LAPORAN PKL PT KARET BAB III HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ASPEK UMUM ( 3.2 Proses Produksi )
SILAHKAN KLIK DISINI UNTUK LANJUTAN
http://mhasybiizzadin.blogspot.co.id/2018/02/laporan-pkl-pt-karet-bab-iii-hasil_5.html
3.2 Proses Produksi
3.2.1
Diagram Alir Proses Produksi Ribbed Smoke Sheet
(RSS)
PTPN VII Unit Ketahunmemproduksi
bahan baku Lateks menjadiRibbed Smoke Sheet(RSS)
melalui dua tahapan proses,
yaitu proses pengolahan basah dan proses pengolahan kering untuk selanjutnya
mengalami proses pengemasan dan pemasaran.
Gambar 6.
Diagram Alir Proses Produksi Ribbed Smoked
Sheet(RSS)
3.2.2
Tahapan Proses Produksi
Produksi Ribbed Smoke Sheet(RSS) PT Perkebunan Nusantara VII Unit Ketahun menggunakan bahan baku berupa
lateks cair yang berasal dari kebun unit usaha sendiri.
3.2.2.1
Penerimaan Bahan Baku
A. Penimbangan
Awal peroses pengolahan RSS adalah
pada penimbangan bahan baku. Penimbangan ini akan menghasilkan angka – angka
yang menjelaskan jumlah bahan baku di pabrik. Sehingga akan di ketahui kadar
karet kering.
B.
Pengiriman Lump Dan Lateks Kebun Ke Pabrik DenganTruck Transport
Setelah lateks dan lump dipulung (dikumpulkan)akan ditimbang oleh Kerani TPH pada saat dikebun, lateks
akan di masukan ke tangki transport yang berkapasitas 1 Ton dan lump dimasukkan di bak truck.Selanjutnya dikirim ke pabrik, Lump yang di terima dari kebun PT
Perkebunan Nusantara VII Unit Ketahun dikirim ke PTPN VII unit Padang Pelawi yang kemudian akan di olah lebih lanjut
disana.Apabila lokasi penyediaan bahan baku jauh dari pabrik seperti
lateks dari Afdeling 5 akan
terjadi koagulasi, karna lateks hanya bisa cair selama 6 jam setelah di sadap,
oleh sebab itu perlu di jaga kualitas lateksnya agar tetap cair dengan cara
penambahan Amonia yang berfungsi
untuk mempertahankan lateks tetap cair dan tidak terjadi koagulasi.
C.
Bak Penerimaan Lateks
Bak
penerimaan lateks berfungsi untuk media penampungan sementara
lateks.Sebelum pengiriman lateks dari kebun sampai di pabrik,bak dan saringan penerimaan harus dipastikan dalam keadaan bersih. Setelah tangki transport yang berisi
lateks sampai di pabrik, Selanjutnya dilakukan analisa DRC lateks setiap rit
/ tangki dengan cara mengambil contoh latek
sebanyak 500 cc pada bagian tengah tangki dengan menggunakan mangkok
bertangkai. Lalu dari 500 cc tadi di ambil lagi 100 cc dan dituangkan ke dalam
mangkok yang kemudian ditetesi asam semut 3 cc. lateks yang sudah menggumpal akibat di campur asam semut kemudian dilakukan
penggilingan sebanyak 12 kali sampai menjadi lembaran dengan
ketebalan maksimal 2 mm. Timbang lembaran sampel tadi, sehingga akan didapat
kadar kkk dengan rumus:
KKK
Dengan : L = Berat contohkrep hasil
giling.
B = Berat atau volume contoh lateks
FP = Faktor Pengering
Selanjutnya pemeriksaan kondisi
latek secara visual , misalnya lateks terjadi pra kogulasi atau tidak. Lateks
yang sudah prakogulasi tidak diperkenankan diolah menjadi sheet, tetapi dibekukan terpisah menjadi slab untuk dijadikan bahan
baku low grade yang kemudian akan dikirim ke UU. Padang Pelawi.Kemudian pemeriksaan PH lateks sebelum dituangkan ke bulking tank untuk mengetahui apakah latek
tersebut terdapat campuran amoniak. Segera alirkan lateks dari tangki ke
bak penerimaan memakai saringan ± 40mesh agar kotoran
yang terdapat dalam tanki tersaring.
3.2.2.2 Proses pengolahan Ribbed Smoked
Sheet(RSS)
Dalam
proses pengolahan lateks terlebih dahulu harus memperhatikan kebersihan
peralatan. Pembersihan alat-alat ini dilakukan setiap pagi hari sebelum proses
pengolahan berlangsung. Alat yang harus dibersihkan ini meliputi : tangki
pengangkut lateks, saringan, bak penampung, talang Luncur, bak pembekuan, pengaduk, dan sekat. Alat -
alat tersebut dibersihkan dengan sikat atau alat penggosok.Dan juga harus
memperhatikan kebersihan dari pabrik tersebut seperti lantai, selokan air.
A.
Pengaliran lateks
Proses pengaliran
dari bak penerimaan ke bak koagulasi dengan menggunakan talang luncur lateks yang terbuat dari pelat aluminium.
Lateks disaring dengan menggunakan saringan 20 mesh untuk menjaga kebersihan lateks dan dilakukan pengadukan agar proses
penyaringan lebih ccepat.
B.
Pengenceran
lateks.
Pengenceran lateks yang dikehendaki oleh
pabrik adalah ± 13% . hal ini dilakukan agar : pada saat
penggilingan,bekuan tidak pecah karena teksturnya yang lunak,
a.
mudah dalam penghilangan
gelembung udara.
b.
mudah dalam pencampuran asam
semut
Volume
air disesuaikan dengan DRC lateks dan volume bak. untuk menentukan volume air yang dibutuhkan dalam proses pengenceran
adalah sebagai berikut :
Va= V1 ( K3K - 1)
K3P
Keterangan
:
Va = Volume air pengencer ( L )
V1 = Volume
lateks yang diencerkan( L )
K3K = Kadar karet kering lateks kebun( % )
K3P = Kadar karet kering pabrik ( % ).
Pada
proses pengenceran lateks didalam bak harus dilakukan pengadukan dengan
menggunakan alat pengaduk agar pencampuran air dan lateks tercampur
merata atau homogen.Setelah lateks masuk ke bak yang berisi
air yang sudah di ukur takarannya sesuai dengan DRC lateks tersebut di lakukan.
1.
Proses homogenisasi tahap I
Proses pengadukan ini dilakukan untuk
menghomogenkan campuran antara lateks dan air. Proses pengadukan ini dilakukan
sebanyak 16 kali, yaitu 8
kali maju, dan 8 kali mundur.
2.
Proses sapu busa tahap I
Sapu
busa tahap pertama dengan tujuan untuk menghilangkan busa – busa dari hasil
pengadukan atau homogenisasi tahap pertama.Kemudian
buang busa yang terbentuk kedalam ember penampungan khusus dan hindari terjadi
ceceran lateks di lantai.
C.
Penggumpalan lateks
Pengumpalan
lateks dilakukan dengan memberikan larutan yang bersifat
asam kedalam
bak koagulasi. Larutan asam yang digunakan
adalah larutan asam semut konsentrasi 2 %.. Tujuan dari
penambahan asam adalah untuk menurunkan pH lateks antara 4,5 – 4,7, sehingga lateks berada pada titik isoelektriknya yang menyebabkan lateks akan membeku atau berkoagulasi.Larutan asam yang dimasukkan kedalam bak koagulasi dituangkan secara hati-hati dengan menggunakan jerigen bekas asam semut yang telah diberi lobang. Usahakan penuangan larutan asam semut secara merata dan tidak
terbentuk buih. Terbentuknya gelembung udara saat melakukan pengadukan maupun
penuangan asam semut, dapat mempengaruhi mutu RSS yang akan dihasilkan. Setelah penambahan larutan asam semut dilanjutkan
dengan tahap yaitu:
1. Proses
homogenisasi tahap II
Homogenasi tahap kedua dilakukan dengan cara mengaduk kembali lateks yang
sudah diberi larutan asam semut minimal 12 kali ( 6 kali maju dan 6 kali mundur
). Hal ini dilakukan untuk menghomogenkan antara lateks, air dan larutan asam
semut konsentrasi 2 %.
2.
Proses sapu busa tahap II
Busa yang terbentuk akibat pengadukan ke
II di masukkan kedalam ember penampung khusus dan hindari terjadi tercecer
lateks. Sapu busa tahap ke II bertujuan untuk menghilangkan busadari hasil pengadukan atau homogenisasi
tahap II. Setelah pemberian asam semut, lateks akan membeku
setelah 2-3 jam.
Setelah dilakukan pembuangan busa tahap ke II, pasang tusen skat pada
setiap lubang bak yang tersedia ( sebelum di pasang, tusen terlebih dahulu di
siram dengan air agar lateks tidak lengket). Pemasangan tusen dilakukan secara
hati-hati, sehingga tidak terjadi gelembung udara.
D.
Proses penggilingan sheet
Tujuan dari
proses penggilingan sheet yaitu untuk mengeluarkan dan memisahkan sebagian besar air yang
terkandung dalam gumpalan lateks, memperbesar
permukaan sheet sehingga membentuk lembaran tipis dalam mempercepat pengeringan
dan membentuk pola garis batik (silinder) pada lembaran
sheet.Penggilangandilakukan setelah 3-4 jam proses
pemasangan tusen skat selesai. Isi air pada talang luncuran dan bak pencuci. Talang luncuran ini di
gunakan untuk memindahkan gumpalan latek (slap) ke mesin gilingan. Sedangkan bak pencuci digunakan untuk mencuci atau
menghilangkan zat kimia dan kotoran yang ada pada sheet. Selanjutnya buka skat
dan pindahkan satu persatu koagulum ke talang luncur secara hati-hati, hal ini dilakukan untuk mencagah koagulum menyatu kembali. Usahakan
pada talang luncur antara satu koagulum dengan koagulum
lainnya mudah untuk disambungkan supaya memudahkan penarikan ke mesin shetter.
Kemudian masukan koagulum satu persatu ke mesin
penggiling.Giling sheet hingga ketebalan 2 mm dan periksa ketebalan hasil gilingan minimal 1 kali dalam 3 jam. Hasil
gilingan tadi akan berbentuk lembaran dan bermotif batik (silinder).
Setelah digiling,
sheet dicuci dengan air bersih untuk
menghilangkan sisa asam akibat penggunaan bahan kimia dan untuk membersihkan kotoran yang masih melekat
pada sheet.Lembaran- lembaran sheet digantungkan pada gantungan bambu
yang digantungkan pada lori. Proses penggantungan lembaran sheet ini dilakukan
satu persatu . Setelah terisi penuh, sheet disiram selama 10-15 menit untuk memastikan sheet bersih dari asam dan kotoran.
E. Proses pengasapan
Tujuan dari pengasapan
adalah untuk mengeringkan sheet,
memberi warna khas coklat dan menghambat pertumbuhan jamur pada permukaan.Asap
yang telah dihasilkan dapat menghambat pertumbuhan jamur pada permukaan RSS.
Hal ini di sebabkan asap mengandung anti septic yang dapat mencengah
pertumbuhan mikroorganisme dan dapat
mengeringakan RSS.
Sebelum lori dimasukkan ke dalam
kamar asap, sheet yang di gantung pada lori di tiriskan selama 4 hingga 5 jam. Tujuan dari
penirisan adalah untuk mengurangi kandungan air didalam lembaran sheet sebelum
proses pengasapan. Penirisan juga tidak boleh
terlalu lama, karena untuk menghindari
terjadinya cacat pada sheet yang
dihasilkan, misalnya timbulnya jamur.Setelah ditiriskan kemudian dicatat jam masuk lori ke dalam kamar asap dan pengaturan suhu kamar asap sebagai berikut:
Ø
Hari ke
1 : 35-40°C
|
Ø
Hari ke
4 : 50-55°C
|
Ø
Hari ke
2 : 40-45°C
|
Ø
Hari ke
5 : 55-60°C
|
Ø
Hari ke
3 : 45-50°C
|
Pada
hari pertama pengasapan dibutuhkan suhu yang rendah dan memperbanyak asap , hari kedua dengan
menggunakan jenis kayu bakar karet yang masih basah. Hal ini dilakukan untuk memberikan warna pada sheet.Pada hari ke tiga dan seterusnya yang dibutuhkan adalah panas guna memperoleh tingkat
kematangan yang tepat.Sheet yang sudah diasapi selama 8-12 jam di
keluarkan kembali satu persatu untuk dilakukan pembalikan
sheet. Dilakukan pemotongan sheet yang molor, dan seleksi
potongan sheet. Sheet yang rusak akan
dipisahkan dan dijadikan LG. Potongan sheet yang baik di jemur kembali pada
lori dan dimasukkan di kamar asap. Pembalikan sheet dilakukan agar sheet tidak menempel satu sama lain dan
sheet dapat matang dengan sempurna.
Ø
Proses pembongkaran RSS
Setelah di lakukan
pengasapan selama ± 6 hari selanjutnya yaitu Proses pembongkaran lembaran sheet yang sudah matang. Proses pembongkaran dilakukan dengan mengeluarkan lori dari ruang
pengasapan dan selanjutnya lori di dorong ke depan ruangan sortasi. Di sanalah
proses pembongkaran RSS di lakukan. Pembongkaran RSS dilakukan secara bertingkat dan rapi
dalam bentuk tumpukan agar pada proses pembongkaran
dan pengangkutan RSS ke ruang sortir mudah dilakukan.
Ø
Proses pemindahan RSS keruang Sortir
Proses pemindahan ini dilakukan oleh pekerja dengan mengangkatnya keatas meja sortasi yang berada di ruangan sortasi. Pemindahan RSS dilakukan
tanpa menggunakan bantuan alat, karena tempat pembongkaran Sheet tidak jauh dari ruangan sortir. Danpengangkutan
lembaran sheet yang sudah matang ini dilakukan secara bertahap dan disusun
dengan rapi sebelum dimasukan keruang sortasi.
F.
Unit Sortasi dan Pengepakan
Proses
sortasi dilakukan secara visual pada meja
pengamatan berdasarkan warna, kotoran, cacat, gelembung udara
dan jamur. Penentuan mutu sheet mengacu pada SNI 06-001-1987/the green book. Meja Pengamat dibuat dari kaca dan dilengkapi dengan lampu dibawahnya dengan tujuan agar lembaran sheet terlihat jelas apabila terdapat kerusakan. Tahapan pengujian sheet yaitu
setelah sheet di turunkan dari lori
secara hati-hati dan di pindahkan ke ruang sortasi, lalu sheet di bentangkan pada meja pengamatan dan di amati satu persatu.
Lakukan
pemeriksaan terhadap lembaran – lembaran RSS yang mempunyai standar mutu meliputi :
1. Ribber Smoked
Sheet (RSS) No.1
Tiap bandela harus dibungkus,
bebas dari jamur , akan tetapi apabila pada waktu penyerahan terdapat sedikit
jamur kering pada pembungkusnya atau pada permukaan bandela yang melekat pada
pembungkusnya, itu tidak menjadi masalah apabila jamur tersebut tidak menembus
kedalam bandela. Namun Sheet yang
berbintik-bintik atau bergaris-garis karena pengaruh oksidasi, lembek,
mengalami pemanasan tinggi, kurang matang, terlampau lama diruang pengasapan,
buram dan hangus tidak diperkenankan.Sheet harus kering, bersih kekar, baik
keadaannya dan tidak mengandung cacat.
2. Ribbed Smoked
Sheet (RSS) No. 2
Bila
terdapat sedikit bahan yang bersifat dammar (karat) dan sedikit cendawan kering
pada pembungkus, pada permukaan bandela dan pada sheet yang ada didalamnya waktu penyerahan tidak akan ditolak. Bila
terdapat bahan kekarat-karatan atau cendawan kering dalam jumlah yang cukup
berarti lebih dari 5 % dari jumlah bandela-bandela yang diperiksa untuk contoh,
maka hal ini akan merupakan dasar bagi penolakan. Gelembung-gelembung kecil dan
noda-noda kecil yang berasal dari kulit kayu, dalam jumlah sedikit tidak akan
ditolak. Sheet yang berbintik-bintik
atau bergaris-garis akibat oksidasi, lembek, mengalami pemanasan yang tinggi,
kurang matang, terlampau lam diasap, buram, dan hangus tidak
diperkenankan.Karet yang bersangkutan harus kering, bersih, kekar, baik
keadaannya dan tidak mengandung cacat, lepuh-lepuh, pasir, pembungkus yang
kotor dan segala benda-benda atau bahan-bahan asing lainnya, selain dari pada
yang diperkenankan menurut penetapan diatas.
Setiap sheet yang sudah disortir
interval 18 bale diambil contoh satu lembar dengan ukuran 20 x 30 cm. Beri
tanda pada balle yang telah di ambil contoh ujinya. Beri label pada contoh uji
dan dimasukkan kedalam kantong plastik ukuran 20 x 30 cm.
G. Unit Packing
1.
Penimbangan RSS
Sebelum proses penimbangan dilakukan terlebih dahulu RSS dilipat dan disusun pada kotak kayu dengan ukuran 20 x 46 x60 cm. setelah RSS tersusun, masing-masing RRS
ditimbang dengan berat 113 kg yang terdiri dari 107 kg isi dan 6 kg untuk
pembungkusnya.
2.
Pengepresan
Proses pengepresan merupakan salah satu unit packing yang dilakukan guna
mempermudah pada proses pembungkusan. Sheet
yang telah disusun dan ditimbang diangkat pada mesin press dan di posisikan
tegak lurus. Lalu sheet dipres dan di
kunci dengan klaim catok. Keluarkan hasil pres dan dorong ke tempat yang telah
disediakan. Hasil press tersebut ditunggu selama 12 jam, setelah itu klaim baru
bisa dilepas dan sheet di bungkus.
3.
Pelaburan
RSS
yang sudah dipress selama 20-24 jam dibongkar dibungkus dengan lembar sheet yang sudah tersedia (7 kg/ bale sesuai
dengan jenis mutu RSS yang sama) kemudian setiap
bale di beri tanda
Setelah
dibungkus maka bale RSS dilakukan agar kualitas bale
RSS tetap terjaga.
a)
Proses Pelaburan :
Bahan – bahan di butuhkan sebagai berikut :
a.
Larutan therpentin
b.
Cutting
c.
Talk powder
Dengan cara yaitu rendam cutting ke dalam larutan therpentin selama 1 hari.Kemudian hasil rendaman
dicampurkan dengan talk powder, aduk hingga homogen.
b)
Balle yang dihasilkan harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
1.
Bentuk balle kubus berukuran 45 x50x60cmdengan bobot ± 113 kg per bale.
2.
Pembungkus harus baik dan mengikat balle dengan kuat.
3.
Pengapuran warna putih merata
4.
Label atau tanda pengenal produsen dan harus jelas dan rapi
c)
Pembuatan nomor Bale bertujuan untuk memudahkan
mengidentifikasi ball RSS1, RSS2. ball sheet sudah dilabur dan diberi label
RSS I
serta nomor ball kemudian dicatat pada buku faktur sesuai nomor bale.
H.
Penyimpanan / penggudangan
Bertujuan untuk menyimpan dan
mempertahankan kualitas RSS sebelum di
pasarkan.Bandela yang telah dilabur dan di beri
merk, disimpan dan disusun dengan rapi didalam gudang yang sebelumnya lantai gudang diberi landasan rangkaian papan
kayu setebal 14 cm agar bandela tidak mudah berjamur. Proses penyimpanan
tidak dibenarkan apabila bandela disimpan pada tempat
yang tidak bersih, lembab, dan di susun dalam satu tumpukan terdapat mutu yang
berbeda.
I.
Unit Pemasaran
Sistem pengiriman bandela olahan PT Perkebunan Nusantara VII unit ketahun
yaitu dari gudang penyimpana di pabrik, bandela dikirim dengan truk menuju
gudang induk ( pulau baai ). Dalam satu hari, truk hanya bisa mengirim sebanyak
72 bandela. Kemudian dari gudang induk, bandela di kirim sesuai partai
pemesanan masing-masing. Dalam unit pemasaran ini, terdapat pekerja yang selalu
memonitoring seperti selama pengiriman export/ pengiriman harus ada petugas/
mandor yang mengawasi. Hal-hal yang di awasi adalah kendaraan yang mengangkut
bandela harus dalam keadaan bersih, bandela disusun secara rapi, bak truk
ditutup dengan terpal yang rapi agar bandela tidak kotor dan basah disaat cuaca
hujan, dan setiap pengiriman keluar harus diterbitkan surat pengantar barang
dan keterangan bahwa bandela yang dikirim dalam keadaan baik/ tidak berjamur.
3.2.3
Gambaran Umum /
Informasi Hasil Produksi Selama Periode Juni 2016-
Juli 2017
Juli 2017
·
RSS I
(Sumber
: Data Primer Diolah, 2017)
Gambar
7. Hasil Analisis RSS I Selama Bulan Juni 2016 – Juli 2017
Dari data hasil mutu RSS I diatas dapat dilihat bahwa pada bulan juni
2016-juli 2017 mengalami fluktuasi, dan tidak ada target yang tercapai. Hal itu
disebabkan oleh banyak hal, baik itu dari tenaga kerja, bahan baku maupun proses pengolahan yang kurang bagus.
·
RSS III
Sumber
: Data Primer Diolah, 2017
Gambar
8. Hasil Analisis RSS III Selama Bulan Februari
– April 2017
PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Ketahun selalu memprioritaskan
memproduksi mutu RSS I, namun tak jarang produk yang dihasilkan termasuk ke RSS
III, makanya terkadang terdapat RSS III.Untuk RSS II jarang di temukan di
perusahaan ini, hal tersebut disebabkan karena kriteria dari RSS I dan RSS II
tidak terlalu jauh berbeda, sehingga bisa dimasukkan ke dalam RSS I saja.
Pada tahun 2017 terdapat mutu RSS III pada bulan Februari, Maret dan
April, tetapi jumlahnya tidak terlalu banyak dan tidak sesuai target.Hal
tersebut bisa dikategorikan bagus, karena pada bulan tersebut masih banyak
menghasilkan mutu RSS I dibandingkan dengan mutu RSS III.
·
Cutting A
(Sumber : Data Primer Diolah, 2017)
Gambar 9. Hasil Analisis Cutting A Selama Juni 2016 – Juli 2017
Cutting A diperoleh dari RSS I, RSS II dan RSS III yang dijadikan satu
dan biasanya dijual di dalam negeri.
Pada diagram diatas terlihat bahwa banyak target yang mencapai 100%, hal
tersebut disebabkan karena banyaknya produk yang di potong dari sheet. Sheet
yang dipotong tersebut bisa disebabkan karena terjadinya kontaminasi pada
bagian sheet, sedikit sheet yang belum mentah, berjamur, dan lain sebagainya
sehingga menyebabkan terkumpulnya hasil sheet dalam jumlah yang banyak.
3.2.4
Evaluasi Kinerja Sistem Proses Produksi
Secara
umum kinerja sistem proses produksi selama periode Juni 2016–Juli 2017 di PT. Perkebunan NusantaraUnit Ketahun sudah
cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari kinerja setiap tahapan proses produksi,
pencapaian produksi RSSdan organisasi proses produksi. Kinerja proses produksi
sudah cukup baik meskipun pencapaian jumlah produksi RSSselama periode Juni 2016
- Juli 2017belum memenuhi target perusahaan. Jumlah produksi RSSyang dihasilkan PT. Perkebunan Nusantaraselama Juni 2016 - Juli 2017mencapai 85,7%. Agar keseluruhan kinerja proses produksi optimal, maka
operasional di setiap stasiun pengolahan harus dilakukan berdasarkan SOP (Standar
Operating Procedure), menjaga konsistensi kualitas bahan baku yang diolah,
meningkatkan pengawasan terhadap standar mutu yang telah ditetapkan serta
mencegah losses selama
pengolahan.
Organisasi
proses produksi juga sudah cukup baik, karena struktur organisasi yang ada
teratur dan jelas sehingga memudahkan koordinasi antara petugas di stasiun
pengolahan yang satu dengan yang lain. Dengan demikian, dapat memudahkan proses
pengawasan terhadap kinerja masing-masing stasiun pengolahan. Dilihat dari setiap tahapan proses
telah berjalan sesuai dengan tujuan dari masing-masing tahap proses pengolahan
yang telah memiliki Standar Operasi Prosedur (SOP) dan secara umum mutu yang
dihasilkan telah memenuhi standar yang
ditetapkan. Berdasarkan kondisi alat masing-masing tahapan proses maka dapat
diketahui bahwa produksi yang dihasilkan sudah cukup optimal. Hal ini dapat
dilihat dari segi peralatan pada proses produksi selalu ditangani dan diperiksa
oleh tenaga ahli yang sudah berpengalaman di bidangnya, sehingga jarang terjadi
kerusakan yang menyebabkan penurunan proses produksi.
Upaya yang dapat dilakukan untuk
lebih meningkatkan kinerja sistem proses produksi adalah dengan meningkatkan
pengawasan terhadap pekerja dan selalu mematuhi petunjuk Standar Operasi
Prosedur (SOP) selama proses berlangsung melalui para mandor-mandor produksi,
serta dengan meningkatkan koordinasi antara pihak pabrik dengan kebun sehingga
dihasilkan bahan baku yang baik untuk meningkatkan mutu RSSyang dihasilkan.
Selain itu beberapa hal yang masih perlu diperhatikan pada saat pengolahan Lateks guna meningkatkan hasil dan
efisiensiadalah mutu dan kebersihan bahan olah Lateks.
Post a Comment