PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS FISIK TELURAYAM RAS YANG DIPERLIHARA SECARA INTENSIF
PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS FISIK TELURAYAM RAS
YANG DIPERLIHARA SECARA INTENSIF
PENDAHULUAN
Ayam ras
petelur merupakan hewan yang populer untuk diternakkan di Indonesia dengan
populasi mencapai lebih dari 110 juta ekor (Dikjen PKH, 2011).
Banyak
orang memilih usaha tersebut karena telur dan daging ayam merupakan sumber
protein hewani yangterjangkau. Perkembangan ayam ras petelur juga semakin maju
dari hasil silang genetic berbagai ras ayam unggulan seluruh dunia. Salah
satunya adalah ISA Brown, yang merupakan hasil penelitian dari
perusahaan Institut de Sélection Animale (ISA). Ayam ISA Brown
memiliki beberapa kelebihan dibandingkan ayam petelur lokal, diantaranya adalah
tingginya produktivitas telur yakni mencapai 365 butir pada setiap periode
pemeliharaan, dan berat telur rata-rata 62,9 gram (ISA Brown General Management
Guide, 2011:1).
Pemeliharaan
ayam ras dengan sistem intensif meliputi beberapa hal, antara lain , kualitas
pakan, sistem pemeliharaan, iklim, sanitasi dan biosecurity kandang,
obat-obatan. Pakan yang berkualitas dengan komposisi bahan yang tepat, baik,
dari jumlah maupun kandungan nutrisinya akan mempengaruhi pertumbuhan &
kesehatan unggas. Sistem pemeliharaan antara lain berkaitan dengan kebersihan
atau sanitasi kandang dan memberikan desinfektan secara rutin dan dengan tepat
di area sekitar kandang. Iklim disekitar
lokasi kandang akan sangat mempengaruhi kehidupan unggas yang dipelihara. Iklim
akan sangat mendukung kesehatan dan laju pertumbuhan unggas, iklim yang terlalu
panas dapat mempengaruhi kualitas telur ayam ras. Pemberian vaksinasi dan
obat-obatan untuk menjaga kesehatan ternak tersebut, sehingga tidak menganggu
produktivitas ayam ras petelur Kualitas
telur ayam ras yang baik sangat penting dalam memenuhi gizi masyarakat, yang
bersumber dari protein telur ayam ras yang dikonsumsi sekarang tidak hanya
untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok tetapi menuju pada pangan yang berbasis
pangan fungsional (kesehatan). Telur kaya DHA (Docosa Hexanoic Acid)
adalah salah satu produk peternakan dari unggas yang saat ini berkembang. Telur
kaya DHA merupakan telur yang dihasilkan dari ayam petelur yang dibudidayakan
dengan pemberian pakan yang baik (Iman Rahayu, 2013).
Telur segar
yang baru dihasilkan oleh induk ayam mempunyai daya simpan selama 10 - 14
hari. Setelah umur 10-14 hari telur
mengalami perubahan-perubahan kearah kerusakan seperti terjadinya penguapan
kadar air melalui pori kulit telur yang berakibat berkurangnya berat telur,
perubahan komposisi kimia dan terjadinya pengenceran isi telur (Melia et. al.,
2009).
Telur akan
mudah mengalami penurunan kualitas yang disebabkan oleh kontaminasi mikroba,
kerusakan secara fisik, serta penguapan air dan gas-gas seperti karbondioksida,
amonia, nitrogen, dan hidrogen sulfida dari dalam Telur (Romanoff dan Romanoff,
1963).
Semakin
lama telur disimpan penguapan yang terjadi akan membuat bobot telur menyusut dan putih telur menjadi lebih
encer (Buckle etal., 1987).
Menurut
Yuwanta (2010), selain lama penyimpanan, penguapan isi telur juga dipengaruhi oleh suhu, kelembaban
relatif, kualitas kerabang telur. Salah satu hal yang mempengaruhi kualitas
telur adalah keadaan kesehatan ternak serta penyimpanan yang dilakukan oleh
konsumsi. Prinsip penyimpanan telur adalah mencegah evaporasi air, keluarnya
CO2 dari dalam isi telur, dan mencegah
masuknya mikroba ke dalam telur selama penyimpanan.
Telur ayam
ras akan tetap dalam keadaan segar sampai berumur 7 hari dengan penyimpanan
yang baik (Kandi, 1992).
Lama dan
suhu dalam penyimpanan telur mempengaruhi kualitas fisik telur. Penyimpanan
telur ayam ras konsumsi pada suhu ruang dengan kelembaban 80-90% dapat
mempertahankan kualitas telur selama 14 hari setelah ditelurkan (Badan
Standarisasi Nasional, 2008). Suhu penyimpanan telur terbaik adalah 10ºC dan
kelembaban ruang penyimpanan tidak boleh kurang 60% (Kurtini et al., 2014).
Penurunan
berat telur ayam ras merupakan salah satu perubahan yang nyata selama
penyimpanan dan berkorelasi hampir linier terhadap waktu di bawah kondisi
lingkungan yang konstan. Kecepatan penurunan berat telur dapat diperbesar pada
suhu tinggi dan kelembaban rendah. Kehilangan berat sebagian besar disebabkan
oleh penguapan air terutama pada bagian albumen, dan sebagian kecil
penguapan gas-gas seperti CO2 , NH3 , N2 , dan sedikit H2 S akibat degradasi
komponen protein telur (Kurtini et al., 2011).
Telur ayam
ras yang disimpan pada suhu ruang dengan kelembaban udara yang rendah akan
mengalami penyusutan berat lebih cepat dibandingkan dengan telur ayam ras yang
disimpan pada suhu ruang dengan kelembaban udara yang tinggi. Hal ini
disebabkan oleh kelembaban yang rendah selama penyimpanan akan mempercepat
penguapan karbondioksida dan air dari dalam telur, sehingga penyusutan berat
akan lebih cepat (Stadelman dan Catterill,1995).
Dari uraian
tersebut di atas, penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh
lama penyimpanan telur ayam ras pada suhu kamar terhadap kualitas fisik telur
ayam ras yang dipelihara secara intensif. Penelitian yang dilakukan diharapkan
mampu memberikan wawasan ilmiah mengenai lama penyimpanan telur ayam ras yang
baik serta untuk memberi informasi yang lebih tepat kepada peternak dan
masyarakat luas, serta untuk pengembangan penelitian lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Badan
Standarisasi Nasional.2008.Kualitas telur konsumsi. Jakarta
Buckle,
K. A., R. A. Edward, W. R. Day, G. H. Fleet dan M. Wotton. 1987. Ilmu
Pangan.
Penerbit Univesitas Indonesia Press. UI Press. Jakarta.
Dikjen
PKH. 2011. Pedoman pelaksanaan pengembangan budidaya unggas local. Jakarta
(village poultry farming VPF). Jakarta (Indonesia): Direktorat jendral
Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Iman
Rahayu H.S. 2013. Inovasi paten suplemen omega-3 berbahan baku ramah lingkungan
untuk produksi telur kaya DHA serta prospek bisnisnya. Inovasi dan
Technopreneurship. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Indratiningsih
dan Rihastuti. 1996. Dasar Teknologi Hasil Ternak. Fakultas Peternakan.
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta
Isa
Brown Commercial Layers. 2011. General Management Guide Commercial Isa Brown.
Pondoras
Kandi,
S. Pengaruh Cara Pegawetan Telur Terhadap
Pencemaran Berbagai Jenis Bakteri Patogen dan Pembusukan Selama
Penyimpanan. Laporan Penelitian. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Bogor
Kurtini,
T. K. Nova, dan D. Septinova. 2014. Produksi Ternak Unggas. Anugrah Utama Raharja
(AURA). Bandar Lampung
Kurtini,
T., K. Nova., dan D. Septinova. 2011. Produksi Ternak Unggas. Anugrah Utama Raharja
(AURA). Bandar Lampung
Melia
S.Juliyarsi dan I.Africon. 2009. Teknologi Pengawetan Telur Ayam Ras Dalam
Larutan Gelatin Dari Limbah Kulit Sapi. Laporan Penelitian Dosen Muda. Fakultas
Peternakan Universitas Andalas, Padang- Sumatera Barat.
Mountney,
G. I. 1976. Poultry Technology. 2nd Edit. The AVI publising Inc., Westport
Romanoff,
A. I. dan A. J. Romanoff. 1963. The Avian Egg. Jhon Willey and Sons. Inc, New
York.
Sastrosupadi,
A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang
Pertanian. Edisi Revisi.
Kanisius,
Yogyakarta.
Sirait,
C.H. 1986. Telur dan Pengolahannya. Pusat Penelitian dan Pengambangan
Peternakan. Bogor
Stadelman,
R. G and O. J. Catterill. 1995. Egg Science and Technology. 4PthP ed. Food Product Press. New
York
Sumarni
dan N. Djuarnani. 1995. Diktat Penanganan Pasca Panen Unggas. Deparetmen
Pertanian. Balai Latihan Petanian, ternak, Ciawi Bogor.
Suradi,
K. 2006. Perubahan kualitas telur ayam ras dengan posisi peletakan berdbeda
selama penyimpanan suhu refrigerasi. Jurnal Ilmu Ternak. Fakultas Peternakan.
Universitas
Pedjajaran. Bandung. Vol. 6 no. 2, 136-139
Widyantara,
P. R. A., 2016. Pengaruh Penyimpanan Terhadap Kualitas Telur Ayam Kampung dan
Ayam Lohman. Fakultas Peternakan. Universitas Udayana.
Yamamoto,
T., L.R. Juneja, H. Hatta, and M. Kim. 2007. Hen Eggs: Basic and Applied Science.
University of Alberta, Canada.
Yuwanta, T.
2010. Telur dan Kualitas Telur. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Sumber bacaan : Wedana et al.
Peternakan Tropika Vol. 5 No. 1 Th.
2017: 1 - 10
Post a Comment