Mobile Bagging System sebagai Solusi Pengemasan Hasil Pertanian
Mobile Bagging System sebagai
Solusi
Pengemasan Hasil Pertanian
Bachtera Indarto,∗ Didiek Basuki Rahmat, Hasto Sunarno, dan Andika Yulianto
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
Intisari
Telah
dilakukan penelitian tentang penerapan sensor massa sebagai sarana untuk pengemasan hasil pertanian. Penelitian dilakukan dengan membuat rangka mekanik dari alat pengemasan dengan weighing indikator seba- gai kontroller
dari sensor massa. Sensor massa yang digunakan adalah load cell tipe batang dengan kapasitas maksimum 20 kg. Dari data diperoleh
jumlah pengemasan tiap bahan uji berbeda-beda.
Beras dengan kemasan
2 kg mampu mengemas
sebanyak 17 kemasan/menit, kedelai dan jagung masing-masing menghasilkan 10 ke- masan /menit
dan 8 kemasan/menit. Untuk kemasan 3 kg, beras mampu mengemas 13 kemasan/menit, kedelai
8 kemasan/menit dan jagung 6 kemasan/menit.
ABSTRACT
A research on application of mass sensors as a means for packaging
agricultural produces has been done. The
study was conducted by making the mechanical
framework of the packaging
tools by weighing
indicator as controller of the mass sensor. Mass sensor which used is a rod-type load cell with a maximum capacity of 20 kg. From the data was obtained the amount of packing materials
for each different test. 2 kg pack of rice is able
to package a total of 17 packs / min, soybean and corn can produce 10 packing / min and 8 packs /
min. For 3 kg package,
rice capable to package 13 packs / minutes, soybeans 8 packs / min and corn 6 packs /
min.
KATA K U N C I : sensor massa, weighing indikator, pengemasan
I. PENDAHULUAN
Teknologi pengemasan berkembang dari waktu ke waktu
dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat terutama dalam hubungannya dengan
produk
pertanian. Seiring de-ngan itu teknologi
pengemasan berkembang dengan pesat
menjadi bidang ilmu dan teknologi yang semakin canggih.
Pembahasan mengenai bidang pengemasan saat ini juga semakin menarik, mulai dari bahan yang bervariasi hingga model atau bentuk dari teknologi
pengemasan yang beragam
[1].
Teknologi pengemasan di berbagai bidang industri atau yang
lebih dikenal dengan industrial
handling menggunakan peralatan pengemasan hasil produksi yang berbasis teknologi tinggi dan disebut Packaging Technology. Peralatan
ini mene- rapkan aplikasi
dari sensor elektromekanik yang berfungsi untuk mengukur
besar gaya statik maupun mekanik
yang bekerja padanya [2].
Sensor adalah alat yang dapat menerima
rangsangan dan merespon dengan suatu sinyal elektrik. Fungsi dari sensor
untuk merespon masukan sifat fisis dan mengkonversikan
ke
∗ E-M A I L : bachtera@physics.its.ac.id
dalam sinyal elektrik melalui
kontak elektronik. Sensor dapat dikatakan sebagai suatu translator dari besaran non elektrik menjadi besaran elektrik. Elektrik artinya sinyal yang dapat disalurkan, dikuatkan dan dimodifikasi oleh peralatan elek-
tronika. Sinyal keluaran sensor dapat berupa tegangan, arus,
frekuensi, fase, atau kode digital
[3].
Pada dasarnya sensor dan tranduser mempunyai
kesamaan yaitu menerima rangsangan dari
luar dan mengubahnya men- jadi
sinyal listrik. Proses fisis yang merupakan
stimulus sen- sor dapat berupa gaya, arus listrik, temperatur, fluks cahaya,
tekanan. Perbedaan antara sensor dan tranduser terletak pada koefisien konversi energi. Sensor terdiri dari tranduser tanpa penguat atau pengolahan sinyal yang terbentuk dalam satu in- dera
[4].
Load Cell terdiri dari satu buah strain
gauge atau lebih yang ditempelkan pada batang atau cincin logam. Piranti ini dirancang untuk mengukur
gaya tekanan mekanik dan di- pasang pada obyek yang akan diberi tekanan
mekanik. Ketika obyek terkena tekanan,
benang-benang kertas foil akan ter-
tarik memanjang, sehingga
menjadi lebih panjang dan tipis yang
menyebabkan tahanan
listriknya bertambah. Perubahan nilai tahanan ini sangat kecil sehingga diperlukan
rangkaian khusus untuk mengukurnya yaitu rangkaian jembatan
Wheat- stones [5].
c Jurusan Fisika FMIPA ITS
-113
Gambar 1: Kontruksi
Peralatan.
II.
METODE PENELITIAN
Peralatan
pengemasan produk hasil pertanian yang dibuat pada
penelitian ini terdiri
dari:
Konstruksi Alat
Gambar
1 menunjukkan skema peralatan
dengan ketera- ngan sebagai berikut:
1. Penyangga mekanik, terbuat dari pipa besi siku 1,5 yang
dibentuk seperti kerangka balok dengan ukuran 830 cm
× 470 cm × 615 cm kemudian
dilapisi dengan plat besi setebal 0,8 mm.
2. Bagian hoper,
yang merupakan wadah untuk menam- pung material pertama kali. Artinya sebelum menuju bag clame material yang akan ditimbang harus dima- sukkan ke hoper dengan tujuan untuk mengetahui berat material yang akan dikemas.
3. Bagian bag clame, berfungsi untuk menampung hasil timbangan sesuai besar kemasan dan menjepit
karung atau plastik yang digunakan sebagai piranti
kemasan.
Perangkat Elektronik
1. Rangkaian Load Cell dan
Weighing Indicator
Pada umumnya load cell mempunyai jumlah kabel em-
pat atau enam kabel. Untuk load cell enam
kabel selain mempunyai - dan + signal, maupun - dan + excitation juga memiliki jalur - dan + sense. Jalur sense ini tersam- bung dengan jalur sense indikator
yang berfungsi me- monitor tegangan
aktual pada load cell dan mengirim balik ke indikator
untuk dianalisa apakah
perlu menam- bah sinyal yang dikirim balik sebagai konpensasi daya pada load cell. Pada peralatan ini digunakan dua buah
Gambar 2: Rangkaian
load cell dan weighing indicator.
Gambar 3: Rangkaian
kontroller.
load cell yang disusun paralel kemudian
dirangkaikan pada weighing indicator dengan menggunakan metode jembatan wheatstone. Rangkaian load cell dan weigh- ing
indicator ditunjukkan Gambar 2.
2. Rangkaian kontroller
Rangkaian kontroller
dengan relay-relaynya (Gambar
3)
berfungsi untuk menggerakkan katup-katup yang
berada pada box feeder dan bag clame agar bahan uji dapat
menuju ke kantong
pengemasan. Saat saklar pada switch bag clame dijalankan, arus akan mengalir keseluruh
rangkaian dan relay I akan bekerja sehingga
kontak yang berada di relay I yang awalnya
normally close menjadi normally open. Karena kontak relay I
juga menuju ke timer maka kontak timer yang semula normally open berubah menjadi
normally close dan se- lanjutnya solenoid bag clame bekerja untuk melakukan
pengemasan.
3. Rangkaian Solenoid
dan Pneumatic
Proses penjepitan kantung pengemasan
dilakukan dengan menggunakan pneumatic yang dihubungkan dengan solenoid (Gambar
4). Pada pengoperasiannya silinder pneumatik dikontrol
oleh katup pengontrol. Katup pengontrol
ini berfungsi mengontrol arah udara yang akan masuk ke tabung silinder.
Dengan kata lain, katup kontrol arah inilah yang mengontrol
gerak maju-mundur piston. Katup
kontrol arah ini dikenda-
likan secara elektrik oleh solenoid,
fungsinya sebagai penjepit pengemas setelah terisi sesuai ukuran berat yang
diinginkan.
Gambar 4: Rangkaian solenoid
dan pneumatic.
Gambar 6: Weighing indicator setelah dikalibrasi tanpa beban.
• Kalibrasi setelah diberi beban
Kalibrasi
Gambar 5: Grafik kalibrasi
load cell.
III.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
– Pada
monitor, tekan kalibrasi maka akan
muncul tulisan ”cal” pada layar monitor
– Tekan ENTER akan muncul ”cal set”
– Tekan ENTER akan muncul ”cal 0”
– Tekan
ENTER
tunggu
kurang
lebih
dua
sekon dan muncul ”cal SPn”
– Ganti nilai ”cal SPn” sesuai beban
yang akan digantung
– Gantung beban
– Tekan
ENTER
tunggu
kurang
lebih
dua
sekon dan muncul ”cal end”
– Tekan ESC akan muncul ”cal set”
Sebelum peralatan digunakan
untuk pengukuran, telah di-
lakukan kalibrasi pada load cell dan
weighing indicator.
1. Kalibrasi load cell dilakukan dengan non zero calibra-
tion pada tegangan dengan tegangan keluaran tidak me-
nunjukkan harga nol ketika beban (anak timbangan)
belum diberikan. Hasil kalibrasi seperti terlihat pada grafik dalam Gambar 5.
2. Pada weighing indicator
dilakukan dua kali kalibrasi yaitu kalibrani sebelum diberi beban dan kalibrasi
setelah diberi beban.
• Kalibrasi sebelum
diberi beban
– Pada
monitor, tekan kalibrasi maka akan
muncul tulisan ”cal” pada layar monitor
– Tekan ENTER akan muncul ”cal set”
– Tekan ENTER akan muncul ”cal 0”
– Tekan
ENTER
tunggu
kurang
lebih
dua
sekon akan muncul ”cal SPn”
– Tekan ESC akan muncul ”cal set”
– Tekan ESC kembali ke keadaan semula dan kalibrasi selesai
Contoh tampilan
weighing indicator setelah dikalibrasi tanpa
beban, ditunjukkan dalam
Gam- bar 6.
– Tekan ESC kembali
ke
keadaan semula dan kalibrasi akan sesuai dengan berat beban yang digantung
Hasil Pengukuran Bahan Uji
Dalam penelitian ini digunakan 3 macam bahan uji hasil pertanian yaitu beras, kedelai, jagung,
masing-masing bahan dikemas
dalam kemasan 2 kg dan 3 kg. Hasil
pengukuran untuk kemasan
2 kg diperoleh grafik hubungan waktu penge-
masan terhadap jumlah kemasan untuk tiap bahan uji, seperti
ditunjukkan Gambar 7.
Pengemasan beras
dengan 20 kantong kemasan dibutuhkan
waktu pengemasan 71 sekon, untuk
1 kantong kemasan diper-
lukan waktu 3,56 sekon dan dalam 1 menit dihasilkan 17 kan- tong kemasan.
Pada kedelai
dan jagung dibutuhkan waktu
120,37 sekon dan
146 sekon untuk 20 kantong
kemasan. Un- tuk
1 kantong kemasan, diperlukan waktu 6,05 sekon dan
7,36 sekon sedangkan dalam 1 menit dapat dikemas masing- masing 10 kantong dan 8 kantong
kemasan. Untuk kemasan
3 kg diperoleh grafik hubungan waktu pengemasan terhadap jumlah kantong seperti Gambar
8.
Seperti halnya pada kemasan 2
kg, untuk kemasan
3 kg juga diukur waktu pengemasan untuk 20 kantong (beras bu- tuh waktu 92 sekon, kedelai 153 sekon, jagung 187
sekon), waktu pengemasan
untuk 1 kantong (beras 4,8 sekon, kede- lai
7,64 sekon, jagung 9,33 sekon) dan jumlah kantong yang
Gambar 7: Grafik waktu pengemasan untuk kemasan 2 kg.
Gambar 8: Grafik waktu pengemasan untuk kemasan 3 kg.
berhasil dikemas dalam kurun waktu 1 menit (beras 13 kan- tong
kemasan, kedelai 8 kantong
kemasan, jagung 6 kantong kemasan).
Dari data-data di atas, terlihat
jagung memerlukan waktu
yang lebih lama untuk dikemas dibandingkan beras dan kede-
lai. Hal ini disebabkan butiran-butiran jagung yang besar mengakibatkan sulitnya jagung langsung
menuju bag clame untuk dikemas. Butiran-butiran
ini menumpuk di box feeder
baru selanjutnya secara perlahan
akan menuju bag clame. Se- baliknya karena butiran-butiran
beras berukuran kecil, maka ketika berada di box feeder akan dengan
mudah menuju ke bag clame untuk dikemas.
Pada grafik dalam Gambar 7, bila dilakukan
proses ekstra- polasi akan diperoleh
data waktu pengemasan untuk 30 kan-
tong kemasan 2 kg (total massa 60 kg) beras memerlukan
waktu 107,18 sekon, kedelai 180,74 sekon dan jagung
218 sekon.
Dari data untuk 20 kantong kemasan 3 kg (total
massa
60 kg) seperti pada grafik dalam Gambar 8 diperoleh
waktu pengemasan beras 92 sekon, kedelai 153 sekon dan jagung
187 sekon.
Terlihat bahwa untuk total massa yang sama, kemasan 2 kg memerlukan kurun waktu yang lebih lama untuk
mengemas seluruh massa bahan dibandingkan dengan kemasan 3 kg.
IV. SIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan be- berapa hal, antara lain :
1. Mobile Bagging System dengan komponen utamanya menggunakan sensor massa telah dapat dibuat dan be-
kerja dengan baik
2. Jumlah kantong kemasan
yang berhasil dikemas dalam
kurun waktu 1 menit adalah: beras 17 kantong, kedelai
10 kantong dan jagung 8 kantong (untuk
kemasan 2 kg); beras 13 kantong, kedelai 8 kantong, jagung 6
kantong (kemasan 3 kg).
3. Untuk total massa yang sama, kemasan 3
kg memer- lukan waktu yang lebih cepat untuk mengemas
seluruh massa bahan.
[1] E. Julianti, dan M. Nurminah, Buku Ajar Teknologi Pengemasan
(Universitas Sumatra
Utara, Medan, 2006).
[2] J. Freden, Handbook of Modern Sensor,Physics,Designs,and Ap- plication (Springer, San Diego, 2003).
[3] S.R. Ian, Sensor and Tranduser
A Guide for Technicians (Great
Britain, New York, 1988).
[4]
O. Bishop, Dasar-dasar
Elektronika (Erlangga, Jakarta, 2008). [5] www.elektronikabersama.web.id./2011/09/sensor-gaya-strain-
gauge-load-cell.html
Post a Comment