENGANTAR
HALAMAN
PENGESAHAN
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
A MATERI DAN METODE
A.1 Jadwal pelaksanaan da daftar anggota
kelompok
A.2 lokasi
A.3 Materi
A.3.1 Ternak
A.3.2 PAKAN
A.3.3 KANDANG
A.3.4 Anggota dan Foto di lokasi
B HASIL DAN PEMBAHASAN
B.1
DATA PEMILIK
a. Nama pemilik
b. pekerjaan utama
c. Pekerjaan lainya
d.Umur dan pendidikan terakhir
E . Jumlah keluarga
H . milik sendiri
I . jumlah penghasilan
B.2 Ternak
a.Tujuan pemeliharaan
b. Mulai beternak
c. Jumlah Ternak
D. jenis
ternak
e.
Bangsa sapi
B.3 PAKAN
B.4.
KANDANG
B.5 KESEHATAN KANDANG
INSEMINASI BUATAN
PERHITUNGAN EKONOMI
C. KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LAPORAN PRAKTIKUM
MK. PRODUKSI TERNAK POTONG DAN KERJA
DI PETERNAKAN MASYARAKAT
(LAPANGAN)
Oleh:
DARMAWAN
YOGA SAPURA
NIM : EIC017118
Kel.
Lapangan:2
Universitas Bengkulu
September
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada tuhan yang maha esa,Karena dengan
rahmat dan hidahyahnya penulis mampu mengerjakan Laporan Praktikum Kerja
Lapangan pada mata kuliah Produksi Ternak Potong sesuai dengan yang di inginkan
penulis.
Praktek kerja lapangan ini merupakan
praktikum yang wajib di tempuh bagi mahasiwa Peternakan,laporan praktikum ini
di susun semata mata sebagai pelengkap praktek kerja lapangan yang di
laksanakan kurang lebih satu minggu yang lalu.
Dengan selesainya laporan ini tak
lepas dari bantuan sebagai pihak yang telah memberikan masukan masukan pada
penulis untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasi kepada:
1. Kepada
Dr. Ir. Dwatmaji, M.Sc selaku dosen mata kuliah sekaligus dosen koordinator
praktikum mata kuliah Produksi Ternak Potong dan Kerja
2. Kepada
drh. Tatik Suteky, M.Sc selaku assisten dosen koordinator praktikum mata kuliah
Produksi Ternak Potong dan Kerja
3. Kepada
rekan-rekan praktikan Kelompok lapangan 5 terima kasih atas kerja sama dan
kekompakannya.
Penulis menyadari penyusunan laporan
ini jauh dari kata sempurna untuk itu penulis meminta maaf dan selalu menerima
kritikan serta saran yang bermanfaat
membangun dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Akhir kata
saya ucapkan terimakasih.
Bengkulu, Oktober 2018
Darmawan
Yoga saputra
E1C017118
HALAMAN
PENGESAHAN
Sehubungan dengan penyusunan laporan praktikum MK Produksi Ternak Potong
dan Kerja di Peternakan Masyarakat / Lapangan yang saya ikuti pada semester
Ganjil 2017/2008, maka bersama ini saya:
Nama Mahasiswa
|
:
|
Darmawan Yoga Saputra
|
NIM
|
:
|
E1C017118
|
Nama Kelompok Lapangan
|
:
|
Lapangan 2
|
Jenis Ternak
|
:
|
Sapi Bali dan sapi Lampung
|
Menyatakan bahwa laporan ini benar-benar saya susun sendiri, dan bukan
merupakan hasil laporan praktikum mahasiswa lain.
Laporan ini juga sudah saya konsultasikan dengan Asisten Dosen MK. Produksi
Ternak Potong dan Kerja.
Bengkulu, 26
Oktober 2018.
Asisten
Dosen, Nama
Mahasiswa,
<.Winni
Simanjuntak> <Darmawan
Yoga Saputra>
NIM:
EIC016087 NIM: EIC017118
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
A MATERI DAN METODE
A.1 Jadwal pelaksanaan da daftar anggota
kelompok
Daftar anggota kelompok : 13 oktober
2018
NO
|
NAMA KELOMPOK
|
1
|
Darmawan Yoga
Saputra
|
2
|
Ari Albana Saputra
|
3
|
Abdul Majid
|
4
|
Dion Dwi Putra
|
5
|
Khusnul Khotimah
|
6
|
Wahyu Dwi Saputra
|
7
|
Yoga Anda Syaputra
|
A.2 lokasi
A.3 Materi
A.3.1 Ternak
Sapi Bali merupakan
plasma nutfa Indonesia yang mana penyebarannya sangat luas di beberapa Provinsi
di Indonesia. Melihat permintaan daging yang cukup besar di Negara kita
mestinya dapat menjadi pendorong bagi pihak-pihak yang terkait untuk
memperbaiki produktivitas sapi dalam negeri dengan mengelola secara lebih
serius lagi. Adapun beberapa kelebihan yang dimiliki oleh sapi bali yaitu
Kemampuan adaptasi di lingkungan yang memiliki ketersediaan pakan berkualitas
rendah dan Fertilitas pada sapi bali sangatlah baik. Sapi Bali pertama kali di
domestikasi di Propinsi Bali dan sekarang menjadi pusat pemurniaan sapi bali
dan sangat proteksi bagi masuknya sapi bangsa lain. Ini sangat beralasan
mengingat Indonesia merupakan pusat gen sapi bali di dunia. Selain di Bali di
propinsi lain di Indonesia sudah melakukan upaya pemurnian sapi bali salah
satunya adalah Propinsi Sulawesi selatan. Yang mana telah menunjuk 2 kabupaten
yaitu Kabupaten Bone dan Kabupaten Barru sebagai tempat pemurnian sapi
bali. Menurut Eko Handiwirawan dan Subandriyo(2004). Potensi dan keragaman
sumberdaya genetik sapi Bali = Potency and genetic diversity of Bali cattle.
Wartazoa Vol. 14(3)107-115. Upaya perbaikan mutu genetik sapi Bali yang saat
ini tengah dilakukan di wilayah peternakan murni (Propinsi Bali) melalui P3
Bali melalui seleksi dan uji keturunan berhasil mendapatkan sapi dengan nilai
pemuliaan dugaan yang lebih baik. Pejantan elit yang dihasilkan melalui program
tersebut diharapkan dapat memperbaiki sapi Bali secara keseluruhan melalui
program IB. Perbaikan mutu genetik melalui persilangan dengan bangsa sapi Bos
taurus dan Bos indicus yang terjadi di kantong-kantong sumber bibit mampu
menghasilkan sapi hasil persilangan yang memiliki produktivitas cukup baik
untuk final stock. Terdapat kecenderungan untuk terus meningkatkan komposisi
genetik sapi Bos taurus melalui program IB di peternakan rakyat. Evaluasi
mungkin perlu dilakukan untuk menentukan komposisi genetik sapi persilangan
yang ideal agar dapat berproduksi optimal sesuai dengan kondisi lingkungan
setempat.
Sapi Bali
merupakan salah satu Sumber Daya Genetik Ternak (SDGT) asli Indonesia yang
mempunyai banyak keunggulan, antara lain memiliki daya tahan tubuh yang baik
terhadap cekaman lingkungan, mampu tumbuh dengan baik pada kondisi buruk,
tingkat produktivitasnya tinggi serta kualitas daging yang baik. Demikian
disampaikan Direktur Pembibitan Deptan, Dr. Ir Gunawan, MS, di sela sambutannya
pada acara Pertemuan Peningkatan Mutu Genetik Sapi Bali, di Badung, Bali. Dalam
sambutannya, Dr. Ir. Gunawan, MS juga mengemukakan, populasi sapi Bali saat ini
mencapai sekitar 3,3 juta ekor yang tersebar di seluruh Indonesia dengan
konsentrasi utama di Pulau Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,
Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Lampung dan Sumatera Selatan. Meskipun
sapi Bali telah menyebar ke sebagian besar wilayah Indonesia, namun sapi Bali
murni hanya di Bali, sedangkan di daerah lainnya diasumsikan memiliki kemurnian
80%. Ditambahkannya, akhir-akhir ini terlihat banyak terjadi kasus inbreeding,
pemotongan betina produktif dan keluaran sapi penjantan, sehingga populasi dan
performans sapi Bali tidak dapat bertumbuh dengan baik. Karena itu, agar upaya
peningkatan mutu genetik sapi Bali dapat lebih terencana dan terarah khususnya
di daerah-daerah yang telah ditetapkan menjadi kawasan sumber bibit, maka
diselenggarakan Pertemuan Peningkatan Mutu Genetik Sapi ini melalui kerjasama
antara Direktorat Jenderal Peternakan dengan Pemerintah Provinsi Bali dan
Kabupaten Badung. Adapun tujuan dari pertemuan yang berlangsung belum lama ini,
antara lain, untuk menyempurnakan petunjuk teknis peningkatan mutu genetik sapi
Bali, mengkomunikasikan langkah-langkah pengembangan sapi Bali dan
mensosialisasikan petunjuk teknis penetapan galur/rumpun Sumber Daya Genetik
Ternak. Sedangkan keluaran yang diharapkan dari pertemuan ini antara lain,
penyempurnaan Petunjuk Teknis Peningkatan Mutu Genetik Sapi Bali, Rencana
Kegiatan Pengembangan Sapi Bali pada tahun 2009 dan tersosialisasinya informasi
petunjuk teknis (Juknis) penetapan Galur/Rumpun Sumber Daya Genetik Ternak
A.3.2 PAKAN
Hijauan
adalah semua bentuk bahan pakan yang berasal dari tanaman atau rumput termasuk
leguminosa baik yang belum dipotong maupun yang dipotong dari lahan dalam
keadaan segar (Akoso, 1996). asal dari pemanenan bagian vegetatif tanaman
yang berupa bagian hijau yang meliputi daun, batang, kemungkinan juga sedikit
bercampur bagian generatif, utamanya sebagai sumber makanan ternak ruminansia
(Reksohadiprodjo, 1985).
Hijauan
diartikan sebagai pakan yang mengandung serat kasar, atau bahan yang tak
tercerna, relatif tinggi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa ternak ruminansia
membutuhkan sejumlah serat kasar dalam ransumnya agar proses pencernaan
berjalan secara lancar dan optimal. Sumber utama dari serat kasar itu
sendiri adalah hijauan (Siregar 1994).
Seperti
diketahui secara umum, ternak tidak dapat melangsungkan kehidupannya tanpa
adanya asupan pakan. Produktivitas ternak tinggi jika asupan
pakannya seimbang yakni tercukupi baik dari segi kualitas maupun
kuantitas pakan. Pakan memiliki peran yang penting bagi ternak, baik bagi
pemenuhan kebutuhan hidup pokok, bunting, laktasi, produksi (telur, daging dan
susu) maupun untuk kepentingan kesehatan ternak yang bersangkutan. Karena
ternak jika salah diberi pakan juga dapat menimbulkan penyakit yang merugikan
bagi ternak dan peternak. Jenis pakan yang umumnya diberikan pada ternak adalah
hijauan dan konsentrat (Kanisius, 1983).
Salah satu
jenis pakan ternak yaitu hijauan segar. Hijauan segar merupakan bahan pakan
ternak yang diberikan pada ternak dalam bentuk segar, baik dipotong dengan
bantuan manusia atau langsung disengut langsung oleh ternak dari lahan hijauan
pakan ternak. Hijauan segar umumnya terdiri dari daun-daunan yang berasal dari
rumput-rumputan (Gramineae) dan tanaman biji-bijian atau
kacang-kacangan(Leguminosa) (AAK, 1983).
A.3.3 KANDANG
Perkandangan
merupakan segala aspek fisik yang berkaitan dengan kandang dan sarana maupun
prasarana yang bersifat sebagai penunjang kelengkapan dalam suatu peternakan.
Sarana fisik tersebut antara lain kantor pengelola, gudang, kebun hijauan
pakan, dan jalan.
Secara
umum kandang berfungsi untuk menghindari ternak dari terik matahari, hujan,
angin kencang secara langsung, menghindari ternak membuang kotoran sembarangan,
mempermudah dalam pengelolaan dan pengawasan terhadap penggunaan pakan,
pertumbuhan, dan gejala penyakit, menjaga kehangatan ternak saat malam hari
atau musim dingin, serta gangguan binatang buas dan pencuri (Sudarmono, 2011).
A.3.4 Anggota dan Foto di lokasi
B HASIL DAN PEMBAHASAN
KUISONER PRAKTIKUM DI PETERNAKAN
MASYARAKAT
MK. PRODUKSI TERNAK POTONG DAN
KERJA
SEPTEMBER-OKTOBER
2018
1. DATA
PEMILIK
a.
Nama
Pemilik
: Afan Zakarya
b.
Pekerjaan
utama
: petani (sawit)
c.
Pekerjaan
lainnya
: Beternak
d.
Umur/pendidikan
terakhir
: 59 tahun/
e.
Jumlah
keluarga
: 5orang
f.
Alamat
: Jl.panorama (sebelum kantor pos)
g.
Peta
Lokasi
:
h.
Milik
sendiri/gaduhan/pemelihara
: milik sendiri
i.
Jumlah
penghasilan (Rp/bulan)
: 3 ekor 14 juta
2. TERNAK
a.
Tujuan
pemeliharaan :
penggembangan
b.
Kapan
mulai beternak : dari tahun
2008
c.
Jumlah
ternak : 38 sapi
d.
Jenis
Ternak : sapi bali
dan lampung
e.
Bangsa
Ternak : sapi
bali
f.
Perkiraan
Umur ternak : 2
bulan sampai 8 tahun
g.
BCS
Ternak (Kalau sapi)
: 1-4
h.
Kapan
ternak mulai dipelihara dan kapan dijual : tergantung
pembeli
i.
Pemanfaatan
kompos
: untuk
pupuk sendiri
j.
Lama
pemeliharaan :
k.
Estimasi
harga jual dan harga beli ternak :
3. PAKAN
a.
Jenis
pakan yang diberikan : hijauan
b.
Formulasi
ransum :
-
c.
Jumlah
pemberian pakan
: -
d.
Cara
mendapatkan pakan
: di liarkan
e.
Estimasi
kandungan nutrisi :
-
f.
Estimasi
biaya pakan :
-
4. KANDANG
a.
Ukuran
kandang : 4m x 4 m x 10 m
b.
Bahan
kandang
: kayu biasa dengan
lantai semen
c.
Gambar
:
d. Estimasi biaya pembuatan kandang : Rp 3.000.000,00
5. KESEHATAN
TERNAK
a.
Nama
penyakit yang pernah terdeteksi :
kembung
b.
Cara
pencegahan penyakit :
obat kembung
c.
Cara
pengobatan penyakit : dicampur
dengan air minum
d.
Estimasi
biaya untuk kesehatan ternak
: Rp 50.000,00
6. INSEMINASI
BUATAN (Kalau ada informasi tentang ini)
a.
Apakah
bapak/ibu tahu tentang IB
b. Kapan bapak tahu tentang IB
c. Dari mana bapak tahu tentang IB
d. Apakah bapak menerapkan program IB
pada ternak bapak
e. Berapa jumlah ternak yang di IB
f. Apakah bapak tahu tanda-tanda sapi
birahi
g. Tanda birahi seperti apa
h. Apakah bapak tahu kalau ternak
sudah bunting
i.
Berapa
kali IB sampai ternak bunting
j.
Apakah
bapak tahu Jenis straw yang di pakai, bangsa apa saja
k. Apakah menurut bapak biaya IB
(mahal, murah, cukup)
7. PERHITUNGAN
EKONOMI
a.
Biaya
untuk produksi (bibit ternak, pakan ternak)
b.
Biaya
untuk Tenaga kerja/bulan
c.
Biaya
lainnya (kalau ada)
d.
Hasil
penjualan hasil ternak (ternak hidup, kompos, dll)
B.1
DATA PEMILIK
a. Nama pemilik
Nama pemilik ternak yang kami observasi
untuk praktikum lapangan dimasyarakat yaitu adalah bapak arfan zakarya.
b. pekerjaan utama
pekerjaan utama bapak arfan yaitu
perkebunan sawit
c. Pekerjaan lainya
Pekerjaan lainya bapak arfan yaitu
sebagai peternak sapi .beliau beternak sapi bukan untuk sebagai pemasok daging
namun beliau beternak sapi sebagai pengembang(perbanyakan sesuai kebutuhan
pembeli)
d.Umur dan pendidikan terakhir
Umur bapak arfan yaitu 59 tahun
pendidikan terakir dari bapak arfan yaiu sekolah menengah atas (SMA)
E . Jumlah keluarga
Jumlah
keluarga dari bapak arfan yaitu berjumlah 5 orang
H . milik sendiri
Sapi yang di pelihara oleh bapak
arfan adalah sapi milik sendiri
I . jumlah penghasilan
Jumlah penghasilan yang diperoleh
oleh bapak arfan pada hari besar kemarin yaitu mencapai 14.000.000,00 juta
keatas tergantung dari kondisi sapi yang ingin di jual
B.2 Ternak
a.Tujuan pemeliharaan
tujuan pemeliharaan ternak tersenut
adalah untuk pengembangan dan di jual kondisi sapi yang di ternakan bukan untuk
bisnis pedaging melainkan sebagai pembibitan yang umur dan bobotnya di
sesuaikan oleh pembeli ada yang di mulai pada umur 2 bulan sampai 8 tahun
bahkan lebih.
b. Mulai beternak
Peternakan
yang bapak arfan lakukan di mulai sejak 10 tahun yang lalu sekitar tahun
2008-2009 peternakan yang tergolong cukup lama
c. Jumlah Ternak
Ternak yang pelihara bapak arfan
sebanyak 38 ekor. Dalam jumlah yang tergolong cukup banyak ini peternak tidak
memperhatikan konsumsi dan tingkat kandungan gizinya di karenakan ternak ini
hanya untuk di perbanyak saja bukan sebagiapedaging oleh karena itu ternak
hanya di lepas untuk mencari pakan sendiri jenis ternak yang di pelihara di
sini iyalah sapi bali dan sapi lokal lampung dengan masing masing umur dari 2
bulan sampai 8 tahun
D. jenis
ternak
Jenis ternak yang digunakan yaitu
sapi bali dan sapi lampung. Sapi Bali (Bibos sondaicus) yang ada saat ini
diduga berasal dari hasil domestikasi banteng liar (Bibos banteng). Proses
domestikasi sapi Bali itu terjadi sebelum 3.500 SM di Indonesia. Payne dan
Rollinson (1973) menyatakan bahwa asal mula sapi Bali adalah dari Pulau Bali
mengingat tempat ini merupakan pusat distribusi sapi Bali di Indonesia. Menurut
Williamson dan Payne (1993), bangsa sapi Bali memiliki klasifikasi taksonomi
sebagai berikut Phylum : Chordata
Subphylum :Vertebrata
Class : Mamalia
Sub
class : Theria
Infra
class : Eutheria
Ordo :
Artiodactyla
Sub ordo : Ruminantia
Infra
ordo : Pecora
Family
: Bovidae
Genus :
Bos (cattle)
10 Group : Taurinae
Spesies
: Bos sondaicus (banteng/sapi Bali)
Menurut Hardjosubroto (1994), sapi Bali
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut 1. Warna sapi jantan adalah coklat ketika
muda tetapi kemudian warna ini berubah agak gelap pada umur 12--18 bulan sampai
mendekati hitam pada saat dewasa, kecuali sapi jantan yang dikastrasi akan
tetap berwarna coklat. Pada kedua jenis kelamin terdapat warna putih pada
bagian belakang paha (pantat), bagian bawah (perut), keempat kaki bawah (white
stocking) sampai di atas kuku, bagian dalam telinga, dan pada pinggiran bibir
atas. Kaki di bawah persendian telapak kaki depan (articulatio carpo
metacarpeae) dan persendian telapak kaki belakang (articulatio tarco
metatarseae) berwarna putih. Kulit berwarna putih juga ditemukan pada bagian
pantatnya dan pada paha bagian dalam kulit berwarna putih tersebut berbentuk
oval (white mirror). Bulu sapi Bali dapat dikatakan bagus (halus) pendek-pendek
dan mengkilap. Ukuran badan berukuran sedang dan bentuk badan memanjang. Badan
padat dengan dada yang dalam. Tidak berpunuk dan seolah-olah tidak
bergelambir. Kakinya ramping, agak
pendek menyerupai kaki kerbau. Pada tengah-tengah punggungnya selalu ditemukan
bulu hitam membentuk garis memanjang dari gumba hingga pangkal ekor. Cermin
hidung, kuku dan bulu ujung ekornya berwarna hitam. Tanduk pada sapi jantan
tumbuh agak ke bagian luar kepala, sebaliknya untuk jenis sapi betina tumbuh ke
bagian dalam.
e.
Bangsa sapi
Sapi Bali,
menurut Hardjosubroto dan Astuti (1994) adalah bangsa sapi potong lokal asli
Indonesia yang terbentuk dari banteng (Bibos banteng) yang telah dijinakkan
berabad-abad yang lalu. Sapi Bali mempunyai angka reproduksi yang tinggi,
tingkat adaptasi yang sangat baik terhadap kondisi pakan yang jelek dan
lingkungan yang panas serta mempunyai % karkas dan kualitas daging bagus
(Anonimus, 1985). Kelemahan sapi Bali adalah rentan terhadap penyakit jembrana
dan MCF serta tingkat kematian pedet pra sapih yang mencapai 15 sampai 20 %
(Anonimus, 1987).
Ciri fisik sapi bali : Warna bulu merah bata, pada jantan akan menjadi hitam saat dewasa ; 2) Ada warna pu-tih dengan batas yang jelas pada bagian belakang paha, pinggiran bibir atas, kaki bawah mulai tarsus dan carpus ; 3) Mempunyai gumba yang bentuknya khas serta terdapat garis hitam yang jelas pada bagian atas punggung (Hardjosubroto, 1994) 4) Sapi bali ini merupakan sapi lokal yang memiliki tipe pedaging karena persentase karkas dapat mencapai 56,9 %. 5) Baik sapi bali jantan maupun beina memiliki tanduk
Ciri fisik sapi bali : Warna bulu merah bata, pada jantan akan menjadi hitam saat dewasa ; 2) Ada warna pu-tih dengan batas yang jelas pada bagian belakang paha, pinggiran bibir atas, kaki bawah mulai tarsus dan carpus ; 3) Mempunyai gumba yang bentuknya khas serta terdapat garis hitam yang jelas pada bagian atas punggung (Hardjosubroto, 1994) 4) Sapi bali ini merupakan sapi lokal yang memiliki tipe pedaging karena persentase karkas dapat mencapai 56,9 %. 5) Baik sapi bali jantan maupun beina memiliki tanduk
f.
Periraan
umur ternak
Menurut peternak
sendiri umuer dari mayoritas sapi dari yang termuda yaitu 2 minggu sapai dengan
yang paling tua nyayaitu 8 tahun
g.
BCS
Menurut
Montiel dan Ahuja (2005), sistem Body Condition Score (BCS) digunakan untuk
menilai kondisi tubuh ternak. Sistem BCS menggunakan angka skala yang
bervariasi, salah satunya menggunakan skala 1 sampai 5 (1=sangat kurus,
3=sedang dan 5=sangat gemuk) dengan nilai 0,25 atau 0,50 angka diantara selang
itu. Body Condition Score (BCS) menggambarkan sejumlah energi metabolik yang
tersimpan sebagai lemak subcutan dan otot pada ternak. Skor 1 memiliki
ciri-ciri terlihat yaitu tidak adanya lemak pada pangkal ekor dan iga pendek.
Ternak dengan penampilan seperti ini dapat dikatakan terlalu kurus, bermutu
rendah, dan mungkin sebelumnya pernah sakit. Skor 2 yaitu iga pendek terlihat
dan terasa sudah agak tumpul, pada pangkal ekor terdapat sedikit lemak. Ternak
seperti ini dapat dikategorikan bermutu cukup atau sedang. Skor 3 yaitu iga
pendek sulit dirasakan dan pangkal ekor mulai gemuk. Skor 4 yaitu ternak telah
mencapai tingkat gemuk sehingga penambahan berat signifikan. Untuk BCS pada
sapi yang bapak arfan ternak yaitu 3-4 .
h. Kapan
ternak mulai di peliharaa
Ternak mulai dipelihara sejak berumur sekitar 2 bulan dan di jual pada usia 2-4 tahun
i.
Untuk pemanfaatan kompos di gunakan untuk sendiri
yaitu sebagai pupuk sawit.
j.
Estimasi harga jual sapi yang beliau pelihara yaitu
sekisar 14 .000.000
B.3 PAKAN
Di karenakan ternak ini bukan tipe
pedaging untuk segi konsumsi sendiri sapi ini dilepas untuk mencari makan
sendiri untuk pakan hijauan yang tersedia yaitu berjenis rumput lapangan
Pakan
adalah segala sesuatu yang dapat dimakan oleh ternak, dapat dicerna seluruhnya
atau sebagian dan tidak mengganggu kesehatan ternak (Lubis, 1992). Pemberian
pakan pada ternak perlu mempertimbangkan jumlah, kandungan dan kualitas nutrien
didalam bahan pakan. Penyusunan pakan untuk sapi perah dapat menggunakan bahan
pakan sumber proteinsebanyak 20-25% dengan komposisi sumber protein nabati
10-20% dan sumber protein hewani 3-10%, sedangkan untuk bahan pakan sumber
energi dalam pakan dapat disusun 50-75% dan untuk mineral mix dalam pakan
sebanyak 5% dari total pakan(Kamal, 1990).
Hijauan
merupakan bahan pakan dalam bentuk dedaunan yang kadang masih terdapat ranting
dan bunga, berasal dari tanaman rumput, kacang kacangan atau tanaman lain
(Lubis, 1992). Hijauan makanan ternak (HMT) adalah hijauan yang memiliki
kandungan gizi yang cukup sesuai kebutuhan ternak khususnya ruminansia. Nutrisi
yang terkandung dalam hijauan adalah serat, mineral dan protein (Abdullah et
al., 2005). Hijauan dijadikan sebagai salah satu bahan pakan dasar dan utama
untuk ternak ruminansia, terutama bagi ternak sapi perah yang setiap harinya
membutuhkan cukup banyak hijauan (Udding et al., 2014)
B.4.
KANDANG
Kandang yang digunakan peternakan
memiliki ukuran panjang 4 tinngi 4 dan
lebar 10 m. untuk bahan banguan kandang mayoritas adalah berbahan kayu dengan
lantai semen .dan di baian ujung kandang di beri lubang untuk membakar serabut
kelapa guna serabut kelapa ini yaitu utntuk mengusir lalat dan serangga lainya.
Peralatan kandang yang digunakan
masih teradisional yaitu cangkul sapu lidi dan scop yang terbuat dari kayu
Produktivitas
sapi perah akan optimal, apabila dipelihara pada suhu berkisar antara 18 – 21°C
dan kelembaban udara 55% (Sutar, 1981). kelembaban yang ideal untuk sapi perah
adalah 60% - 70% (Sudono et al., 2003). Sistem perkandangan sapi perah ada 3,
yaitu (1) Conventional type/stanchion barn dimana kandang diberi penyekat
diantara sapi sehingga ternak tidak bisa bergerak dengan bebas, (2) Loose
housing dimana ternak dilepas di kandang yang luas dan dapat bergerak bebas
kemana-mana, (3) sistem kandang freestall pada prinsip nya sama dengan kandang
loose housing. Pada kandang freestall diberikan tempat untuk istirahat sapi
yang disekat – sekat untuk tiap satu ekor sapi (Muljana, 1985). Ukuran kandang
seharusnya memberikan luas daerah sekitar 3 m2 untuk satu sapi. Kandang
freestall baik loose housing untuk sapi yang berproduksi tinggi karena sapi
dapat selalu bergerak bebas yang menjaga kesehatan tulang dan mencegah
kelumpuhan pada sapi (Anderson,2008).
B.5 KESEHATAN KANDANG
Penyakit yang pernah menyerang
ternak yang baru baru ini yaitu penyakit jembrana disebabkan oleh virus
jembrana (retrovirus) .untuk gejalanya ternak akan mengalami demam dengan suhu
tinggi,mengalami pembengkakan yang hebat pada limfe terjadi luka yang hebat
pada limfa diare yang bercampur darah.
Untuk pencegahan penyakit ini yaitu
memisahkan ternak sapi yang terjangkit bila terinfeksi penyakit tersebut
kemudian ternak di beri vaksin dan dibersihkan kandangnya.untuk jenis obat yang
di gunakan pada penyakit ini yaitu omegdiar,rehmafar,wormzol dll.
INSEMINASI BUATAN
Untuk inseminasi buatan peternak
yang kami survey tidak menggunakan metode IB dan lebih memilih kawin secara
manual .
PERHITUNGAN EKONOMI
·
Biaya
untuk produks
biaya
awal pembeliaan bibit yaitu 2 sapi bali jantan dan 3 sapi bali betina bercampur
dengan sapi lampung biaya yang di keluarkan sebesar RP 38.000,000. Kemudian
untuk biaya terakir yang di keluarkan untuk penyembuhan penyakit jembrana
sekitar RP 200.000
·
Biaya
untuk tenaga kerja
Biaya
untuk tenaga kerja yaitu berupa gaji untuk gaji perthaunya sebesar 2.000.000
namun bia ada yang membeli sapi tenaga kerja di beri bonus sebesar 100.000
·
Hasil penjualan ternak
Hasil
penjualan ternak biasanya di jual per ekornya RP 14.000.000
C. KESIMPULAN DAN SARAN
C.1
KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum yang kami
lakukan selama di lapangan yaitu kami mengetahui bagai mana kondisi peternkana
di masyarakat yang di fasilitasi dengan alat yang belum modern serta ilmu ilmu
yang masih sangat minim dan belum banyak di ketahui oleh masyarakat luas.Pada
praktikum ini juga kita memahami bahwa praktikum yang kita lakukan selama di
perkuliahan belum semua sesuai dengan kenyataan sebuah petrnakan di masyarakat.dan
ternyata di Bengkulu berbisnis ternak masih belum terlalu terpandang oleh
kalangan masyarakat .
C.2 SARAN
Sebaiknya praktikan cepat dalam
mencari sebuah peternakan masyarakat dan jika sudah di dapatkan maka sebaiknya
praktikan untuk cepat memberi tahu coaas supaya tidak terjadi kesalahpahaman
atara praktikan dan coaas
DAFTAR PUSTAKA
ASTUTI, M.,
W. HARDJOSUBROTO dan S. LEBDOSUKOJO. 1994. Analisa Jarak Beranak Sapi Peranakan
Ongole di Kecamatan Cangkringan, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pros. Pertemuan
Ilmiah Ruminansia Besar.
A.S.
Sudarmono dan Y. Bambang Sugeng, 2008, Sapi Potong +Pemeliharaan, Perbaikan
Produksi, Prospek Bisnis, Analisis Penggemukan, Edisi Revisi, Penebar Swadaya,
Jakarta.
Hardjosubroto,
1994, Penggemukan Sapi, Penerbar Swadaya, Jakarta.
Kanal. 2008. Penggemukan Sapi Edisi Revisi. Penebar
Swadaya. Bogor.
kanislius 1983. Sistem Perkandangan Domba./
kanislius 1983. Sistem Perkandangan Domba./
http://bp3kbansari2.blogspot.com/2010/07/sistem-perkandangan-ternak-domba.html/ diakses pada 30 september
2013.
Payne dan
Rollinson.1973 Sapi dari Hulu ke Hilir dan Info Mancanegara.
Penebar Swadaya. Jakarta
Sudarmono 2011. Mengelola Peternakan sapi secara profesional. Penebar Swadaya. Jakarta. Cetakan IV.
Santoso Kholid, Warsito dan Andoko, A. 2012. Bisnis Penggemukan Sapi. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta Selatan. Cetakan I.
Yulianto P, dan Saparianto C,.2011. Pembesaran Sapi Potong Secara Intensif. Penebar Swadaya. Cetakan II
Sudarmono 2011. Mengelola Peternakan sapi secara profesional. Penebar Swadaya. Jakarta. Cetakan IV.
Santoso Kholid, Warsito dan Andoko, A. 2012. Bisnis Penggemukan Sapi. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta Selatan. Cetakan I.
Yulianto P, dan Saparianto C,.2011. Pembesaran Sapi Potong Secara Intensif. Penebar Swadaya. Cetakan II
Sudarmono,
A.S dan Sugeng, B.Y. 2011. Beternak Domba. Jakarta: Penebar Swadaya.
Siregar, S.B. 2001. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Post a Comment